Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Para Guru, Mari Tetap Bersyukur di Masa Pembelajaran Daring...

Oleh: Yulia Lestari Tarihoran, Pamela Hendra Heng, dan Sri Tiatri

KOMPAS.com - Setahun lebih wabah Covid-19 melanda lebih dari 200 negara di dunia. Dampak yang sangat dirasakan dunia pendidikan adalah kegiatan belajar dan mengajar dilakukan dalam jaringan (daring) guna memutus rantai penyebaran Covid-19 secara masif.

Dengan ketentuan pelaksanaan pembelajaran daring, para guru dituntut mendesain metode pembelajaran yang semula dilakukan secara tatap muka menjadi secara daring. Kerja keras para guru selama diberlakukannya pembelajaran daring patut diapresiasi.

Para guru dituntut untuk terus berinovasi dan berkreasi untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan guna terus menarik dan mempertahankan semangat dan minat belajar para peserta didik selama pembelajaran daring.

Meskipun, faktanya tidak semua guru siap untuk melakukan sistem pembelajaran secara daring. Tidak semua guru mahir menggunakan teknologi internet atau media sosial sebagai sarana pembelajaran.

Beberapa guru senior belum sepenuhnya mampu menggunakan perangkat atau fasilitas serta penunjang kegiatan pembelajaran daring dan perlu pendampingan dan pelatihan terlebih dahulu.

Selain itu, sebagian guru belum memiliki budaya belajar jarak jauh karena selama ini sistem belajar mengajar yang dilaksanakan adalah melalui tatap muka, para guru terbiasa berada di sekolah untuk berinteraksi dengan murid-murid.

Metode pembelajaran daring membuat para guru perlu waktu untuk beradaptasi dalam menghadapi perubahan baru yang secara tidak langsung akan memengaruhi kualitas hasil belajar (Purwanto et al., 2020).

Kesulitan yang dialami guru dengan diberlakukannya sistem pembelajaran daring mengkibatkan ketidaknyamanan yang dapat berimbas pada menurunnya kualitas pembelajaran.

Melatih rasa syukur

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan guru. Salah satunya adalah melatih rasa syukur.

Penelitian Robustellt dan Whisman (2016) menunjukkan bahwa individu yang memiliki rasa syukur yang tinggi akan memiliki kepuasan hidup yang tinggi.

Individu yang memiliki kepuasan hidup yang tinggi akan lebih berkomitmen pada pekerjaan dan organisasinya, serta menghasilkan kinerja dan produktivitas yang lebih baik bagi tempatnya bekerja.

Hal ini berdampak pada kesetiaan seseorang untuk bekerja pada satu organisasi dan mendedikasikan seluruh kemampuannya bagi organisasi tersebut (Erdogan et al., 2012).

Kepuasan hidup memegang peranan penting dalam kualitas dan kinerja seseorang dalam profesi apapun, termasuk guru. Ketika guru memiliki kepuasan hidup yang tinggi maka ia akan merasa nyaman dalam menjalankan tugas dan perannya secara optimal.

Oleh karena itu, melatih rasa syukur sangat diperlukan bagi para guru proses pembelajaran daring berjalan secara optimal.

Bersyukur adalah respons positif yang ditunjukkan dalam menerima sesuatu dari orang lain maupun dalam menerima setiap pengalaman hidup yang terjadi.

Merasa bersyukur memiliki banyak dampak positif baik dari segi emosional, fisik, dan interpersonal (Emmons & McCullough, 2003).

Individu yang memiliki rasa syukur tinggi cenderung memiliki tingkat emosi positif yang tinggi dan tingkat emosi negatif yang rendah seperti kecemasan, iri hati, tingkat stress dan depresi yang rendah (McCullough et al., 2004).

Dalam lingkungan kerja, perasaan bersyukur membawa dampak positif baik bagi individu itu sendiri maupun organisasi.

Emosi positif yang dirasakan individu tersebut akan mendorong peningkatan performa individu dalam bekerja.

Jurnal rasa syukur

Salah satu cara yang dinilai efektif untuk melatih kebiasaan bersyukur adalah dengan menulis jurnal rasa syukur (Gratitude Journal).

Menulis jurnal rasa syukur bertujuan agar para guru mampu mengingat setiap kebaikan yang diterima maupun yang telah dilakukannya agar di tengah transformasi pembelajaran daring yang terjadi para guru tetap berada pada peristiwa bersyukur.

Para guru dapat menuliskan setidaknya tiga hingga lima hal baik yang disyukuri setiap harinya.

Adapun beberapa contoh ungkapan rasa syukur yang dapat dituliskan dalam jurnal rasa syukur, antara lain "Sesuatu yang saya capai hari ini adalah...", "Hari ini istimewa karena...", "Sesuatu yang lucu yang terjadi hari ini...", "Hari ini saya bangga pada diri saya sendiri karena...", dan "Satu hal baik yang terjadi pada saya hari ini..."

Teknik menulis jurnal rasa syukur merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan rasa syukur maupun mempertahankan individu untuk tetap berada dalam keadaan bersyukur.

Membangun kebiasaan menulis jurnal rasa syukur dapat dilakukan selama 21 hari berturut-turut secara konsisten. Kebiasaan baru akan tertanam kuat dalam pikiran manusia setelah diulang setiap hari selama 21 hari (John, 1995).

Misalnya, Anda ingin membangun kebiasan baru yaitu berolahraga selama 15 menit di pagi hari. Maka, lakukanlah kebiasan berolahraga tersebut secara konsisten diulang selama 21 hari pertama.

Dengan demikian, Anda akan terbiasa untuk melakukannya hingga terbentuklah kebiasaan baru. Sama halnya untuk melatih kebiasaan bersyukur melalui menulis jurnal rasa syukur.

Yulia Lestari Tarihoran, SPd
Mahasiswi S2 Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Pamela Hendra Heng, PhD dan Sri Tiatri, PhD, Psikolog
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

https://www.kompas.com/edu/read/2021/06/28/154758271/para-guru-mari-tetap-bersyukur-di-masa-pembelajaran-daring

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke