Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Memandang Masa Depan agar Mahasiswa Bisa Hidup Sukses

Oleh: Farhah Kamilatun Nuha (Mahasiswa Psikologi Profesi Jenjang Magister, Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara) | Naomi Soetikno (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara)

KOMPAS.com - Setiap individu, baik mahasiswa, siswa, dan lainnya memiliki kecenderungan untuk memiliki perspektif akan masa lalu, masa kini, dan masa depan, dan bagaimana porsi dari perspektif tersebut dapat memengaruhi diri individu.

Ketika porsi perspektif itu tidak seimbang, maka perasaan tidak nyaman, gelisah, khawatir dapat memengaruhi kehidupan.

Kebanyakan individu melihat keadaan mereka dengan perasaan yang tidak karuan dan campur aduk. Ada yang berjuang dengan kenangan menyakitkan, berjuang dengan tantangan-tantangan saat ini, dan ada juga yang mengkhawatirkan masa depan.

Individu cenderung merasakan kekhawatiran dan ketakutan yang dirasakan, dibandingkan melihat peristiwa dan mencoba untuk mengusahakan yang terbaik. Dengan mampunya individu memiliki perspektif yang seimbang antara masa lalu, masa kini, dan masa depan, maka individu akan dapat lebih mensyukuri keberadaan dan hakikatnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Aneta Przepiorka dan Malgorzata Sobol-Kwapinska (2020) mengungkapkan bahwa rasa syukur memediasi hubungan antara perspektif waktu dan kepuasan hidup.

Przepiorka dan Sobol-Kwapinska (2020) menyebutkan bahwa individu dengan perspektif masa lalu yang dominan berada di dalam dunia kenangan dan pengalaman – apakah kenangan tersebut menyenangkan atau traumatis.

Pada individu yang hidup di masa sekarang akan benar-benar didominasi oleh peristiwa saat ini, tanpa mempertimbangkan konsekuensi terkait masa depan dan hampir tidak mempertimbangkan pengalaman dari masa lalu.

Sedangkan pada individu yang berorientasi pada masa depan sering gagal untuk memperhatikan kesenangan saat ini.

Przepiorka dan Sobol-Kwapinska menemukan bahwa perspektif ini berkaitan dengan aspek penting dari fungsi manusia, seperti energi, harga diri, afeksi, mindfulness, kebahagiaan, dan kepuasan hidup.

Ketika individu memiliki sikap positif terhadap pembagian waktu masa lalu, masa kini, dan masa depan, maka hal ini akan berhubungan dengan meningkatnya rasa syukur dan kepuasan hidup.

Penelitian Przepiorka dan Sobol-Kwapinska (2020) menyatakan bahwa kurangnya rasa syukur dapat menjelaskan munculnya sikap dan perasaan negatif terhadap masa lalu, masa kini, dan masa depan, dan kemudian dapat berpengaruh pada tingkat kepuasan hidup yang rendah.

Przepiorka dan Sobol-Kwapinska juga menyatakan kecenderungan untuk berfokus pada aspek positif dari sebuah peristiwa dan mengabaikan hal negatif itu tidak selalu merupakan hal yang buruk.

Hasil penelitian mereka pun menyatakan individu yang melihat masa lalu mereka dalam perspektif positif akan mengalami peningkatan rasa syukur serta peningkatan kepuasan hidup.

Dari penelitian yang dilakukan, Przepiorka dan Sobol-Kwapinska menyadari bahwa orientasi terhadap masa depan memiliki potensi untuk menghasilkan banyak bermanfaat dan meningkatkan kebahagiaan melalui peningkatan rasa syukur atas apa yang kita harapkan di masa depan.

Jika penelitian Przepiorka dan Sobol-Kwapinska membahas mengenai perspektif waktu akan memengaruhi orientasi kita terhadap masa depan dalam aspek kesyukuran dan kepuasan hidup, lalu bagaimana dengan aspek kesehatan dan kesejahteraan diri?

Apa yang harus dilakukan agar kesehatan dan kesejahteraan diri terjaga dengan berbagai pilihan orientasi waktu yang dimiliki?

Penelitian yang dilakukan oleh Sarah R. Lindstrom Johnson, Robert W. Blum dan Tina L. Cheng (2014) mengungkapkan bahwa apabila individu khususnya di usia remaja memiliki kemampuan untuk menetapkan tujuan dan merencanakan masa depan, maka akan memengaruhi tingkat kesehatan dan kesejahteraan diri.

Lalu, apa yang bisa individu lakukan untuk berfokus pada masa depan demi meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan diri?

1. Buatlah tujuan yang jelas atas apa yang dicita-citakan dan direncanakan. Cobalah untuk membuat life plan dan tuliskan tujuan akhir dari rencana tersebut. Merencanakan akan membuat kita lebih tertata dalam melihat tujuan yang akan kita capai dan melihat kemungkinan kendala yang akan dihadapi, serta mencari solusi atas kendala tersebut.

2. Berikan harapan dan perasaan optimis pada life plan yang telah dibuat. Harapan dan optimisme dapat memberikan perasaan positif pada tujuan hidup, sehingga ketika menjalani prosesnya kita dapat lebih menikmati dan mengharapkan yang terbaik.

3. Ukur kemampuan diri. Mengukur kemampuan diri membantu kita untuk bisa meletakkan harapan dan mengatur rencana kita agar tidak terlalu berlebihan. Ketahui batasan diri dan buat life plan sesuai dengan apa yang memang kita mampu lakukan dan hadapi.

4. Pahami minat diri. Pelajari diri kita secara mendalam, apa yang diminati, apa yang kita inginkan untuk lakukan di masa depan. Memahami minat diri membantu kita untuk tidak menyesali dan merasa terbebani atas apa yang akan kita lakukan kelak.

5. Keyakinan akan masa depan. Aspek ini merupakan yang terpenting, karena ketika kita yakin akan masa depan yang akan kita hadapi, maka segala usaha kita saat ini akan lebih terasa ringan.

Jadi, ketika kita sudah melakukan hal-hal tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan diri. Tentu saja dengan membiasakan diri untuk bisa melihat dari perspektif positif pada orientasi waktu yang ada di hidup kita.

Ingat bahwa cara agar kita (mahasiswa dan lainnya) bisa berorientasi pada masa depan adalah tidak hanya bertahan pada saat ini tetapi juga berproses dan berkembang.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/04/20/134402871/cara-memandang-masa-depan-agar-mahasiswa-bisa-hidup-sukses

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke