Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

"Reinventing Your Life": Saatnya Merdeka dari Perangkap Kehidupan

KOMPAS.com - Seorang pria selama tiga puluh tahun bekerja membantu ayahnya menjalankan bisnis keluarga. Ia sebenarnya tidak menyukai bidang pekerjaan itu, tapi karena selalu ingin menyenangkan orang lain, termasuk ayahnya, dia bertahan di pekerjaan itu.

Anehnya, semakin keras dia berusaha menyenangkan orang lain, semakin mereka merasa terganggu. Padahal dia selalu mendahulukan kepentingan orang lain dan mengalahkan kepentingannya sendiri.

Di lain kisah, ada seorang wanita paruh baya menghabiskan hidup dengan rasa takut. Dia selalu berpikir hal buruk akan menimpanya. Kalau meninggalkan rumah, dia selalu khawatir akan ditabrak mobil, dirampok, atau terjangkit penyakit dari orang asing yang ditemui.

Relasinya dengan suami menjadi renggang, karena sang suami merasa diabaikan. Sang suami makin sering melakukan aktivitas sendiri tanpa mengajak istrinya.

11 "perangkap hidup"

Kondisi yang dialami kedua sosok itu mungkin terasa tak asing bagi kita. Bisa jadi kenalan, atau bahkan kita sendiri, juga mengalaminya, dengan kadar yang berbeda-beda.

Jeffrey Young dan Janet Klosko dalam "Reinventing Your Life" yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama (GPU), menyebut kondisi itu sebagai lifetrap.

Ada sebelas lifetrap paling umum yang dibahas kedua psikolog ini, yaitu

  • abandonment atau ditinggalkan,
  • mistrust and abuse atau sulit percaya dan pelecehan,
  • emotional deprivation atau miskin emosi,
  • social exclusion atau tersisih,
  • dependence atau ketergantungan,
  • vulnerability atau merasa rentan terkena bencana
  • defectiveness atau merasa tidak berharga,
  • failure atau kegagalan,
  • subjugation atau pengontrolan,
  • unrelenting standards atau standar sangat tinggi, dan
  • entitlement atau berhak melakukan apa saja.

Terlepas dari banyak jenisnya, ada satu kesamaan dari semua perangkap kehidupan ini: bersifat merusak diri.

Lifetrap bisa dikenali oleh para terapis kognitif pada diri pasien lewat tiga hal berikut.

Pertama, sang pasien merasa masalah yang dihadapinya sebagai sesuatu yang alami, yang berulang kali dia hadapi.

Kedua, ada perasaan buntu saat sang pasien diminta melakukan terapi untuk mengatasi masalahnya. Ada keinginan untuk berubah, tapi pada saat yang sama juga ada keinginan untuk melawan perubahan.

Ketiga, sang pasien tidak menyadari akibat yang ditimbulkan dari masalahnya itu terhadap orang lain. Dia tidak bisa melihat seberapa besar hal itu merusak dirinya dan relasinya dengan orang lain.

5 langkah identifikasi

Lalu bagaimana kalau kita ingin mengetahui apakah kita terjebak dalam salah satu dari sebelas lifetrap itu? Pertanyaan-pertanyaan berikut bisa membantu kita mengidentifikasi:

1. Apakah Anda berulang kali tertarik berhubungan dengan orang-orang yang bersikap dingin kepada Anda? Apakah Anda merasa bahkan orang terdekat dengan Anda pun tidak begitu peduli atau memahami Anda?

2. Apakah Anda merasa pada hakikatnya Anda merasa tak berharga, bahwa bila orang benar-benar mengenal diri Anda, mereka tak mungkin bisa mencintai dan menerima Anda?

3. Apakah Anda mendahulukan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan sendiri, sehingga kebutuhan Anda tak pernah terpenuhi—sehingga Anda tidak tahu apa sebenarnya kebutuhan Anda?

4. Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan menimpa Anda, sehingga sedikit sakit tenggorokan saja Anda khawatirkan sebagai penyakit yang sangat parah?

5. Apakah Anda sadar bahwa seberapa banyak pun pujian atau penerimaan publik terhadap Anda, Anda tetap merasa tidak bahagia, tidak puas, atau tidak layak?

Menyingkirkan belenggu hidup


 

Apakah kita akan selamanya terkungkung dalam lifetrap? Lifetrap bersifat kronis, tapi bukan berarti tidak bisa dihilangkan.

Jeffrey Young dan Janet Klosko menggunakan prinsip-prinsip terobosan terapi kognitif untuk membantu kita mengenali dan mengubah pola pikir negatif, tanpa bantuan obat-obatan atau terapi tradisional jangka panjang.

Prosesnya mungkin tidak mudah dan cepat. Kita sedang berjuang menjadi diri terbaik kita. Jadi pertama-tama, kita perlu memahami batasan dan kekurangan kita.

Kita juga perlu berbelas kasih pada diri sendiri dan berempati pada diri kita semasa kecil. Perubahan pun akan lebih mudah bila kita didukung oleh orang-orang terdekat.

Pada situasi tertentu, mungkin kita perlu meminta bantuan tenaga profesional.

Tidak ada kata terlambat untuk meraih kebahagiaan. Mungkin untuk mencapainya, kita perlu menyingkirkan perangkap kehidupan yang selama ini membelenggu dan menemukan kembali diri kita.

https://www.kompas.com/edu/read/2020/08/11/113750271/reinventing-your-life-saatnya-merdeka-dari-perangkap-kehidupan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke