Selanjutnya ilmuwan matematika asal Jerman, Johannes Kepler, mengungkapkan teori yang lebih lengkap terkait planet-planet yang mengelilingi Matahari melalui jalur orbit.
Namun yang paling pamungkas dalam meruntuhkan teori geosentris adalah Isaac Newton. Tahun 1687 ia menyatakan Matahari memiliki gaya gravitasi.
Dengan daya tarik Matahari yang berada di pusat tata surya, planet-planet termasuk Bumi mengitarinya. Teori selaras dengan temuan Copernicus, Galileo, dan Kepler.
Teori geosentris Aristoteles sesungguhnya berdasar dari hukum gerak yang ia susun. Hukum itu menyatakan benda yang bergerak pasti digerakkan benda lain, sebagaimana dikutip dari Britannica.
Sehingga di dunia ini terjadi banyak rentetan benda bergerak yang menggerakkan benda lainnya, kemudian menggerakkan benda lainnya lagi, dan seterusnya.
Dengan konsep itu, menurutnya, harus ada satu benda yang tidak bergerak tapi mampu menggerakkan benda lain. Benda itu tidak bergerak karena tidak ada yang menggerakkan.
Salah satu contohnya yakni Bumi, yang menurutnya tidak bergerak. Namun dikatakannya Bumi yang diam itu mampu menggerakkan benda lain di alam raya ini untuk mengelilinginya.
Baca juga: Mengenal Geosentris, Sejarah hingga Kelemahan Modelnya
Di sisi lain, Galileo menganggap hukum gerak berkaitan dengan fenomena mekanis yang bisa dihitung atau diukur, sebagaimana ditulis DW.
Namun, dalam perbedaan pendapat itu, yang menjadikan Galileo unggul adalah bukti empiris yang diungkap bersama teleskopnya, di mana Venus dan satelit alami Jupiter tidak mengelilingi bumi.
Dengan semakin banyak temuan dan dukungan pada teori heliosentris, Gereja Katolik Roma menghapus pernyataan-pernyataan Galileo dari catatan teori terlarang mereka pada 1744.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.