Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pakar Biologi Kelautan ITS: Begini Perlakuan Ikan Paus yang Terdampar

KOMPAS.com - Baru-baru ini puluhan ikan paus terdampar di Perairan Pantai Desa Patereman, Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan, Madura. Meski bukan hal baru, namun terdamparnya puluhan ikan paus ini tentu menyita perhatian pakar.

Dari sekitar 52 ikan paus yang terdampar, hanya satu ekor yang berhasil kembali ke laut lepas. Peristiwa paus terdampar memang bukan fenomena baru. Ternyata ada perlakukan khusus terhadap ikan paus terdampar agar menjaga mereka bisa bertahan hidup sebelum bisa dievakuasi ke laut lepas. 

Dari pengamatan Kepala Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Dr. Dewi Hidayati, beberapa peristiwa paus yang terdampar di pantai, masyarakat dengan kearifan lokalnya telah melakukan beberapa upaya penyelamatan.

Namun tidak semua orang tahu bagaimana menjaga agar paus tetap hidup sebelum mereka berhasil dievakuasi ke laut lepas.

Langkah mitigasi menangani paus terdampar

Dr. Dewi mengungkapkan, dengan cepatnya respon dari masyarakat diharapkan bisa membantu paus untuk kembali melakukan perjalanan migrasinya.

"Masyarakat lokal bersama institusi terkait dapat membuat protokol langkah mitigasi dalam menangani kasus paus yang terdampar. Pasalnya, tidak hanya sekali terjadi di Indonesia," kata Dewi seperti dikutip di laman its.ac.id, Selasa (23/2/2021).

"Besarnya tubuh paus lah yang menyebabkan ia tak dapat bermanuver kembali ke laut, sehingga dibutuhkan bantuan langsung dari manusia," ungkap Dewi.

Ada beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan masyarakat saat ini untuk mengatasi masalah paus terdampar di pantai. Misalnya dengan memprediksi kapan dan di mana peristiwa paus biasanya terdampar.

Jaga tubuh ikan paus tetap basah

Satu hal penting yang bisa dilakukan masyarakat yang menemukan paus terdampar yaitu dengan menjaga paus tetap dalam keadaan basah.

"Bisa digalakkan untuk membangun pos paus di sekitar pantai. Pos ini berfungsi sebagai pemantau kondisi pantai, juga bisa sebagai media edukasi paus," urai Dr. Dewi.

Pasalnya penyebab paus mati disebabkan karena kehilangan kadar air di tubuhnya secara drastis.

Langkah ini bisa dilakukan dengan menyiramnya dan membasahi tubuh dengan air laut, atau dengan segera melepasnya ke laut kembali.

Bahkan jika tidak memungkinkan, untuk mengurangi penderitaan, beberapa referensi ilmiah menyarankan euthanasia atau memberikan suntikan yang mematikan.

Hal ini dikutip dari beberapa referensi, salah satunya dari buku National Guidance on the Management of Whale and Dolphin Incidents in Australian Waters.

Buang bangkai ke laut

Terkait bagaimana perlakuan terhadap bangkai paus yang ada, Dewi menyarankan untuk mengutamakan membuang bangkai ke laut.

Karena dengan banyaknya bangkai yang membusuk, dapat dijadikan sebagai sumber makanan predator yang dapat berkontribusi pada rantai makanan laut.

"Atau mungkin dari rangka paus yang mati bisa dijadikan sebagai sumber bahan pengajaran untuk mengembangkan studi tentang mamalia laut ini," tandas Dewi.

Migrasi paus

Pakar Biologi Kelautan ini mengungkapkan, dalam periode tertentu ikan paus memang melakukan migrasi yang dilakukan secara berkelompok. Umumnya, paus yang bermigrasi melalui perairan Indonesia adalah jenis paus pilot atau short-finned pilot whale.

Sedikitnya ada 52 ekor paus yang terdampar tersebut diperkirakan berasal dari perairan Australia dan akan melewati perairan Indonesia. Dalam sebuah jurnal dari journals.org tentang aktivitas migrasi paus mengungkapkan bahwa migrasi akan mencapai puncaknya pada bulan Februari dan Mei.

"Pada penelitian tersebut dan juga beberapa laporan lain menyebutkan bahwa paus umumnya akan melewati jalur yang sama untuk bermigrasi," pungkas Dr. Dewi.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/02/23/121643371/pakar-biologi-kelautan-its-begini-perlakuan-ikan-paus-yang-terdampar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke