Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Alqe, Awardee Beasiswa Indonesia Maju Raih Pendanaan Rp 4 Miliar

KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia menyediakan beberapa program beasiswa yang bisa dimanfaatkan calon mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan S1 ke luar negeri.

Tidak hanya bisa kuliah gratis, program beasiswa dari pemerintah Indonesia ada juga yang menyediakan benefit uang saku besar. Beasiswa tersebut adalah Beasiswa Indonesia Maju (BIM).

Salah satu penerima beasiswa Indonesia Maju, Alqeshira Najma Feyza menceritakan pengalamannya menjadi awardee Beasiswa Indonesia Maju dan benefit yang diperolehnya.

Bahkan pembiayaan yang ditanggung beasiswa Indonesia Maju (BIM) bisa mencapai Rp 4 miliar.

Beasiswa Indonesia Maju berikan biaya capai Rp 4 miliar

Kepada Kompas.com, gadis yang akrab disapa Alqe ini menceritakan pengalamannya menjadi awardee Beasiswa Indonesia Maju dari pemerintah Indonesia.

Pendanaan yang diberikan Beasiswa Indonesia Maju tergolong besar. Karena semuanya bisa mencapai jumlah Rp 4 miliar. Tentunya ini bisa dimanfaatkan para calon mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan dengan kuliah di luar negeri.

Menurutnya, Beasiswa Indonesia Maju termasuk sebagai beasiswa paket lengkap yang all-in-one karena menanggung semua dana baik education maupun non-education cost mulai dari:

  • Registration fee (Biaya registrasi kampus)
  • Tuition fee (Uang kuliah UKT)
  • Book allowance (Dana tunjangan buku)
  • Thesis
  • International seminar
  • International Journal Publication
  • Settlement allowance (Biaya kedatangan)
  • Living allowance (Biaya hidup)
  • Transportation
  • Health insurance
  • Visa.

"Aku rasa para awardee BIM (Beasiswa Indonesia Maju) tinggal fokus untuk belajar, masuk ke organisasi atau klub kampus untuk bisa belajar dan mengasah skill baru bersama mentor dan mahasiswa dari berbagai negara, membangun network, dan tidak perlu bekerja untuk memenuhi biaya hidup," kata Alqe kepada Kompas.com, Minggu (20/8/2023).

Keberhasilan Alqe bisa menjadi awardee Beasiswa Indonesia Maju tentu tidak diperoleh dalam waktu singkat. Perjuangannya bahkan sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) pun membuahkan hasil yang tak sia-sia.

Usaha yang dilakukan sejak SD

Gadis yang sejak SD hingga SMA mengenyam pendidikan di sekolah negeri di Jakarta ini sama sekali tidak punya bayangan bisa melanjutkan pendidikan di luar negeri.

Alumnus SMAN 68 Jakarta ini awalnya punya cita-cita ingin kuliah di Universitas Indonesia (UI). Namun takdir justru mengantarkannya bisa kuliah S1 di The University of British Columbia.

Alqe mengambil Jurusan Mechanical Engineering, dan bulan September 2023 ini akan masuk tahun kedua.

"Sejak dulu aku tidak pernah terpikirkan apalagi bermimpi untuk kuliah S1 di luar negeri. Sejak SD, mimpi tertinggiku adalah masuk UI melalui jalur undangan. Setelah itu aku punya keinginan S2 di luar negeri karena yang aku tahu ada beasiswa LPDP untuk S2 dan S3," kata Alqe.

Bahkan Alqe tidak pernah dengar beasiswa S1 luar negeri dari pemerintah. Menurut Alqe, mendapat beasiswa bukanlah hal yang mudah dan tidak dapat diraih hanya dalam waktu singkat.

Untuk mengejar mimpinya kuliah di UI lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau kini disebut Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), Alqe perlu mempersiapkannya sejak lama. Apalagi jika ingin mendapat beasiswa luar negeri.

Namun Alqe bisa meraih beasiswa Indonesia Maju berkat upayanya menyusun proposal hidup rencana panjang dan memecahnya menjadi rencana jangka pendek.

Untuk lolos SNMPTN (SNBP), selain nilai rapor, aku juga harus bisa menunjukkan prestasi akademik/non-akademik. Dan jika ingin lolos SNMPTN ke UI, Alqe harus masuk ke SMA yang dapat kuota jalur undangan dari UI.

"Tidak semua SMA diundang oleh UI untuk jalur SNMPTNnya. Salah satu sekolah yang rutin diundang UI dan memiliki kuota banyak untuk lolos adalah SMAN 68," terang Alqe.

Untuk meraih semua target yang sudah dibuatnya, Alqe memecahnya lagi menjadi target-target tahunan yang harus dilakukan. Semua sudah aku dipersiapkan sejak SD kelas 4 dengan brainstorming bersama orangtua.

Alqe mengisi hari-harinya dengan hal yang positif dan produktif, serta mulai mengasah berbagai skill.

Saat SD kelas 4 hingga 6, dia sudah ikut lomba di bidang kesenian seperti menggambar dan story telling.

Selain kemampuan menggambar dan public speaking, dia juga mulai mengasah skill bahasa Inggris.

Kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki Alqe dimulai dengan sering menonton film anak-anak yang berbahasa Inggris.

Di bangku SMP, dia mulai aktif berorganisasi di OSIS, Rohis, dan Palang Merah Remaja. Alqe juga masih mengikuti berbagai lomba namun belum sampai ke tingkat nasional.

"Saat SMA, aku terlibat aktif dalam Rohis dan Kegiatan Ilmiah Remaja. Aku mengikuti lomba penelitian yaitu Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2021 dari Pusat Prestasi Nasional Kemdikbud Ristek," papar Alqe.

Perjuangan Alqe dengan aktif dan mengikuti berbagai perlombaan berbuah manis. Dia pernah membuat penelitian dengan membuat alat sederhana namun tepat guna yaitu Blickr (Blue-Light Blocking Mirrors) yang efektif mengurangi paparan sinar biru dari laptop untuk mencegah Computer Vision Syndrome.

"Alhamdulillah aku mendapat medali perunggu yang mengantarkanku meraih Beasiswa Indonesia Maju dan menjadi awardee angkatan 1," beber Alqe.

Alqe mengungkapkan, awalnya, ketika sekolah memberitahukan pendaftaran OPSI. Siswa di angkatannya, hanya Alqe yang tertarik ikut lomba tersebut. Ini menunjukkan rendahnya animo siswa Jakarta untuk berkecimpung dalam dunia penelitian.

Siswa SMA di Jakarta umumnya hanya tertarik mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N).

Sehingga peserta tim OPSI dari Jakarta bisa dibilang sedikit sekali jika dibandingkan peserta tim dari luar daerah.

Isi masa sekolah dengan kegiatan berprestasi 

Alqe menekankan, anak muda lainnya yang ingin meraih beasiswa dan mewujudkan keinginan kuliah di luar negeri, perlu menyukai kegiatan-kegiatan yang berbau prestasi dan leadership. Karena dengan mengikuti kegiatan tersebut, siswa akan memiliki portofolio diri yang bagus dan sangat mendukung saat pembuatan essay aplikasi beasiswa yang diincar.

"Jika dulu aku takut mencoba hal baru seperti penelitian, dan tidak mengambil opportunity yang datang padaku, mungkin aku tidak ada di sini belajar di Kanada dengan beasiswa full," tandas Alqe.

Selain itu, anak muda juga perlu mengasah kemampuan bahasa Inggris-nya sejak dini. Pasalnya kemahiran berbahasa Inggris sering sekali menjadi syarat dalam aplikasi beasiswa dan mendaftar kampus luar negeri.

Kemampuan berbahasa Inggris ini harus ditunjukkan dengan sertifikat bahasa terstandarisasi internasional seperti IELTS dengan skor minimal 6.5, dan TOEFL dengan skor 79-93.

Ini setara dengan level kemampuan Upper Intermediate yang mendekati Advanced. Untuk mencapai level ini, kamu memerlukan waktu belajar yang cukup lama, dan akan lebih baik jika mendapat cukup input dan exposure sejak kecil.

Beberapa skill yang harus diasah dalam bahasa Inggris adalah listening, speaking, reading, dan writing serta beberapa komponen seperti grammar, pronunciation, dan spelling.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/08/20/064500271/cerita-alqe-awardee-beasiswa-indonesia-maju-raih-pendanaan-rp-4-miliar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke