Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

#BantuKuatkanGuru, Bentuk Gotong Royong bagi Guru Terdampak Corona

Kompas.com - 19/06/2020, 19:11 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi virus corona atau Covid-19 hingga kini belum berakhir. Di Indonesia, jumlah pasien yang terjangkit setiap hari masih terus bertambah.

Tak heran jika banyak sektor yang terdampak akan adanya wabah berbahaya tersebut. Tidak terkecuali di sektor pendidikan.

Karena virus corona, maka sekolah diliburkan atau tidak ada pembelajaran tatap muka di kelas. Namun sebagai gantinya, pembelajaran diganti dengan model daring atau online.

Namun, pembelajaran daring tentu menjadi hal baru bagi semua orang. Tak hanya siswa, guru dan sekolah, tetapi juga orang tua.

Baca juga: Tentukan Skema PJJ di Tahun Ajaran Baru, Guru Harus Lakukan Penilaian

Bagi guru, hal ini menjadi tantangan tersendiri. Sebab, guru harus dihadapkan pada teknologi sebagai media pembelajaran jarak jauh.

Imbas lain yang dirasakan guru ialah masalah ekonomi. Yakni guru swasta dan honorer terancam keberlangsungan pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Terkait hal itu, Sekolah Lawan Corona sebuah program hasil kolaborasi antara Kampus Guru Cikal, Keluarga Kita, Sekolahmu, Semua Murid Semua Guru, Komunitas Guru Belajar serta Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan mengajak semua orang terlibat dalam kampanye #BantuKuatkanGuru.

Guru swasta dan honorer paling terdampak

Tagar tersebut diluncurkan secara virtual melalui aplikasi zoom yang disiarkan langsung di saluran Youtube Sekolahmu, Jumat (19/6/2020) siang.

Bukik Setiawan (Ketua Kampus Guru Cikal) sebagai moderator webinar menjelaskan tujuan dari webinar tersebut.

Dia mengutip data atau survei dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bahwa:

Ada 3 kendala terbesar yang dihadapi guru dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ), yakni:

  1. Kemampuan mengoperasikan perangkat digital (67,11 persen).
  2. Sarana dan prasarana (29,45 persen).
  3. Faktor internal murid (14,47 persen).

Untuk itulah melalui program #BantuKuatkanGuru, dia menjelaskan terkait sasaran dari program tersebut yakni:

  1. Guru swasta dan honorer terancam keberlangsungan pemenuhan kebutuhan hidupnya yang berdampak pada kesempatan belajar murid.
  2. Banyak guru yang belum menguasai penggunaan perangkat digital untuk pembelajaran jarak jauh.

Salah satu pembicara webinar, Usman Djabbar (Ketua Komunitas Guru Belajar Nusantara/KGBN) menjelaskan, pandemi Covid-19 memang menimbulkan keresahan bagi para guru.

Baca juga: Kemendikbud Segera Keluarkan Panduan New Normal bagi Guru

"Situasi pandemi ini, guru menjadi resah. Selain ada gaji yang tertahan beberapa bulan, ada pula gaji yang dibayar setengah," ujarnya.

Selain dari sisi ekonomi, dampak yang dialami guru ialah masalah psikologisnya. Sebab, kegiatan belajar mengajar yang dulu bertahun-tahun tatap muka, kini beralih ke daring.

Peran ibu penting saat pembelajaran daring 

Sementara menurut Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho yang juga menjadi narasumber webinar menjelaskan, masa pandemi ini yang juga terdampak ialah sosok seorang ibu.

"Kini, ibu memiliki peran penting atau menjadi sentral dalam menjaga keluarga. Karena pembelajaran daring, ibu kini harus membantu atau mendampingi anaknya di rumah," kata Wisnu.

"Jika ibu tidak bisa menjawab pertanyaan anak, maka ibu akan mencari jawaban di search engine atau google," imbuhnya.

Narasumber lain yang juga Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbud, Iwan Syahril mengungkapkan, dalam masa pandemi ini diperlukan gotong royong semua pihak.

"Selama ini ekosistem kita di dunia pendidikan ialah menggunakan pola lama atau kaca mata kuda. Yakni hanya menyelesaikan tugas mengajar sebagai seorang guru," katanya.

Padahal, lebih dari itu guru harus bisa mengikuti perkembangan. Untuk itulah diperlukan guru penggerak, agar ada akselerasi yang cepat bagi seorang guru.

Lebih jauh, Iwan Syahril menjelaskan bahwa pemerintah punya target pada 2045 menjadi sebuah negara maju. Maka dibutuhkan kerja keras luar biasa dan akselerasi.

"Untuk bergerak cepat itu dibutuhkan inovasi dan berpikir berbeda serta saling bersinergi. Jadi, guru tidak hanya dituntut agar nilai siswa bagus, tapi bagaimana mimpi kita sebagai bangsa maju itu bisa terwujud," jelas Iwan.

Kolaborasi sangat penting

Inisiator Semua Murid Semua Guru (SMSG), Najella Shihab mengatakan bahwa kolaborasi itu sangat penting. Kini, pendidikan memang harus ada percepatan dan perbaikan oleh pemangku kepentingan.

"Di situasi pandemi ini semua jadi korban, tapi sebisa mungkin kita berkontribusi untuk gotong royong serta menjadi penggerak," ujarnya.

Webinar yang didukung Kompas.com tersebut juga menghadirkan CEO KitaBisa, Alfatih Timur. Di mana donasi #BantuKuatkanGuru itu bisa disalurkan melalui laman kitabisa.com.

Dari donasi yang terkumpul akan digunakan untuk membantu guru yang terdampak Covid-19. Diantaranya:

1. Beasiswa program belajar untuk guru.
2. Dukungan sekolah, seperti beli kuota data internet.
3. Sembako untuk guru:

  • Paket sembako untuk guru senilai Rp 400.000/guru
  • Maksimal 5 guru/sekolah

"Harapannya, kampanye #BantuKuatkanGuru dapat membantu guru dan sekolah, yang berarti kita membantu memastikan terselenggaranya kualitas belajar yang baik bagi seluruh murid Indonesia," jelasnya.

Baca juga: Kemendikbud Buka Rekrutmen Fasilitator dan Pendamping Guru Penggerak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com