Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UGM: Akhir Pandemi Covid-19 Mundur bila Masyarakat Nekat Mudik

Kompas.com - 25/04/2020, 12:10 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

Sumber ugm.ac.id

KOMPAS.com - Dalam rilis terbaru hari ini, Sabtu (25/4/2020), Guru Besar Statistika Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dedi Rosadi mengatakan persebaran Covid-19 di Indonesia diprediksi akan mereda di akhir Juli 2020.

Prediksi yang mengacu pada data publikasi pemerintah hingga 23 April 2020 tersebut memperkirakan waktu puncak pandemi akan terjadi pada Mei 2020 dan mereda di akhir Juli 2020. Dengan perkiraan proyeksi total penderita positif Covid-19 di angka 31 ribu kasus.

Sebelumnya, Prof. Dedi dan tim pernah merilis prediksi sementara akhir pandemi terjadi pada akhir Mei 2020, dengan total penderita positif Covid-19 mencapai 6.174 kasus. Kala itu, digunakan data pemerintah sampai 26 Maret 2020.

Baca juga: 8 Tips Menjaga Imunitas Tubuh Selama Puasa dari Ahli Gizi UGM

Dedi memaparkan, ada tiga hal yang mengubah akhir pandemi Covid-19 menjadi lebih cepat atau lebih lambat dari yang diprediksikan, dengan jumlah kasus yang berkurang atau melebihi prediksi.

3 hal pengaruhi cepat lambatnya akhir pendemi corona

Menurutnya, hal pertama yang bisa memengaruhi cepat atau lambatnya akhir pandemi Covid-19 ialah kondisi dan usaha untuk mengubah kecepatan penularan bahkan memutus total rantai penularan penyakit.

Usaha tersebut dapat diwujudkan melalui pengendalian yang efektif terhadap episentrum-episentrum penyebaran virus, khususnya kelompok provinsi zona merah.

Jika pencegahan maksimal terhadap kemungkinan tumbuhnya klaster baru di setiap daerah dilakukan dengan baik, maka wabah bisa selesai jauh lebih cepat dengan jumlah kasus yang lebih kecil.

Sebaliknya, jika pengendalian tidak berhasil dilakukan, maka prediksi berakhirnya wabah akan mundur. Jumlah penderita akan lebih besar dari prediksi sementara juga masih mungkin terjadi.

Baca juga: Saran Pakar IPB agar Barang Belanja dan Makanan Delivery Bebas Corona

Kedua ialah besar atau kecilnya fenomena mudik pada bulan Mei 2020 atau bentuk migrasi lain dari daerah pusat penyebaran, khususnya daerah zona merah, yang sangat berpotensi untuk ditunggangi virus.

 

Sehingga, keputusan larangan mudik oleh Pemerintah sejak tanggal 24 April 2020 dianggap tepat karena sejalan dengan upaya pengendalian risiko wabah.

Bila larangan tersebut ditaati, diharapkan dapat menghambat tumbuhnya klaster-klaster penyebaran baru di seluruh Indonesia.

"Tumbuhnya klaster-klaster baru perlu dicegah agar wabah tidak mundur lebih lama ke belakang yang berakibat akhir wabah di setiap wilayah akan berbeda-beda. Akhirnya menyebabkan perkiraan laju tambahan jumlah kasus di setiap wilayah akan berbeda-beda dan akan memengaruhi time line dan nilai akhir total prediksi nasional," jelas Prof. Dedi dalam laman resmi UGM, Sabtu (25/4/2020).

Ketiga, berhubungan dengan kondisi di masa yang akan datang terkait konsistensi pengaturan pemerintah dan bagaimana tingkat kepedulian dan kewaspadaan masyarakat terhadap imbauan pemerintah tersebut.

Agar pandemi cepat berakhir, masyarakat dapat terus melaksanakan anjuran berdiam diri di rumah semaksimal mungkin.

Jika beraktivitas keluar rumah, hendaknya selalu memaksimalkan usaha-usaha untuk melindungi diri melalui social dan physical distancing, memakai masker, cuci tangan dengan sabun, dan melakukan gaya hidup sehat lainnya.

Baca juga: Guru Besar UGM: Perokok Rentan Terinfeksi Covid-19

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com