Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Mitha, Anak Tukang Pijat Keliling yang Bisa Kuliah berkat Beasiswa

KOMPAS.com - Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi nyatanya tidak bisa dirasakan oleh semua orang. Terlebih, bagi mereka yang memiliki keterbatasan finansial.

Namun, dengan adanya program beasiswa, tidak sedikit anak muda yang bisa mewujudkan mimpi untuk berkuliah tanpa mengkhawatirkan biaya.

Salah satunya, Ayu Pramitha atau yang akrab disapa Mitha. Mitha merupakan seorang mahasiswi semester 3 pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang (UM) yang berhasil meraih pendanaan kuliah secara penuh melalui Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah).

Mitha menceritakan, dirinya telah mendapatkan bantuan melalui Program Indonesia Pintar (PIP) sejak masih sekolah dasar. Kemudian, untuk melanjutkan studi jenjang perguruan tinggi, ia berkesempatan mendapatkan bantuan melalui KIP Kuliah.

“Saya menerima PIP tiga kali, saat di SD, SMP, dan SMA. Lulus SMA Tahun 2021, tapi gagal pada seleksi masuk perguruan tinggi, Tahun 2022 ikut lagi, Alhamdulillah lolos, “ tutur Mitha yang dilansir dari laman Puslapdik Kemdikbud, dikutip Kamis (9/11/2023).

Mitha sangat bersyukur karena cita-citanya untuk berkuliah dapat terwujud berkat KIP Kuliah. Jika tidak ada program ini, mungkin mimpinya harus dia kubur. Apalagi, jika melihat ayahnya yang hanyalah seorang tukang pijat keliling dan ibunya yang merupakan seorang penjahit kecil-kecilan.

Keinginan Mitha untuk bisa melanjutkan studi ke perguruan tinggi sudah ada sejak masih di sekolah. Siti Arofah, Ibu dari Mitha, juga mendukung cita-cita anaknya ini. Meski dirinya, terkadang merasa ragu akibat kondisi ekonomi.

“Mitha memang yang paling ingin sekali kuliah sejak dulu, saya juga mendukungnya walaupun agak ragu dan pesimis karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung, saya pernah bertanya pada Mitha “apa nanti nggak minder punya teman yang mampu’,tapi Mitha memang punya semangat yang tinggi dan selalu berpikir positif, “jelas Arofah.

Arofah juga merasa bangga dan beruntung karena melalui Program Keluarga Harapan (PKH) membuat Mitha dapat bantuan PIP sejak SD hingga kemudian memperoleh KIP Kuliah.

Arofah juga menjelaskan bahwa Mitha mengikuti seleksi KIP Kuliah atas inisiatifnya sendiri.

“Anak saya ikut seleksi KIP kuliah juga bukan karena dorongan saya, Mitha diam-diam ikut seleksi KIP Kuliah,” ucapnya.

Mitha bertekad untuk terus berprestasi di kampus

Mitha menggunakan bantuan KIP Kuliah untuk menunjang kebutuhan perkuliahan, seperti membeli laptop.

Bantuan KIP Kuliah yang diterima oleh Mitha membuatnya bersemangat untuk terus meraih IPK yang tinggi.

“KIP Kuliah kan menuntut penerimanya untuk memiliki nilai diatas standar minimal, karena itu, agar tetap dapat KIP Kuliah, saya bertekad nilai akhir setiap mata kuliah setidaknya B, jangan sampai C, “jelasnya.

Semangatnya ini juga tercermin dari nilai IPK Mitha di semester 2 yang mencapai 3,5.

Ia juga berencana untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa yang menjadi salah satu kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Ia ingin mencoba untuk merasakan pengalaman berkuliah di Sumatera Utara.

“Saya ingin mencoba kampus di Universitas Sumatera Utara (USU) karena ada teman dekat saya yang kuliah di sana,” pungkasnya.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/11/10/190000171/kisah-mitha-anak-tukang-pijat-keliling-yang-bisa-kuliah-berkat-beasiswa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke