Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Harus Bergelar Master, Guru Jadi Kunci Sukses Pendidikan di Finlandia

KOMPAS.com - Penulis buku Sistem Pendidikan di Finlandia Catatan dan Pengalaman Seorang Ibu, Ratih D Adiputri mengatakan, ada kata kunci dalam buku ini yakni keberadaan sosok guru.

Guru bahkan menjadi poin penting pendidikan di Finlandia. Pasalnya profesi guru merupakan seorang ahli yang harus lulus pendidikan master.

Mereka harus menempuh pendidikan jenjang S1 selama 3 tahun dan melanjutkan pendidikan master selama 2 tahun.

"Jadi guru sudah punya skripsi dan master tesis. Mereka sudah kebiasaan melakukan riset. Setelah itu guru memfokuskan diri ke bidang masing-masing. Seperti pendidikan khusus, pelajaran tertentu atau psikologi dan lain-lain," terang Ratih dalam acara Sahabat Belajar: Sekolah Masa Depan ala Finlandia yang disiarkan live di Instagram Gramedia, Selasa (24/8/2021).

Guru harus bergelar master

Menurut Ratih, setelah mengenyam pendidikan selama 5 tahun, guru terbiasa harus belajar terus dan melakukan riset.

Apalagi pengajar di universitas, setiap 5 tahun akan mendapatkan pelatihan pedagogi lagi, seperti dokter, pengajar juga harus memperbaharui ilmu mereka.

"Dengan adanya pandemi Covid-19, bagaimana supaya anak-anak tetap optimal. Pembelajaran yang dipikirkan, bukan soal metode atau teknologi. Soal well being, bukan hanya siswa tapi juga guru ini yang harus diperhatikan. Peran guru itu menjadi kunci," tandas Ratih.

Ratih mengungkapkan, selama pandemi Covid-19, Finlandia sempat lock down hanya 2 bulan pada Maret hingga Mei 2020 silam. Setelah masa lock down selesai, siswa masuk lagi.

Meski awalnya masyarakat Finlandia sempat bingung dan khawatir karena kondisi pandemi Covid-19.

Namun pemerintah meyakinkan bahwa berdasarkan data, ketika anak-anak terpapar virus corona, kecil kemungkinan untuk masuk ke rumah sakit dan biasanya tanpa gejala (OTG).

"Prokesnya juga sangat ketat, setiap anak hanya bertemu dengan teman sekelas, pintu dibuka dan anak di bawah 15 tahun tidak memakai masker. Ada kepercayaan dari masyarakat ke pemerintah Finlandia, jadi anak kecil pun tahu kalau merasa tidak sehat, tidak masuk sekolah," imbuh Ratih.

Belajar flip learning

Selama dua bulan lockdown, sistem pembelajaran di Finlandia juga dilakukan secara online. Selama belajar online, metode pembelajaran yang diberikan juga berubah. Guru menerapkan metode flip learning.

Menurut Ratih, orang Finlandia sangat percaya dengan buku karena dibuat sesuai kurikulum dan ditulis oleh pendidik.

Sehingga saat pembelajaran online, guru menginstruksikan untuk mempelajari materi yang ada dalam buku. Kemudian didiskusikan saat berjumpa secara virtual.

"Durasi online maksimal hanya 1 jam saja. Sekarang sudah mulai masuk, hanya dua bulan (sekolah online). Kalau ada apa-apa langsung balik lagi ke online," ujar Ratih.

Ratih menambahkan, sekolah dan guru juga sangat mendukung siswa yang memiliki kekurangan. Ratih memberikan contoh apa yang dialami anaknya sendiri.

Ratih mengungkapkan, anaknya belum menguasai betul bahasa Finlandia, karena saat di rumah mereka biasanya menggunakan bahasa Indonesia.

Sehingga anak-anaknya mendapat les tambahan 1 jam atau 2 jam per minggu. Anaknya diminta membaca dan diskusi dengan guru, sudah paham belum apa yang ada di buku tersebut.

"Dibantu sekali di sini. Finlandia mengutamakan keberagaman. Sudah diinisiasi dengan zonasi, bahwa satu sekolah itu radiusnya 2-4 kilometer di sekolah yang sama. Mau kaya miskin, bagus tidak, berada di sekolah itu karena kualitasnya sama. Sehingga terlihat perbedaan, dari anak berada atau disleksia. Siswa yang dinilai lemah akan didukung sepenuhnya," papar Ratih.

Ratih menekankan, di Finlandia, semua anak itu nomor satu tidak hanya anak hebat yang di highlight saja, tapi semua anak punya kemampuan masing-masing.

Selain itu penilaian dari guru juga tidak melulu dari tes atau ulangan saja.

Namun juga melalui presentasi di depan kelas, kerja kelompok tapi dari berbagai aspek.

Tidak bisa diterapkan langsung

Editor Non-fiksi Penerbit Grasindo Adinto F Susanto menambahkan, meski pendidikan di Finlandia bagus tapi ketika dicangkokkan langsung ke Indonesia belum tentu akan berhasil.

Menurut Adinto, yang patut diukur dan diperjuangan adalah bagaimana baik guru dan murid bahagia. Dalam artian bisa menerjemahkan ke dalam bentuk aktivitas, bersemangat belajar dan mengajar.

"Di Indonesia, anak bahagia dengan pendidikan. Tapi kesenangan ini hanya sesaat. Mungkin siswa hapal rumus atau berkompetisi tentang suatu pelajaran. Tapi sayangnya, tidak sampai lama. Misalnya ketika anak belajar rumus Fisika, tapi itu tidak terpakai. Mereka belajar soal kejujuran tapi setelah lulus SMA atau kuliah ternyata prinsip kejujuran tidak dipakai, yang dipakai prinsip lain, misalnya 'orang dalam'," ungkap Adinto.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/08/25/124559471/harus-bergelar-master-guru-jadi-kunci-sukses-pendidikan-di-finlandia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke