Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kartini Penggerak Inklusi, Setarakan Hak Disabilitas untuk Berkarya

Kompas.com - 21/04/2020, 11:31 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

"Karena isu (disabilitas) itu sangat lekat dengan kehidupan di sekitar kita, mungkin ada saudara kita, teman kita, atau bahkan orangtua kita, anak kita, kakek nenek kita yang mengalami disabilitas. Sehingga kita harus memiliki kepekaan bahwa isu disabilitas bukanlah isu yang berbeda dengan isu anak, isu perempuan, isu lingkungan, semua saling berkaitan," papar Risna di kesempatan yang sama.

Bahkan, kondisi disabilitas bisa saja dialami oleh siapapun tanpa memandang usia. Seperti kisah yang dialami oleh wartawan tuna netra Tempo Cheta Nilawati.

Dalam kesempatan yang sama, Cheta bercerita bahwa tuna netra yang dialaminya bukanlah bawaan dari lahir, melainkan baru dialami pada tahun 2016, tepat saat menginjak usia 34 tahun, dan telah 10 tahun menjadi wartawan.

"Saya memang tidak tuna netra dulu baru jadi wartawan. Alhamdulillah waktu itu tempat saya bekerja memperbolehkan saya tetap melanjutkan karier menjadi wartawan. Tetapi bukan berarti bagi teman-teman lain yang misalnya sudah netra dari lahir tidak bisa berkecimpung jadi wartawan," paparnya.

Menurut Cheta, penyandang disabilitas harus mampu bersaing walau kerjanya harus dua atau tiga kali lipat. Bahkan, sudah ada sejumlah website yang menerima teman-teman disabilitas untuk bekerja sebagai penulis.

"Menurut saya, teman-teman yang sudah netra sejak lahir tentu memiliki insting dan mobilitas yang lebih baik ketimbang saya yang netra setelah tua," imbuhnya.

Untuk bisa tetap menjadi wartawan, Cheta menghubungi Yayasan Mitra Netra untuk belajar menggunakan komputer khusus untuk netra. Sekitar empat bulan belajar, untuk bisa kebali menjadi wartawan Cheta harus mengasah insting menulisnya sebagai netra dengan lebih dulu menjadi citizen jurnalist.

Ia mengutarakan, dengan usaha lebih dan dukungan sekitar, kini tak sedikit tuna netra yang mampu bekerja menjadi penulis, customer service, telesales, dan banyak pekerjaan lainnya.

"Rumah" bagi disabilitas

M-Takls 2020: Kartini Penggerak Inklusi menjadi salah satu cara Koneksi Indonesia Inklusif (Konekin) mengolaborasikan masyarakat luas dengan kaum disabilitas agar bisa menghasilkan karya lebih besar dalam kehidupan.

Konekin merupakan startup sosial yang berdiri sejak November 2018 dengan tujuan untuk mendorong ekosistem inklusif di Indonesia melalui penyebaran informasi, peningkatan partisipasi publik dan penciptaan kolaborasi dengan penyandang disabilitas.

“Semangat Konekin adalah semua orang tahu isu disabilitas, kemudian mau terlibat, hingga akhirnya mampu menciptakan lingkungan yang inklusif,” papar Founder Konekin dan Ketua Bidang Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Rumah Millennials Marthella Sirait.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com