Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dokter Unair: Angkat Beban Berat Sebabkan Rahim Turun, Ini Penjelasannya

KOMPAS.com - Sebenarnya, perempuan mengangkat beban berat itu apakah berbahaya bagi rahimnya? Apakah ini mitos atau fakta?

Menurut Dokter Spesialis kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Dr. Eighty Mardiyan Kurniawati, dr., Sp.OG(K)., angkat beban berat dalam medis sebenarnya tidak berdampak pada kesuburan.

Ini artinya tidak akan menurunkan potensi kehamilan. Meski begitu, mengangkat beban berat bisa berpotensi menyebabkan rahim turun atau dalam bahasa medis disebut dengan prolapsus uteri.

Selain itu, rahim turun merupakan suatu kondisi dimana rahim mengalami perubahan posisi sehingga tidak pada tempatnya. Melainkan keluar sampai ke arah vagina atau bahkan keluar dari vagina.

"Harusnya rahim beserta organ panggul yang lain seperti rektum dan kandung kemih berada dalam satu tempat yakni rongga panggul, jika keluar dari situ disebut dengan rahim turun," ujarnya dikutip dari laman FK Unair, Selasa (3/1/2023).

Kekuatan dasar panggul melemah

Ia menjelaskan, kondisi rahim turun itu karena dasar panggul yang terdiri dari otot dasar panggul, rongga dan jaringan ikat, yang menyangga rahim melemah atau mengalami kerusakan.

Jadi, kelemahan ini salah satunya disebabkan oleh mengangkat beban berat. Saat mengangkat beban berat, terjadi peningkatan tekanan intraabdomen tinggi atau tekanan tinggi dalam perut.

Jika kondisi ini sering terjadi, maka kekuatan dasar panggul akan melemah yang menyebabkan rahim turun.

Walaupun sering terjadi pada wanita dewasa, rahim turun juga dapat terjadi pada wanita usia lebih muda. Selain peningkatan tekanan abdomen tadi, obesitas juga menjadi salah satu faktor risikonya.

"Sama halnya dengan mengangkat beban berat, beban panggul dalam menyangga tubuh yang obesitas juga berat, karenanya bisa menyebabkan pelemahan dasar panggul yang menyebabkan rahim turun," imbuh dia.

Kendati kemikian, rahim turun ini dialami 40 persen wanita di dunia. Untuk faktor risiko utamanya ialah kehamilan dan melahirkan.

Selain itu, faktor usia juga bisa berpengaruh, di mana semakin tua, hormon estrogen yang menghasilkan kolagen menurun. Ini juga yang akan mempengaruhi kekuatan otot dasar panggul dalam menyangga rahim.

Gejala rahim turun

Sedang untuk gejala rahim turun ditandai dengan:

1. Mengalami gangguan berkemih dan BAB (beser) dan kentut

2. Memiliki beberapa faktor risiko, seperti obesitas atau sering mengangkat berat

3. Terdapat benjolan di daerah vagina, bentuknya seperti jambu sebesar bola bekel atau tenis yang sering terjadi dan diabaikan.

Jika mengalami itu sebaiknya bisa curiga bahwa ini merupakan kondisi rahim turun.

Namun terkadang pasien baru datang ke dokter saat mengalami pendarahan karena kondisi rahim keluar dari vagina dan menyebabkan iritasi akibat bergesekan dengan serviks.

Dikatakan, jika sudah terjadi demikian sebaiknya pasien segera berkonsultasi ke dokter kandungan.

"Rahim turun memang tidak menyebabkan kematian. Namun bisa mengurangi kualitas hidup penderitanya," tandasnya.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/01/10/152700771/dokter-unair--angkat-beban-berat-sebabkan-rahim-turun-ini-penjelasannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke