Berjalannya waktu, Werdi tidak lagi sekadar memindahkan batu, namun juga menjadi orang yang menyusun batu Candi Borobudur.
Menurut dia, menyusun batu candi tidaklah mudah. Butuh kesabaran dan ketelitian. Terlebih, batu di Candi Borobudur disusun menggunakan teknik penguncian (interlock), tanpa semen.
"Menyetel batu candi harus teliti dan butuh waktu. Enggak bisa grasa-grusuh yang penting jadi. Kita harus tahu kira-kira batunya dipasang horizontal atau vertikal. Itu yang bikin saya pusing," ujar pria kelahiran 21 Februari 1954 itu.
Kurang lebih selama sepuluh tahun Werdi terlibat dalam pemugaran Candi Borobudur hingga 1983.
Werdi mengaku bayaran yang diperoleh dari pemugaran Candi Borobudur bisa digunakan untuk modal menikah pada 1980.
"Bayarannya lumayan, tapi saya lupa berapa, karena sudah lama. Dapat gaji tiap tanggal 1 dan 15 terus nanti ada perangsang atau tunjangan," kata dia.
Baca juga: Jika Naik ke Borobudur Rp 750.000, Ini Perbandingan Harga dengan Ikon Wisata Dunia
Di sela melakukan pemugaran, pada 1979 Werdi mengikuti tes CPNS dan dinyatakan lolos. Ia kemudian menjadi pegawai dengan status penyusun batu candi di Dinas Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Setelah itu, Werdi dipindah ke Balai Konservasi Borobudur (BKB). Di sana dia bekerja sampai 2010.
Selama menjadi pegawai BKB, Werdi kerap terlibat dalam pencocokan batu di Candi Borobudur.