Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi UGM Teliti Tumbuhan Indonesia Ini Cegah Corona

Kompas.com - 27/03/2020, 09:06 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Penyakit Covid-19 yang disebabkan virus corona terus menyebar di Indonesia. Bahkan kini jumlah korban terus bertambah.

Karena belum ada terapi atau vaksin yang disetujui untuk semua tipe coronavirus, maka salah satu upaya pencegahan penyebaran virus ini ialah dengan menggalakkan program jaga jarak atau social distancing dan cuci tangan dengan sabun.

Cara yang ditempuh para ilmuwan saat ini adalah dengan mengelompokkan virus berdasarkan urutan materi genetiknya (DNA atau RNA) baik dengan eksperimen maupun dengan bantuan komputer.

Baca juga: 18 Herbal Pendongkrak Imun Tubuh dari Akademisi UGM

Melansir laman resmi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), dua akademisi UGM yakni Dr. rer nat. apt. Nanang Fakhrudin, M.Si dan apt. Puguh Indrasetiawan, M.Sc, PhD mencoba meneliti virus tersebut.

Dalam tulisannya itu disebutkan dengan bantuan komputer, maka diketahui bahwa SARS-CoV-2 (penyebab Covid-19) merupakan kerabat dekat dari SARS-CoV (penyebab SARS). Oleh karena itu, para ilmuwan pun berasumsi bahwa mungkin saja siklus hidupnya mirip.

Belakangan diketahui bahwa SARS-CoV-2 menginfeksi manusia dengan cara mirip sekali dengan kerabatnya (SARS-CoV), yaitu berinteraksi dengan reseptor bernama ACE2.

ACE2 terdapat dalam jumlah banyak pada sel-sel alveolus tipe II di paru-paru, sel epitel di esofagus bagian atas, enterosit pada ileum (bagian terakhir usus halus) dan kolon (usus besar), sel epitel pada empedu, sel otot jantung, sel proximal tubule pada ginjal dan sel urotelial pada kandung kemih.

Laporan lain mengelompokkan tingkat kerentanan organ tubuh manusia berdasarkan jumlah ACE2 yang terdapat di organ tersebut. Paru-paru berada diurutan teratas kemungkinan risiko tertinggi terhadap SARS-CoV-2.

Organ dan bagian tubuh seperti rongga mulut, jantung, saluran pencernaan (usus halus dan usus besar) dan ginjal termasuk dalam kategori risiko tinggi terhadap infeksi SARS-CoV-2, temuan yang dapat menjelaskan adanya gejala non-pernafasan pada Covid-19.

Herbal Indonesia berpotensi cegah corona

Negara yang kaya akan tumbuhan-tumbuhan bisa dimanfaatkan sebagai obat herbal. Indonesia memiliki riwayat yang panjang dalam pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan berbagai macam penyakit secara turun temurun.

Namun, Covid-19 merupakan jenis penyakit baru sehingga belum ada riwayat pengobatan di dunia ini termasuk Indonesia yang memanfaatkan tumbuhan.

Beberapa tumbuhan Indonesia mengandung senyawa-senyawa yang berpotensi aktif sebagai agen untuk menghambat infeksi maupun replikasi SARS-CoV-2 berdasarkan aktivitasnya pada target-target terapi yang relevan.

Senyawa-senyawa berpotensi aktif tersebut merupakan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan Indonesia setidaknya memiliki aktivitas pada target terapi di level in vitro.

Tumbuhan-tumbuhan Indonesia

Kedua akademisi dari Center for Natural Antiinfective Research/CNAIR, dan Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UGM menjelaskan beberapa tumbuhan Indonesia dan senyawanya yang berpotensi untuk dikembangkan dalam penanggulangan Covid-19 atau cegah corona:

1. Tumbuhan yang berpotensi mengambat interaksi reseptor ACE2 dengan protein S

Untuk saat ini, ACE2 merupakan reseptor yang berhasil diidentifikasi sebagai pintu masuknya virus SARS-CoV-2 dalam menginfeksi manusia. Reseptor ACE2 ini banyak diekspresikan di paru-paru.

Baca juga: Cegah Corona, Ini Anjuran Asupan Harian Usia 40-an dari Akademisi IPB

Namun risiko infeksi ini bisa dicegah atau dikurangi dengan senyawa dari tumbuhan yang mampu mengganggu interaksi tersebut. Beberapa tumbuhan Indonesia mengandung senyawa yang berpotensi untuk mencegah atau mengurangi infeksi virus ini, yakni:

  • lidah buaya (Aloe vera; daun)
  • kelembak (Rheum officinnale; akar)

Pada biji dari tumbuhan genus Cassia, seperti:

  • Cassia alata atau Senna alata (ketepeng kebo)
  • Cassia obtusifolia atau Senna obtusifolia (kacang jawa)
  • Senna alexandrina (jati cina)

Sedangkan tanaman yang banyak mengandung luteolin antara lain:

  • seledri (Apium graveolens, daun dan biji)
  • tapak liman (Elephantopus scaber; daun dan bunga)
  • bawang (Alium cepa; daun)
  • brokoli (Brassica oleracea)
  • cabe hijau (Capsicum annuum; buah)
  • belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi; daun dan buah)
  • jeruk purut (Citrus hystrix; daun)
  • wortel (Daucus carota; umbi)

2.Tumbuhan yang berpotensi menghambat aktivitas protease serin

Pada tahap selanjutnya, diperlukan aktivitas enzim protease serin oleh TMPRSS2 (sebuah glikprotein transmembran) yang memungkinkan virus untuk melebur dan masuk kedalam sel target untuk memulai infeksinya. Penghambatan aktivitas protease serin ini merupakan target dalam pencegahan infeksi virus.

Senyawa yang menghambat protease pada residu serin (serine protease inhibitor, selanjutnya disebut sebagai SPI) diperkirakan bisa menjadi kandidat obat yang baik untuk menghentikan siklus hidup virus.

Tumbuhan keluarga polong-polongan (Fabaceae, Poaceae, dan Solanaceae) merupakan sumber penghasil SPI yang utama dari tumbuhan.

Contoh tumbuhan suku polong-polongan yang bijinya mengandung SPI adalah:

  • kacang tanah (Arachis hypogaea)
  • kedelai (Glycine max)
  • buncis (Phaseolus vulgaris)
  • kapri (Pisum sativum)
  • orok-orok (Crotalaria juncea)

Selain polong-polongan, banyak tanaman Indonesia yang mengandung senyawa SPI, diantaranya:

  • kelor (Moringa oleifera; daun dan biji)
  • pare (Momordica charantia; biji)
  • timun (Cucumis sativus; buah)
  • labu kuning (Cucurbita moschata; buah)
  • nanas (Ananas comosus; buah)
  • ubi (Ipomoea batatas; umbi)
  • kentang (Solanum tuberosum, umbi)

Namun, prediksi yang berbasis pada model komputasi ini masih memerlukan pembuktian pada uji laboratorium. Ada banyak strategi yang kini sedang dikembangkan peneliti untuk mencari senyawa aktif antivirus termasuk yang berasal dari senyawa bahan alam bersumber dari tumbuhan.

Baca juga: Akademisi Unpad Kupas Ragam Obat Tradisional di Naskah Sunda Kuno

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com