Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Rivaldy, Pemuda Asal Nabire Lulus dari FK UGM dengan IPK 3,30

KOMPAS.com - Sebanyak 72 wisudawan Universitas Gadjah Mada (UGM) berasal dari daerah 3T (terdepan, terpencil, terluar).

Rivaldy Bram Waromi menjadi salah satu mahasiswa asal daerah 3T yang turut mengikuti prosesi wisuda kali ini.

Ia berhasil lulus dari Program Studi Pendidikan Dokter dan menempuh pendidikan di FKKMK UGM dengan menggunakan beasiswa afirmasi pendidikan tinggi (Adik) dari Nabire, Papua Tengah.

"Ini peristiwa yang saya tunggu, terkadang masih belum percaya dengan capaian ini. Jauh saya dari Nabire, Papua akhirnya lulus, Puji Syukur," ungkap Rivaldy seperti dikutip dari laman UGM, Rabu (6/12/2023).

Pemuda asal Nabire lulus FK UGM

Berasal dari Nabire, Papua, Rivaldy sadar soal pelayanan kesehatan di daerahnya. Hal itu yang membuatnya penasaran dan berkeinginan mempelajari ilmu kedokteran.

Rivaldy sangat ingin menjadi dokter, dan fokus utamanya bisa memberi pelayanan dengan ikhlas dan tulus untuk masyarakat.

"Saya mencoba banyak belajar, mencoba terus menjadi pribadi yang lebih mendengarkan keluhan, lebih menghargai pendapat dan keputusan orang lain, bekerja bersama, dan itu saya kira menjadi modal utama saya bisa memberikan pelayanan yang terbaik," terangnya.

Belajar di FKKMK UGM telah menempanya mendapat banyak pengalaman. Belajar menjadi dokter, menurut Rivaldy, belajar menjadi leader yang bertanggung jawab dan mampu memberikan keputusan yang tepat dan cepat.

Mempelajari ilmu kedokteran telah menjadikannya lebih mampu untuk bisa memahami tentang tubuhnya sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Kebiasaan-kebiasaan yang baik dan tidak baik tentunya dapat berdampak bagi kehidupan pribadi maupun lingkungan sekitar.

Sempat mengalami kesulitan di awal kuliah

Meski begitu di awal-awal masa kuliah di FKKMK UGM, ia mengaku mengalami kesulitan. Bahkan, saking tidak mudahnya mempelajari ilmu kedokteran, nilainya tidak pernah stabil cenderung menurun.

Rivaldy harus rutin berkonsultasi dengan psikiater untuk menumbuhkan kembali motivasi belajar. Dia mengaku, belajar di kedokteran sangat sulit, apalagi yang tidak minat 100 persen tentunya mengalami kesulitan juga dalam beradaptasi.

"Sistem belajar di kedokteran berputar dan bergerak maju sangat cepat," kata Rivaldy.

Kemampuan dalam berteman dan mencari koneksi, menurut Rivaldy, menjadi salah satu kunci. Menurutnya, itu perlu dilakukan agar tetap mampu bertahan kuliah dan menunjang proses-proses belajar berikutnya.

Meski tidak memiliki strategi khusus dalam belajar, Rivaldy terus belajar mencintai Program Studi Pendidikan Dokter. Dia berusaha terus menumbuhkan agar niat dan minat belajarnya semakin kuat dan konsisten.

"Niat dan ketekunan menjadi hal terpenting yang harus dipupuk dan lakukan," ungkapnya.

Meski lulus dalam rentang waktu 10 semester, ia tetap bangga dan mendedikasikannya bagi semua khususnya warga Nabire.

Baginya setiap orang memiliki cara belajar yang berbeda-beda, dan ia lebih suka belajar secara bekelompok dan melakukan diskusi bersama.

Sempat berminat melanjutkan belajar seni setelah lulus SMA, Rivaldy diremehkan dan tidak dipercaya bisa masuk Fakultas Kedokteran UGM oleh teman-temannya.

Dia mengaku, sempat merasakan keragu-raguan itu, namun kedua orangtua terus mendorongnya untuk mencoba.

"Saya ditentang untuk pilih seni, orangtua mendorong untuk kedokteran. Saya tes dan saat pengumuman ternyata saya lulus pada pilihan pertama. Saya pun kuliah di Program Studi Kedokteran sampai sekarang, dan kini saya menjalani koas," tuturnya.

Ingin jadi dokter di Nabire

Bukan saat kuliah di FKKMK UGM saja Rivaldy mendapatkan beasiswa afirmasi, ternyata saat di SMA ia juga mendapatkan beasiswa jalur Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem).

Setelah lulus SMA, ia pun mendapatkan kesempatan yang sama mengikuti tes dari program Adik (Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi) untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Rivaldy mengaku, tidak mudah bisa lolos seleksi beasiswa jalur afirmasi karena harus bersaing dengan teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia. Peminat beasiswa inipun dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

"Menyicil nilai rata-rata yang baik sejak semester satu duduk di bangku SMA adalah jalan ninjanya agar bisa lolos beasiswa Adik. Termasuk tekun dengan mengikuti kursus pada mata pelajaran yang kurang dikuasainya. Berlatih menjawab soal untuk menambah variasi penyelesaian masalah, dan juga belajar mandiri mencari referensi belajar penyelesaian soal dari kanal YouTube," imbuhnya.

Pemuda kelahiran tahun 2000 ini menjalani pendidikan co-asst sebelum menyandang profesi seorang dokter. Ia berencana kembali ke Nabire setelah lulus menjadi dokter nanti.

Rivaldy berangan-angan bisa mendalami Ilmu Obstetri dan Ginekologi, dan bercita-cita menjadi dokter spesialis bedah dan kandungan.

"Di luar kegiatan co-asst ingin sih menambah pengetahuan dengan mengambil studi magister dalam bidang bisnis dan manajemen," tutup wisudawan dengan IPK 3,30 ini.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/12/07/091120671/kisah-rivaldy-pemuda-asal-nabire-lulus-dari-fk-ugm-dengan-ipk-330

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke