Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Umpan Balik dalam Pembelajaran: Belajar dari Australia

Mari kita perhatikan satu ilustrasi menarik dari Luthfiyyah (2020) terkait praktik umpan balik ini.

Dia mengandaikan ada seorang guru yang ingin membawa muridnya jalan-jalan ke suatu tempat (learning goals), maka menginformasikan kepada murid mau kemana menjadi hal yang paling utama dilakukan.

Di sini, semua yang akan murid pelajari atau tujuan pembelajaran harus dijelaskan, atau juga hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana cara untuk mencapai tempat yang dituju.

Selanjutnya apa kriteria sehingga peserta didik boleh menganggap diri mereka telah tiba di tempat tujuan.

Dalam pelaksanaannya, muncul sejumlah aspek yang memengaruhi keefektifan umpan balik. Misalnya, tingkat kekhususan informasi yang disampaikan, kompleksitas dan panjangnya informasi tersebut, dan waktu pemberian umpan balik itu sendiri (Yuan, 2015).

Selanjutnya, aspek-aspek tersebut menjawab temuan Carless (Ott, 2016) dalam kurun waktu penelitiannya di Australia, Amerika Serikat, hingga Inggris, yang menyatakan bahwa peserta didik seringkali merasa tidak puas atas umpan balik yang mereka terima.

Kendalanya terletak pada aspek keakuratan/ketepatan informasi yang disampaikan, rentang waktu pemberian umpan balik hingga tingkat konsistensi informasi.

Di Australia, pemberian umpan balik kepada peserta didik telah diwajibkan bagi semua guru. Kewajiban ini tertuang di dalam poin-poin yang masuk dalam kategori praktik profesional.

Standar guru profesional di Australia terdiri dari tiga domain pengajaran seperti pengetahuan profesional, praktik profesional, dan keterlibatan profesional.

Lebih jauh lagi, pengetahuan profesional mencakup di dalamnya kemampuan seorang pendidik untuk mengenal peserta didik dan tahu bagaimana mereka belajar dan mengetahui konten dan bagaimana cara mengajar mereka.

Kemudian praktik profesional mencakup perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif, menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung, serta menilai, memberikan umpan balik, dan melaporkan pembelajaran peserta didik.

Dan yang terakhir, yakni keterlibatan profesional yang menyangkut keterlibatan dalam pembelajaran profesional, dan keterlibatan secara profesional dengan rekan kerja, orang tua, dan komunitas .

Dalam konteks umpan balik, guru beroperasi secara efektif di semua tahapan siklus belajar mengajar, termasuk di dalamnya perencanaan pembelajaran dan penilaian, mengembangkan program pembelajaran, mengajar, menilai, memberikan umpan balik tentang pembelajaran peserta didik dan melaporkan kepada orangtua.

Di Indonesia, sejumlah penelitian tentang efektivitas atau pengaruh umpan balik terhadap suksesnya proses belajar mengajar di semua level satuan pendidikan telah dilakukan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Bakhtiar, Khairuddin dan kawan-kawan tentang pengaruh umpan balik, koordinasi terhadap kemampuan objek kontrol siswa PAUD.

Mereka menemukan bahwa anak-anak yang diberi umpan balik langsung memiliki nilai rata-rata lebih tinggi jika dibandingkan dengan gerak dasar anak yang tidak diberi umpan balik langsung.

Penelitian Anggraini dan Hudiono tentang pemberian umpan balik terhadap hasil belajar dan self-efficacy Matematis pada siswa SMP, bahwa ada perbedaan rata-rata nilai antara mereka yang diberi umpan balik dengan yang tidak.

Angka yang didapat oleh mereka yang diberi umpan balik terkategori tinggi, sedangkan yang tidak diberi umpan balik terkategori sedang saja.

Selebihnya, umpan balik juga terbukti mendorong terciptanya interaksi positif yang lebih intens antara pendidik dengan peserta didik (Hidayat & Saleh, 2022).

Sejumlah temuan dari penelitian-penelitian ini bisa diklaim telah memberi nilai tambah bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Para pendidik tentu saja akan memakai hasil penelitiannya untuk membuat semacam refleksi/evaluasi terhadap proses belajar mengajar yang mereka tekuni selama ini.

Dalam sistim pendidikan di Indonesia, aktivitas pemberian umpan balik dari pendidik untuk peserta didik belum tertuang di dalam kurikulum atau dokumen-dokumen resmi pemerintah yang orientasinya mewajibkan seluruh pendidik untuk melakukannya.

Di berbagai pendidikan dan pelatihan peningkatan profesionalisme pendidik, misalnya, materi tentang pemberian umpan balik dalam proses belajar mengajar belum ada.

Misalnya, dalam pendidikan dan pelatihan program peningkatan keterampilan dasar teknik instruksional, belum kita jumpai materi pelatihan dan pendidikan tentang umpan balik.

Ini artinya bahwa umpan balik kepada peserta didik masih sebatas atau berangkat dari kesadaran personal dari masing-masing pendidik saja.

Untuk itu, strategi agar umpan balik dalam proses belajar mengajar bisa dimaksimalkan antara lain memasukkan poin ini ke dalam instrumen resmi, misalnya, ke dalam standar kompetensi guru.

Di Indonesia, kita semua tahu bahwa ada empat aspek yang menjadi landasan inti dari standar kompetensi guru. Aspek-aspek itu antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Pada kompetensi pedagogik, para pendidik hanya diinstruksikan/diwajibkan untuk menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.

Poin-poin yang secara spesifik mewajibkan para pendidik untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik terkait dengan performa belajar mereka memang belum ada.

Untuk itu, pada hemat saya, perbaikan bisa dimulai dari memasukkan poin umpan balik ke dalam atau bagian bagian integral dari kompetensi pedagogik.

Dengan mengetahui sekaligus memahami posisi sentral dari umpan balik dalam proses belajar mengajar, maka sudah saatnya hal ini menjadi perhatian serius dari para pemangku kebijakan.

Umpan balik akan mampu secara maksimal diterapkan jika ada instrumen resmi dari pemerintah melalui rancangan besar kurikulum, standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, dan sejenisnya.

Di Australia, umpan balik merupakan bagian integral demi memastikan bahwa proses belajar mengajar berkualitas. Maka, di tengah arus besar usaha memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia, menempatkan umpan balik dalam pembelajaran merupakan upaya rasional dan punya potensi positif demi meningkatkan kualitas/hasil belajar peserta didik di semua satuan pendidikan di Indonesia.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/09/19/112439371/umpan-balik-dalam-pembelajaran-belajar-dari-australia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke