Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sompo Jembatani 3 Pemuda Indonesia Lakukan Aksi Pelestarian Lingkungan

KOMPAS.com - Hasil survei KedaiKOPI menunjukkan bahwa mayoritas atau 77,4 persen anak muda di Indonesia tertarik dengan isu lingkungan.

Sementara itu, 81,1 persen responden juga beranggapan bahwa masalah perubahan iklim adalah keadaan darurat.

Tak hanya sekadar peduli terhadap isu lingkungan dan iklim, melalui langkah kecil namun nyata, tiga mahasiswa Indonesia melakukan aksi pelestarian lingkungan dengan beragam cara.

Salah satunya ialah Ahmad Juang. Ia berupaya mengubah sampah menjadi kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan membangun sistem pengolahan sampah yang melibatkan kelompok anak muda dan ibu rumah tangga setempat.

Sampah sendiri merupakan isu lingkungan yang paling umum di Indonesia, khususnya di Jakarta.

Dengan tingginya jumlah konsumerisme dan konsumsi, sampah plastik dan limbah makanan telah menjadi masalah yang sulit dihindari.

Untuk itu, Novaldi melihat bahwa masyarakat dapat mengubah limbah menjadi sesuatu yang menguntungkan.

Ahmad melakukan revitalisasi sistem pengelolaan sampah terpadu (pengelolaan dan sistem kerja, revitalisasi bank sampah untuk sampah anorganik), sekaligus memberdayakan warga lokal (remaja sebagai pengelola sampah, ibu rumah tangga setempat untuk pelatihan pemilahan sampah dan pengelolaan sampah organik menjadi kompos).

"Dengan memiliki pengelolaan sampah diharapkan warga memiliki kesadaran dan kemampuan untuk memilah sampah rumah tangga di rumah masing-masing. Di mana warga memiliki pengetahuan pengelompokan sampah yang dapat membuatnya lebih mudah untuk membuat kompos dan daur ulang," tuturnya.

Ke depannya, Ahmad juga berharap keterampilan dan pengetahuan tentang pengelolaan sampah organik menjadi kompos dapat mengurangi jumlah sampah rumah tangga seperti plastik dan kaleng.

Lain halnya dengan Rina Nur Cahyani. Aktivis pendidikan muda ini ingin meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ekosistem perubahan iklim kepada siswa, bekerja sama dengan 1000 Guru Foundation untuk mendirikan kelas khusus dan ruang baca.

"Salah satu isu mengapa masyarakat di Indonesia tidak memiliki pemahaman dan kesadaran yang jelas tentang pentingnya perubahan iklim atau pelestarian lingkungan adalah karena kurangnya edukasi tentang hal tersebut," terangnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Rina percaya bahwa kesadaran lingkungan mengajar pada siswa dan guru sekolah dasar di Jawa Timur adalah suatu keharusan.

Rina bermitra dengan 1000 Guru Foundation untuk membuat kelas khusus dan pojok baca untuk mengajarkan siswa tentang perubahan iklim, keanekaragaman hayati, jenis sampah dan cara memilahnya.

Dampak yang diharapkan dari program tersebut adalah untuk menciptakan dan meningkatkan pengetahuan tentang lingkungan dan perubahan iklim.

Beralih ke Lampung. Novaldi Eza berupaya memperkenalkan Agroforestri Alpukat ke sebuah desa di Lampung.

Dalam beberapa tahun terakhir, Novaldi melihat bahwa kondisi lingkungan dan komunitas di tempat dia tinggal berpotensi untuk bisa lebih ditingkatkan lagi. Terutama dengan adanya pergeseran massa pertanian hutan.

Untuk itu, Novaldi membuat program berupa sosialisasi bahan agroforestri alpukat dan skema panen yang sesuai agar komunitas di sana dapat menghasilkan pendapatan yang maksimal.

"Para petani lokal akan mendapatkan pelatihan untuk memilih lokasi penanaman yang ideal, cara pengaplikasian pupuk, dan juga demonstrasi cara menanam di salah satu lahan petani," jelasnya.

Novaldi berharap program ini akan berdampak besar bagi masyarakat, mencegah timbulnya masalah lingkungan lain dan memberikan petani lokal pendidikan dan
keterampilan yang bermanfaat bagi mereka.

Bantuan pendanaan hingga mentor

Aksi melestarikan lingkungan butuh uluran tangan banyak pihak. Dalam hal ini, baik Novaldi, Ahmad dan Rina didukung penuh oleh Sompo Insurance Indonesia yang telah bekerja sama dengan Japan Enviromental Education Forum (JEEF).

Ketiganya merupakan Sompo Alumni Idea Fund, yakni sebuah program yang diperuntukkan bagi alumni NGO Learning Internship Program periode tahun 2019, 2020 dan 2021 untuk melakukan aksi lingkungan dengan mengajak masyarakat berpartisipasi dan berkontribusi dalam menghadapi dan mencari solusi bagi permasalahan lingkungan sekitar.

Sebelum mengikuti Sompo Alumni Idea Fund, para mahasiswa terlebih dahulu mengikuti kegiatan NGO Learning Internship Program.

Selama program tersebut berlangsung, mahasiswa belajar di lingkungan NGO bersama dengan staf NGO yang sudah berpengalaman sehingga mereka dapat memahami isu-isu lingkungan dan menjadi seseorang yang bertanggung jawab terhadap konservasi lingkungan.

Bagi kamu yang juga ingin berkontribusi untuk lingkungan, sekaligus menggali pengalaman magang di NGO, Sompo membuka pendaftaran NGO Learning Internship Program setiap tahunnya, terbuka bagi mahasiswa S1 dan S2.

Program ini telah dimulai sejak awal bulan Februari 2019. Mahasiswa yang mengikuti program ini akan dibiayai oleh Sompo Environment Foundation selama 75 hari selama periode magang dengan biaya per hari sebesar Rp 100.000.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/06/21/143932371/sompo-jembatani-3-pemuda-indonesia-lakukan-aksi-pelestarian-lingkungan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke