Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pita Putih Indonesia: Pemutusan Rantai Covid Masih Terkendala Perilaku

Kompas.com - 14/06/2020, 09:54 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Kesadaran masyarakat masih dalam menjalani masa PSBB dan memasuki masa normal baru dirasa masih kurang, termasuk kesadaran dalam menjaga pola hidup bersih dan sehat.

Terdorong hal ini, Remaja Aliansi Pita Putih Indonesia yang berada di bawah naungan Pita Putih Indonesia dan didukung Global White Ribbon Alliance mendorong program edukasi dan informasi kepada masyarakat terkait persiapan memasuki era normal baru.

"Indonesia dihadapkan dengan kenyataan bahwa perubahan perilaku masyarakat masih banyak disikapi dengan kegagapan khususnya bagi masyarakat tingkat akar rumput yang seolah abai dengan merebaknya covid-19 di lingkungannya," ujar Giwo Rubianto Wiyogo, Ketua Umum Pita Putih Indonesia.

Ia melanjutkan, "sehingga pemutusan mata rantai Covid-19 di masyarakat terkendala oleh perilaku masyarakat itu sendiri."

Giwo menilai kendala yang dihadapi dalam pemutusan mata rantai Covid-19 adalah sulitnya masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Baca juga: Muhadjir: Pesantren dan Pendidikan Agama Wajib Dapat Perhatian di New Normal

 

Tantangan memasuki "new normal"

"Mengenai sosial distancing terutama, masih banyaknya masyarakat berkerumun di ruang publik, aktifitas perjalanan ke luar kota dari zona merah ke zona hijau baik untuk kepentingan aktifitas ekonomi maupun mudik," ujarnya dalam seminar nasional Pita Putih Indonesia (11/6/2020).

Di samping itu ia juga melihat kendala lain muncula dari berkembangnya hoaks seputar Covid-19 di mana masalah kesehatan dan Covid-19 banyak dibenturkan dengan ajaran agama dan sebagainya.

"Permasalahan lainnya adalah belum sadarnya masyarakat dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menggunakan masker bila berada di luar rumah, bagi usia di atas 60 th tetap berada di rumah atau stay at home," ujarnya. 

Giwo juga melihat masih adanya kendala di fasilitas Kesehatan, ditemui adanya keterbatasan tenaga medis serta belum semua rumah sakit yang ada terutama di daerah mempunyai fasilitas bagaimana layaknya menampung pasien Covid-19 pada waktu awal merebaknya.

"Semoga dengan berjalannya waktu standard pelayanan perawatan pasien covid-19 di seluruh daerah di Indonesia sudah mengacu pada standard operasional pelaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah di Indonesia," harapnya.

Ia menyampaikan pihaknya Pita Putih Indonesia pada masa pandemi Covid-19 telah melakukan beberapa upaya di antaranya telah melakukan sosialisasi KIBBLA bekerja sama dengan PPI provinsi Banten dan BKKBN provinsi Banten.

"Selain dari pada itu menarik ketertarikan para peserta webinar yang kebanyakan dari makasiswa STIKES kebidanan dan perawatan untuk menjadi simpatisan Pita Putih Indonesia dan sangat berharap terpanggil menjadi anggota Pita Putih Indonesia dalam ikut serta menurunkan angka Kematian Ibu dan bayi baru lahir di daerah masing-masing agar target SDGs tahun 2030 tercapai," harapnya lagi.

Layanan kesehatan ibu dan anak

Pita Putih Indonesia yang didirikan pada tahun 1999 berangkat dari keprihatinan masih tingginya angka kematian ibu akibat melahirkan di Indonesia.

Baca juga: Profesor Tamu NUS Singapura: Kebijakan New Normal Harus Bebas dari Intervensi Politik

Data tahun 2003 Angka Kematian Ibu (AKI) akibat melahirkan di Indonesia tertinggi di Asia yaitu dari 307 per 100.000 kelahiran hidup (dari data SDKI / Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2003).

Dalam perkembangannya, gerakan ini tidak hanya mengaktifkan gerakan global atas kesehatan reproduksi, ibu hamil, ibu melahirkan, anak dan bayi baru lahir namun juga mulai masuk dalam advokasi kesetaraan gender, peningkatan hak perlindungan dan hak perempuan serta pemberdayaan perempuan dan anak perempuan di semua tingkatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com