KOMPAS.com - Penyebar hoaks bekerja dengan cerdik agar unggahan mereka di media sosial diyakini sebagai peristiwa nyata.
Bisa dengan mengedit potongan-potongan video, hingga mengubahnya dengan mode terbalik. Video itu kemudian diunggah dalam konteks yang keliru.
Ada pula hoaks yang disebar melalui pesan berantai, tanpa ada upaya dari penyebarnya untuk mengecek kebenaran pesan tersebut.
Agar mudah membedakan mana hoaks dan bukan, simak rangkuman penelusuran fakta selama sepekan berikut.
Sebuah video di Facebook menarasikan bahwa Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD dipecat karena mengkritik presiden.
Video berdurasi 9 menit 49 detik itu berisi berbagai cuplikan dari kejadian berbeda.
Ada klip ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Kabinet Indonesia Maju yang tidak serius bekerja akan dicopot, di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23/10/2019).
Ada pula video Mahfud diwawancara perihal politik di Indonesia saat ini penuh dengan transaksional.
Kendati demikian, tidak ada cuplikan yang membuktikan bahwa Mahfud dipecat dari jabatannya sebagai Menko Polhukam.
Dari penelusuran Kompas.com, Sabtu (28/1/2023), narator dalam video hanya membacakan artikel dari suatu situs berita.
Artikel itu berisi pemberitaan soal Mahfud yang mengkritik pemerintahan Jokowi dan pencitraan politik menuju Pemilu 2024.
Pada Rabu (25/1/2023), Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri belum menetapkan calon presiden-calon wakil presiden dari partai tersebut.
Namun, Kompas.com menemukan video hoaks yang menyebut bahwa Megawati telah menetapkan Ganjar dan Gibran sebagai capres dan cawapres.
Sama seperti pola disinformasi pada umumnya, video berdurasi 8 menit 31 detik itu berisi cuplikan yang tidak saling berkaitan.
Salah satunya, video acara silaturahmi akbar Relawan Nusantara Bersatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), pada Sabtu (26/11/2022).