Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

KOPSI 2021, Akademisi: Budaya Penelitian Siswa Tetap Tumbuh di Masa Pandemi

KOMPAS.com - Budaya penelitian siswa harus tetap ditumbuhkan, meski proses pembelajaran terdampak pandemi global Covid-19 yang masih belum diketahui pasti kapan akan berakhir. Budaya penelitian menjadi penting karena hal ini akan menentukan kemajuan sebuah bangsa.

"Budaya penelitan itu yang membedakan negara-negara maju. Research and development itu kan basis dari kemajuan dan kesehteraan negara," tegas Prof. Hamdi Muluk, Ketua Laboratorium Psikologi Politik Fakultas Psikologi UI yang menjadi salah satu dewan juri Kompetisi Penelitian Siswa Indonesia atau KOPSI 2021.

Associate Prof. Abu Amar, Ketua Department Teknologi Industri Pertanian Institut Teknologi Indonesia yang juga menjadi dewan juri KOPSI 2021 bahkan menambahkan budaya peneltian harus mulai ditanamkan dalam diri siswa sejak dini.

"Justru budaya penelitian pada anak anak dapat dimulai dari anak usia taman kanak kanak. Dengan demikian maka sejak dini budaya penelitian perlu dilaksanakan di Indonesia melalui model pembelajaran yang menyenangkan," ujar Prof. Abu Amar.

Prof. Hamdi Muluk dan Prof. Abu Amar sepakat, KOPSI dapat menjadi wadah dalam menumbuhkan budaya penelitian tersebut di kalangan siswa.

KOPSI 2021 digelar Pusat Prestasi Siswa Nasional (Puspresnas) Kemendikbud Ristek tingkat SMA dan sederajat dan berlangsung pada 16-20 November 2021.

Dalam final KOPSI 2021 masuk sebanyak 175 naskah terbaik 372 siswa finalis dari 98 SMA, 26 MA, serta satu Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) di Jeddah, Arab Saudi. Naskah tersebut berhasil diseleksi dari 2.377 proposal yang diajukan.

Terdapat tiga bidang ilmu yang dilombakan pada KoPSI 2021 yaitu Matematika, Sains, dan Teknologi (MST), Fisika Terapan dan Rekayasa (FTR), serta Ilmu Sosial dan Humaniora (ISH).

Tantangan membangun budaya penelitian

Prof. Hamdi Muluk melihat, tantangan dalam menumbuhkan riset di kalangan siswa SMA adalah budaya meneliti itu tidak atau belum menjadi bagian dari sistem pendidikan kita mulai dari SD, SMP, dan SMA.

"Riset Akademik masih menjadi barang asing bagi siswa SLTA, keran sistem pendidikan kita masih menmentingkan hapalan dan pengenalan konsep belaka, bukan memancing dan menggali curiousity atau keingintahuan," ungkap Prof. Hamdi.

Hal inilah yang menjadi salah satu faktor budaya penelitian masih belum berkembang secara optimal.

"Di samping itu ketatnya kegiatan disekolah kadang menyulitkan bagi siswa membagi waktu untuk melakukan penelitian sehingga ketuntasan penelitiannya agak terganggu," tambah Prof. Amar.

Kehadiran KOPSI yang diadakan Puspresnas, diyakini menjadi salah satu upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas budaya penelitian di kalangan siswa. Hal ini nampak dengan kualitas penelitian siswa yang masuk dalam final KOPSI 2021.

"Kualitas penelitian bidang sains untuk tahun ini justru mengalami peningkatan kualitas, walaupun masa pandemi ternyata justru kualitas malah meningkat secara umum metode sudah bagus. Beberapa penelitian bahkan sangat potensial dan menyelesaikan masalah yang ada di sekitar mereka," ungkap Prof. Abu Amar yang menjadi juri bidang sains.

Tidak hanya bidang sains, kualitas penelitian siswa bidang humaniora juga mengalami peningkatan di masa pandemi.

"Tahun ini cukup bagus kualitasnya, ada beberapa perserta dari SMA SMA yang memang bagus dari kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Denpansar, Jogjakarta, tapi juga ada dari Lamongan, bahkan MAN juga bagus bagus," tambah Prof. Hamdi Muluk, juri bidang sosial humaniora.

Pulihkan Indonesia lewat penelitian

Para Guru Besar yang menjadi dewan juri tersebut juga menyampaikan, kepekaan dan kepedulian tinggi siswa terhadap permasalahan yang ada dalam masyarakat nampak muncul dalam KOPSI 2021 yang mengangkat tema "Inovasi Potensi Lokal untuk Pemulihan Indonesia".

Hal ini melepas stigma generasi saat ini yang dinilai tercerabut dari lokalitas lingkungan dan kurang perduli terhadap lingkungan dan masyarakat.

"Ya, banyak tema-tema lokal yang diangkat dalam bidang sosial humaniora. Misal soal kearifan lokal, potensi kearifan lokal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Mereka mengawinkannya juga dengan kemajuan teknologi informasi," puji Prof. Hamdi.

Prof. Abu Amar menyampaikan, penelitian yang masuk dalam KOPSI 2021 mencoba menjawab permasalahan yang ada di sekitar siswa.

"Jadi masalah lokal diangkat ke penelitian dan menyelesaikan masalahnya, bahkan syukur-syukur dapat menyelesaikan ke masalah global," tambah Prof. Abu Amar. 

Ia mencontohkan ada banyak upaya inovasi penelitian siswa dalam KOPSI 2021 menjawab permasalahan yang ada di masyarakat seperti pemanfaatan ubi ungu dan tulang ikan tuna serta kaldunya untuk dibuat beras analog yang mampu menurunkan kadar gula darah dan asam urat sehingga mampu mengatasi masalah diabet dan asam urat.

Bahkan ada sekolah yang tema penelitiannya ini sangat menarik mengangkat masalah lokal dan diselesaikan contoh ada yang memanfaatkan IT untuk mendeteksi gejala dini penyakit sapi gila.

Ada juga penelitian inovasi siswa terkait machine learning untuk menditeksi kicauan burung yang baik sehingga secara kuantitatif dapat menilai kicauan burung yang paling baik sehingga mudah mendeteksinya untuk mencari indukan yang akan dikembang biakan agar anakannya nanti memiliki kicauan y ang baik juga sesuai suara atau kicauan induknya.

"Pesan kepada siswa tingkatkan terus penelitian kalian semuanya dan utamakan kejujuran karena jujur itu juara. Gunakan energi melimpah kalian dengan melakukan penelitian apapun yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar Anda," pesan Prof. Abu Amar.

Pesan senada juga disampaikan Prof. Hamdi Muluk. "Selalu pupuk keingintahuan. Cintailah ilmu pengetahun. Ingat, bangsa yang maju adalah bangsa yang riset dan pengembangannya yang maju, bukan yang kaya sumber daya alam," pungkas Prof. Hamdi Muluk.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/11/20/130636271/kopsi-2021-akademisi-budaya-penelitian-siswa-tetap-tumbuh-di-masa-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke