Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Nyoman, Lulusan Cumlaude ITB yang Lolos Beasiswa LPDP ke MIT

KOMPAS.com - Gagal mendapatkan beasiswa sekali, bukan berarti gagal selamanya. Seperti kisah Nyoman Anjani yang berhasil lolos memperoleh beasiswa di kampus top nomor satu dunia Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Nyoman lolos ke MIT berkat beasiswa Lembaga Pengelola Dana Keuangan atau LPDP. Namun, sebelumnya dia pernah gagal mendapatkan beasiswa ini. 

Nyoman Anjani adalah perempuan priangan yang lahir dan besar di Bandung, Jawa Barat. Nama Nyoman yang identik dengan Pulau Dewata didapat dari ayahnya yang keturunan Bali.

Sebelum mendapatkan beasiswa, Nyoman adalah mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB).

Sejak kecil, Nyoman sudah mengenal bab-bab ajar seputar teknik dari kedua orangtuanya yang berprofesi sebagai dosen teknik di ITB. Ayahnya merupakan pensiunan profesor Teknik Mesin, sedangkan ibunya adalah dosen di Teknik Industri.

Meski berada di jurusan yang identik didominasi laki-laki, dia sama sekali tak merasa terganggu.

Dia merasa lingkungan tetap suportif dan memacunya untuk lebih giat belajar agar tidak kalah pintar. Di ITB, Nyoman pernah menjadi Presiden Kabinet Keluarga Mahasiswa (K3M) periode 2013/2024.

Dia juga turut membidani lahirnya program Ekspedisi Pelita Muda. Di mana mahasiswa ITB melakukan ekspedisi di daerah tertinggal dan memberdayakan masyarakat sekitar.

Baginya, selain akademik, bekal organisasi tak kalah penting, karena dia merasa bekal soft skill yang didapat cukup membantu saat bekerja.

Sempat Gagal Raih Beasiswa LPDP

Selepas mendapat gelar Sarjana Teknik pada 2014 dengan predikat cumlaude, Nyoman sebenarnya sudah nyaman di salah satu perusahaan barang konsumen multinasional terkemuka.

Namun, dia merasa butuh pengembangan pengetahuan dan karier di tahun ketiga kerjanya.

Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dipilih Nyoman agar bisa mewujudkan keinginannya untuk bersekolah di Amerika Serikat (AS).

"Saya meluangkan waktu kosong pulang kerja di malam hari dan subuh sebelum kerja untuk belajar, untuk preparation," kata dia dilansir dari laman LPDP.

Nyoman pernah gagal dalam seleksi beasiswa LPDP pada tahun 2018, karena skor bahasa Inggris belum mencukupi.

Barulah di percobaan berikutnya, dia berhasil mendapatkan tiket ke kampus impiannya di MIT. Di MIT, dia mengambil jurusan Integrated Design and Management untuk memperkaya ilmunya terkait industri manufaktur.

Kuliah di MIT Penuh Perjuangan

Dia mengungkapkan, menjadi mahasiswa cerdas lulusan ITB nyatanya tetap membuatnya berjuang keras mengikuti perkuliahan di salah satu kampus terbaik dunia ini.

Menurutnya, sekolah di luar negeri sangat menantang. Dia merasakan lebih lelah kuliah S2 ketimbang saat bekerja.

"Saya bisa mengerjakan itu (tugas) sampai tengah malam jam satu baru tidur, jam 2 baru tidur, terus jam 7 harus ke kampus lagi buat kuliah," sambung dia.

Nyoman cerita, dia kaget melihat tingkat keaktifan para mahasiswa di luar negeri ini. Dengan kultur yang lebih egaliter, mahasiswa di sana tak canggung untuk angkat tangan menyela dengan pertanyaan saat dosen belum selesai menjelaskan.

MIT yang berada di ranking pertama kampus top dunia tentunya memiliki fasilitas, tenaga pengajar, dan kurikulum yang di atas rata-rata.

Berada di lingkungan orang-orang cerdas membuatnya bersemangat dalam belajar.

Bahkan, mahasiswa yang mengajukan proposal ide startup akan diberi modal 2.500 dollar AS sampai 5.000 dollar AS dan diberikan mentornya langsung dari MIT.

Dia menyatakan, ekosistem di sana sangat mendukung untuk berinovasi dan membuat usaha.

Saat menjadi mahasiswa MIT, dirinya pernah tergabung sebagai peneliti bidang manufaktur di MIT Indonesia Research Alliance (MIRA), sebuah badan riset kolaborasi antara MIT dengan ITB dan Universitas Indonesia selama setahun lebih.

Selepas lulus dari MIT, Nyoman membuat produk baby care bernama Gently.

Brand lokal ini berfokus menyediakan produk-produk personal care untuk bayi dan ibu. Gently mengedepankan formula yang lembut, aman, berkhasiat, dan tentunya disajikan dengan harga terjangkau.

Nyoman mengatakan idenya berangkat dari pengalaman pribadi yang melihat produk baby care didominasi merek impor yang penuh efek samping dari kandungan berbahaya dan harga tinggi yang sulit terjangkau masyarakat kecil.

Nyoman bisa saja tetap pragmatis dengan menjadi karyawan, tapi baginya hal itu kurang berdampak bagi masyarakat luas.

"Impact yang dihasilkan ke masyarakat tidak ada. Kita cuma dapat gaji besar buat kita sendiri," ujar dia.

Dalam masa pencarian ide usaha dan bertepatan dengan masa kehamilan membuat dirinya memperoleh inspirasi untuk menciptakan produk baby care.

Prinsipnya, dia ingin menghadirkan produk berkualitas dengan harga terjangkau serta tentunya buatan lokal.

Proses penelitian dan pengembangan memakan cukup waktu hingga akhirnya dapat launching produk Gently pada April 2022.

Meski telah memutuskan berwirausaha di bidang produk baby care, Nyoman tak merasa latar belakang Ilmu Teknik Mesin menjadi sia-sia.

Dia menyebut logika berpikir dalam produksi diperlukan untuk mengembangkan usaha. Adapun hambatan usaha yang dirasakannya, seperti marketing, talent, dan distribusi.

Keputusan Nyoman untuk berwirausaha dan berjuang membesarkan brand adalah bentuk pengabdiannya pada masyarakat luas.

Nyoman berharap bisnisnya mampu menyerap tenaga kerja yang luas serta membuat produknya dapat memberi khasiat terbaik untuk bayi dan ibu Indonesia.

"Jadi tentang manfaat, bagaimana memberi manfaat buat masyarakat luas, bukan cuma dari lapangan pekerjaan, tapi juga dari produk yang kita ciptakan," pungkas dia.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/10/13/113815671/kisah-nyoman-lulusan-cumlaude-itb-yang-lolos-beasiswa-lpdp-ke-mit

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke