Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Saran Akademisi Unhas Terkait Penggunaan Hand Sanitizer dan Disinfektan

KOMPAS.com - Banyak cara yang dapat dilakukan seseorang agar terhindar dari virus corona. Salah satunya ialah memakai cairan pembersih tangan atau hand sanitizer.

Tetapi, pakai hand sanitizer bukan berarti kita akan terhindar dari virus. Cara yang paling mudah dan aman dan dianjurkan pemerintah ialah mencuci tangan pakai sabun di air mengalir.

Hanya saja, seseorang tetap membutuhkan hand sanitizer karena mudah dibawa kemana-mana. Cairan ini juga penting saat seseorang tidak menemui air dan sabun ketika berada di luar ruangan.

Atau ketika seseorang memegang gagang pintu atau bersalaman dengan orang tak dikenal maka harus butuh hand sanitizer.

Tak boleh asal-asalan

Maka, kebutuhan akan hand sanitizer jadi sangat perlu ditengah situasi wabah virus corona atau Covid-19. Dampaknya, hand sanitizer jadi langka.

Karena itu, muncul inisiatif membuat sendiri hand sanitizer. Caranya bisa melalui internet. Tetapi, membuat hand sanitizer itu tidak bisa asal-asalan, semua harus sesuai protokol dari Kementerian Kesehatan RI.

Terkait hal itu, Akademisi Universitas Hasanuddin (Unhas) yang juga Tim Satgas Covid-19 Unhas, Dr. Yusnita Rifai, M.Pharm., Apt., menjelaskan seluk beluk penggunaan hand sanitizer.

Sebenarnya, hand sanitizer digunakan dalam keadaan tidak tersedia air mengalir dan sabun. Maka barulah seseorang boleh pakai hand sanitizer.

"Hand sanitizer sifatnya portable dan mudah pemakaiannya serta mengandung bahan antiseptik," ujarnya seperti dikutip dari laman resmi Unhas, Minggu (29/3/2020).

Kadar alkohol di atas 60 persen

Antiseptik adalah germisida pembunuh kuman. Bahan aktifnya adalah alkohol dengan kadar 60-90 persen yang bersifat membunuh virus.

Jadi, penggunaan hand sanitizer harus seperlunya saja. Misalnya habis pegang gagang pintu yang banyak dipegang banyak orang atau bersalaman dengan orang lain.

Saat merebak virus corona, banyak masyarakat membeli hand sanitizer namun tidak terstandarisasi dan tidak memiliki surat izin edar dari otoritas terkait. Tentu hal ini mengandung risiko bahaya.

"Jika pembuatan hand sanitizer dan alkoholnya kurang dari 60 persen, maka itu tidak cukup untuk membunuh virus," katanya.

Hand sanitizer yang tidak mengandung humektan juga berbahaya, karena akan menyebabkan kelembaban rendah. Atau ada juga bahan kimia yang seharusnya tidak digunakan seperti lysol atau bleaching agent.

"Jika kandungan tidak sesuai standar maka berakibat kulit tangan kering, iritasi, timbul efek gatal-gatal hingga terjadi reaksi alergi," imbuhnya.

Namun sebaliknya, produk yang baik itu harus berdasarkan protokol sesuai ketetapan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan.

Disinfektan untuk benda mati

Terkait cairan disinfektan, ini berbeda dengan antiseptik. Cairan disinfektan hanya diperuntukkan kepada non human atau benda mati saja.

"Disinfektan adalah cairan kimia yang juga bersifat virucidal tapi bukan alkohol. Akibatnya, sifatnya lebih toksik atau beracun daripada antiseptik," ujar Yusnita.

Sementara Dekan Fakultas Farmasi Unhas, Subehan, S.Si., M.Pharm., Sc., Ph.D., Apt., menambahkan, masyarakat saat ini banyak yang salah paham terkait masalah penggunaan hand sanitizer.

Menurutnya, hand santizer itu berfungsi untuk membunuh mikroba, baik bakteri maupun virus. Asumsinya, setiap orang menyentuh suatu benda atau bersentuhan dengan orang lain ada kemungkinan terjadi transmisi bakteri dan virus.

"Jika tidak ada air dan sabun maka gunakan hand sanitizer. Karena itu saya berharap masyarakat lebih teredukasi dan memahami fungsi masing-masing produk, baik hand sanitizer maupun disinfektan," jelas Subehan.

https://www.kompas.com/edu/read/2020/03/29/192720071/ini-saran-akademisi-unhas-terkait-penggunaan-hand-sanitizer-dan-disinfektan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke