Menurut dia, saat pemugaran Candi Borobudur pada 1973 tidak ada rencana untuk memasang chatra.
Bahkan Werdi mendengar, Profesor R Soekmono yang merupakan pemimpin proyek pemugaran 1973 mengatakan batu chatra yang menumpuk di sekitar candi tidak asli.
"Pak Soekmono mengatakan bahwa itu bukan aslinya. Pada waktu itu saya mendengar Pak Soekmono mengatakan, ini (batu chatra) kalau mau dibawa pulang untuk pondasi rumah juga boleh," ujar Werdi
Batu chatra tersebut lantas disimpan di Museum Karmawibhangga hingga kini.
Diceritakan Werdi, pada 2018 ia pernah diminta untuk menyetel atau menyusun batu chatra yang sudah terpisah oleh Balai Konservasi Borobudur (BKB).
Baca juga: Ritual Thudong, Perjalanan Spiritual Para Biksu Menuju Candi Borobudur
Namun ketika disusun, batu itu tidak bisa menyatu. Padahal batu Candi Borobudur yang asli pasti akan menyatu ketika disusun menggunakan teknik penguncian.
"Pada tahun 2018 saya diajak untuk melakukan kajian. Kemudian saya mencari batu yang motifnya chatra dan ketemu 105 blok. Cuma, waktu saya setel tidak bisa terpasang. Padahal kalau batu Candi Borobudur yang asli atas bawahnya harusnya langsung trep, terpasang tanpa semen," ujarnya.
Setelah dilakukan kajian oleh sejumlah arkeolog dan ahli, pada 2018 diputuskan bahwa batu chatra di Candi Borobudur tidak layak dipasang.
Werdi menduga, beberapa batu chatra yang saat ini ada di Museum Kharmawibangga tidak sepenuhnya asli dan merupakan tambahan saat pemugaran pada masa Van Erp.
"Perkiraan saya, dulu waktu zaman Van Erp chatra dipasang menggunakan semen. Makanya kalau dibersihkan semennya enggak jadi kalau disetel. Kalau batu candi yang asli, dipasang pasti langsung trep," ujarnya.
Baca juga: Tren Keausan Batu di Candi Borobudur Terus Meningkat Setiap Tahun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.