Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

“Rhythm of Hope” Jadi Wujud Kerinduan Maranatha University dalam Berkarya

KOMPAS.com – Kemunculan pandemi Covid-19 di dunia membuat berbagai aktivitas menjadi terhambat, salah satunya kegiatan paduan suara.

Direktur Musik dan Konduktor Maranatha Christian University Choir (MCUC) Agustinus Bambang Jusana menyampaikan bahwa ada sedikit kekhawatiran saat pandemi mulai melanda.

“Ada sedikit kekhawatiran saat pandemi mulai melanda. Bernyanyi bersama menjadi hal yang mustahil saat ini. Padahal bernyanyi itulah yang menjadi perekat kita,” ujar Agustinus pada Sabtu (10/10/2020).

Akan tetapi, Agustinus melihat bahwa selalu ada anugerah di balik hambatan akibat pandemi Covid-19.

“Kita diajarkan untuk beradaptasi. Kita diajarkan untuk menghargai apa arti kebersamaan sebenarnya dan bentuk kebersamaan yang selama ini dengan mudah dibangun seolah diuji. Seberapa kuat kita bisa melewatinya,” jelasnya.

Maka dari itu, konser virtual bertajuk “Rhythm of Hope” menjadi manifestasi atas kerinduan seluruh anggota paduan suara MCUC untuk berkarya.

Agustinus yakin, ada secercah harapan untuk menjaga kebersamaan di tengah keterbatasaan.

“Cahaya itu akan terus kami pegang dan kami gaungkan untuk menginspirasi kita semua yang mencintai dunia paduan suara,” imbuhnya dalam pembukaan konser virtual.

Cerita pandemi lewat musik

Melalui “Rhythm of Hope”, MCUC menunjukan usahanya untuk adaptasi dan mengubah cerita semasa pandemi lewat musik.

“Harapan itu kami ungkapkan melalui lagu tematik yang menggambarkan kondisi saat ini,” tulis MCUC di akun YouTube resminya.

MCUC mencoba untuk menafsirkan setiap makna perjalanan sejak awal dimulainya pandemi hingga saat ini dengan ritme dan lagu.


Dalam konser virtual ini, MCUC membawakan 4 lagu dalam bagian pertama dan 3 lagu pada bagian kedua.

Di bawah ini merupakan daftar judul lagu yang MCUC bawakan dalam “Rhythm of Hope”.

1. Seasons of Love (aransemen Philip Lawson).
2. The Lord Bless You and Keep You (karya John Rutter).
3. Dies Irae (karya Ken Steven).
4. Izar Ederrak (karya Josu Elberdin).
5. In My Life (karya John Lennon dan Paul).
6. Yamko Rambe Yamko (aransemen Agustinus Bambang Jusana).
7. Gloria (karya Ji-hoon Park).

Konser virtual yang berdurasi kurang lebih 40 menit ini diakhiri dengan lagu Hymne Maranatha karya Daniel W. Purwadisastro sebagai wujud identitas MCUC di bawah naungan Universitas Kristen Maranatha.

“Tetap melakukan aktivitas positif dan produktif, serta memegang harapan di tengah kekacauan situasi pandemi,” pungkas Agustinus.

Hingga saat ini, masyarakat dapat mengakses konser virtual “Rhythm of Hope” di akun YouTube Maranatha Christian University Choir.

Manfaat ikut paduan suara

Berdasarkan laporan South China Morning Post, menyanyi menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan diri secara kreatif.

Kepala Seni Pertunjukan The Peak School Jane Engelmann mengatakan bahwa bernyanyi dalam paduan suara membuat setiap anak bisa mencoba keterampilan baru.

“Bernyanyi dalam paduan suara adalah forum untuk berbagi, tertawa, dan bersenang-senang. Dan ini menyediakan lingkungan yang aman untuk mencoba keterampilan baru," ujar Jane.

Bagi Jane, menyanyi dalam panduan suara merupakan aktivitas inklusif, di mana setiap anak setara dan terhubung satu sama lain.

“Menyanyi sangat penting bagi anak-anak, aktivitas inklusif di mana semua anak dapat setara dan terhubung. Dan ini adalah cara yang menyenangkan untuk menghabiskan satu jam atau lebih di sekolah. Mereka yang mungkin berjuang dengan aspek yang lebih akademis atau teoritis dari pembelajaran dapat merasa bahwa tekanannya hilang. Tidak ada persaingan saat menyanyikan lagu di sekolah," jelasnya.

Selain Jane, Direktur Musik German Swiss International School Canice Gleeson menjelaskan bahwa dalam mempersiapkan konser, anggota paduan suara memang perlu memiliki sikap disiplin untuk menghadiri latihan.

Namun lewat persiapan konser, anggota paduan suara juga mengembangkan keterampilan dalam mendengarkan, konsentrasi, kerja tim, dan mengembangkan kepercayaan diri.

"Paduan suara menyatukan orang-orang dengan tujuan dan rasa memiliki untuk menciptakan musik serta berkomunikasi dengan cara yang tidak bisa diwakilkan oleh kata-kata," imbuh Canice.

https://www.kompas.com/edu/read/2020/10/12/222539171/rhythm-of-hope-jadi-wujud-kerinduan-maranatha-university-dalam-berkarya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke