Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Seperti Ini Potret Implementasi Kampus Merdeka di UGM dan UMY

KOMPAS.com - Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diluncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim awal 2020 hingga kini terus berjalan.

Meski dunia sedang dilanda pandemi Covid-19, tetapi Kebijakan Kampus Merdeka tetap diimplementasikan oleh masing-masing perguruan tinggi.

Hal ini penting, karena menurut Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemendikbud Ristek, Prof. Nizam, sekarang bangsa Indonesia sedang menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Tentu tujuannya tak lain agar cita-cita menuju generasi emas 2045 bisa tercapai. Apalagi Indonesia bakal segera memasuki bonus demografi yang dimulai pada 2030 mendatang.

"Pendidikan itu penting jika Indonesia ingin jadi negara maju. Hanya saja, tantangannya masih cukup berat," ungkap Nizam pada webinar Program Fellowship Jurnalisme Pendidikan angkatan kedua secara daring, Jumat (25/6/2021).

Terkait Kampus Merdeka, Prof. Nizam berharap melalui pendidikan tinggi mampu menciptakan SDM unggul. "Sekarang mahasiswa bisa kuliah lintas prodi selama satu semester. Ini gunanya agar mahasiswa bisa mengembangkan potensi diri melalui pembelajaran yang fleksibel," tegasnya.

Dikatakan Prof. Nizam, ada 9 kegiatan di Kampus Merdeka, yakni:

Berbicara mengenai Kampus Merdeka di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), berikut beberapa perguruan tinggi yang telah mengimplementasikan Kampus Merdeka.

Salah satunya Universitas Gadjah Mada (UGM). Di UGM langsung merespon kebijakan pemerintah tersebut dengan mengeluarkan Peraturan Rektor Nomor 14 Tahun 2020 tentang Kerangka Dasar Kurikulum (KDK).

Saat dihubungi Kompas.com, Kamis (26/8/2021), Rektor UGM Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., mengungkapkan bahwa KDK memandatkan kepada seluruh program studi terutama Sarjana dan Sarjana Terapan untuk melakukan reorientasi dan relaksasi kurikulum.

Rektor juga membentuk tim Satuan Tugas (Satgas) MBKM di tingkat universitas yang terdiri dari berbagai unit baik direktorat maupun pusat di UGM untuk mengawal implementasi program-program MBKM dan mendampingi tim MBKM yang ada di fakultas dan sekolah.

Dalam menjalankan tugasnya, Satgas MBKM UGM telah mengeluarkan Buku Panduan Implementasi MBKM di UGM untuk menjadi panduan bagi seluruh fakultas dan sekolah di lingkungan UGM beserta mitra strategis.

Tentu yang akan mengembangkan berbagai Bentuk Kegiatan Pembelajaran (BKP) di luar prodi dan menjadi panduan bagi mahasiswa yang berminat untuk mengikuti berbagai pilihan BKP yang disediakan.

"Sebagai wujud akselerasi implementasi MBKM di program studi, selain mendorong prodi untuk mengikuti berbagai skema Bantuan Dana dari Dikti, sejak 2020 hingga 2021, universitas telah menyediakan Bantuan Dana bagi program studi untuk menyiapkan MBKM melalui relaksasi kurikulum dan inisiasi kerjasama baru dengan mitra strategis untuk mengembangkan berbagai BKP MBKM," terang Prof. Panut.

Adapun hasil tindak lanjut dari kebijakan KDK tersebut, maka pada Juli 2021, seluruh program studi Sarjana dan Sarjana Terapan telah menyelesaikan proses relaksasi kurikulum.

Bahkan mampu menunjukkan profil kurikulum yang memberikan ruang dan hak mahasiswa untuk mendapatkan penguatan dan tambahan kompetensi serta keterampilan dari luar prodinya.

"Dengan demikian, seluruh program studi Sarjana dan Sarjana Terapan di UGM telah memulai implementasi MBKM secara penuh pada Semester Gasal Tahun Akademik 2021/2022 ini," tegas Rektor UGM.

Lebih lanjut, Prof. Panut menjelaskan bahwa pihaknya memberikan keleluasaan kepada prodi untuk mengaturnya. Meski demikian, semua tetap pada prinsip kompetensi dasar harus terpenuhi.

"Prinsipnya 5 semester itu sudah terpenuhi dahulu. Jika satu semester itu 20 SKS, maka total yang sudah diambil yakni 100 SKS diambil di dalam prodinya," kata Prof. Panut.

Sedangkan 20 SKS bisa diambil di luar prodinya. Namun Rektor UGM mengingatkan bahwa semua harus mendukung kompetensi prodinya.

Dia memberikan contoh, mahasiswa Teknik tidak bisa magang di SMA atau ikut program mengajar di sekolah. Tetapi yang paling tepat magang di perusahaan atau pabrik atau di proyek pembangunan.

Lain halnya di salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Yogya, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Meski sudah mengimplementasikan MBKM, tetapi belum maksimal.

Menurut Rektor UMY, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM., Kampus Merdeka dijalankan bertahap. Tentu karena masih banyak penyesuaian pada kurikulumnya.

"Di UMY implementasinya bertahap. Kemarin mulai September 2020 tapi hanya bagi mahasiswa angkatan 2018," ungkap Gunawan saat dihubungi Kompas.com.

Jika dulu magang itu hanya 2 bulan saja, kini di Kampus Merdeka bisa 4-5 bulan. Mahasiswa bisa magang dari satu mata kuliah yang diminatinya.

Mahasiswa yang magang nantinya bisa diakui 10-12 SKS. Dia mencontohkan mahasiswa Pertanian yang tertarik mata kuliah pengemasan makanan bisa magang di perusahaan olahan makanan.

"Di Jogja ada banyak perusahaan pengemasan makanan awetan mulai dari gudeg, bakpia, bolu kukus dan lain-lain. Mereka bisa ambil 3, 4 atau maksimal 5 bulan dan bisa menggantikan 12 SKS," imbuhnya.

Selanjutnya, kini giliran mahasiswa angkatan 2019 yang juga dibebaskan mengambil mata kuliah di luar prodi. Tentu untuk menambah pengetahuannya maka dia bisa ambil di perguruan tinggi lain namun masih di prodi yang sama.

Rektor UMY menambahkan bahwa di Muhammadiyah jaringannya luas. Ada 168 perguruan tinggi Muhammadiyah. "Selama ini sebetulnya praktik kampus merdeka itu sudah kita lakukan sejak lama, terutama untuk kampus Muhammadiyah yang besar menolong kampus Muhammadiyah yang kecil," ucapnya.

Karena biaya operasional kampus itu paling banyak di honor mengajar. Kampus yang kecil dari pada menghonori dosennya maka bisa menitipkan mahasiswanya baik bisa daring maupun luring.

Hal ini sudah sering terjadi, bahkan program KKN pihaknya sering mendapat titipan dari mahasiswa Muhammadiyah di luar UMY.

Di UMY, nanti untuk September 2021 akan ada angkatan 2019 dan 2020 yang bakal merasakan Kampus Merdeka yang lebih luas lagi.

"Jadi nanti bertahap, karena di Kampus Merdeka ini total ada 40 SKS yang bisa ditempuh di luar kampus. Maka kami juga harus menyiapkan semuanya dengan baik," tegas rektor.

Di samping itu, bagi mahasiswa yang ingin mengambil magang, pihaknya memberikan kebebasan. Hanya saja, sekarang ini ada konversi SKS dari fakultas pendidikan dengan program "Muhammadiyah Mengajar" yang dimulai sejak Februari 2021. Mahasiswa menjadi guru bantu di Kabupaten Kulonprogo.

Karena banyak orang tua yang stres dengan sekolah online, ini mahasiswa mendampingi anak untuk belajar dengan membentuk kelompok-kelompok kecil.

Tak hanya itu saja, pihaknya juga kerja sama dengan kantor OJK dan mendapat jatah 190 mahasiswa untuk bisa magang. "Jadi, kini mahasiswa merdeka boleh mencari yang dia suka. Kita tidak boleh mengarahkan. Tapi harus disesuaikan dengan mata kuliah atau prodinya," jelas Rektor Gunawan.

Sementara itu, salah satu mahasiswa UMY angkatan 2018, Agus Tri Widodo saat mengikuti KKN Tematik Penanganan Pandemi Covid-19 di Cepor, Sendangtirto, Berbah, Sleman mengaku berinisiatif ikut magang di program Kampus Merdeka.

Meski tak ada pengumuman dari kampusnya, tetapi dia mendapat informasi dari temannya agar ikut magang bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI.

Ternyata, program magang ini kolaborasi antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dengan Kementerian ESDM.

Adapun programnya bernama program Kampus Merdeka dan Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya).

"Saya tahunya malah dari teman saya. Sedangkan prodi saya justru tidak memberikan informasi program Gerilya ini. Karena sesuai dengan jurusan maka saya ikut program tersebut," ungkapnya.

Untuk saat ini dia masih dalam proses tes tertulis. Dilanjutkan dengan tes wawancara, pengumuman dan pembagian tempat atau lokasi perusahaannya.

"Jadi nanti belum tahu perusahannya apa. Tapi saat ini saya sedang ikut tesnya," ujar Agus yang merupakan mahasiswa Prodi Teknik Elektro UMY.

Saat ditanya mengenai Kampus Merdeka, Agus menjawab bahwa program tersebut bisa menambah pengalaman dan jadi sarana belajar tentang hal-hal yang baru, terutama implementasi di dunia kerja.

Secara khusus dia bisa mempelajari mengenai sumber daya baru, tenaga surya, atau energi terbarukan yang masuk dalam fokus jurusan kuliahnya. "Saat ini pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia belum banyak. Contohnya PLN nanti ke depannya tidak akan pakai energi biomassa lagi," terangnya.

Selama kuliah, Agus juga banyak belajar mengenai perancangan panel surya dan instalasi listrik. Namun dia lebih condong belajar mengenai arus kuat seperti instalasi gedung.

Artikel ini ditulis dalam rangka Program Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 2 yang digelar Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) berkolaborasi dengan PT Paragon Technology and Innovation periode Juni-Agustus 2021.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/08/27/145633971/seperti-ini-potret-implementasi-kampus-merdeka-di-ugm-dan-umy

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke