Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.
Situasi mulai memanas ketika sebagian Aremania memasuki lapangan dengan membawa bendera Persebaya yang sudah dicoret-coret.
Tak berselang lama, botol-botol minuman air mineral mulai dilemparkan ke arah lapangan. Polisi pun turun tangan.
Saat massa di lapangan semakin tidak kondusif, gas air mata mulai digunakan. Tembakan gas air mata menjangkau tribun penonton yang masih penuh. Tragedi pun terjadi.
Dugaan penyebab ratusan supporter tewas
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan Bobby Prabowo mengungkapkan dugaan ratusan korban berjatuhan dalam tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam.
Berdasarkan pengamatannya, korban yang dievakuasi ke RSUS Kanjuruhan mayoritas karena trauma, terinjak, kemudian juga ada yang sesak napas.
"Mungkin karena kekurangan oksigen karena terlalu banyaknya orang-orang yang ada di situ, dan juga mungkin terdampak karena asap. Itu semua kompilasi yang memperberat kondisi," ungkapnya, seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (2/10/2022) saat ditemui, Minggu (2/10/2022).
Namun, Bobby merekomendasikan perlunya adanya kajian mendalam tentang penyebab utama kematian korban.
"Itu kompilasi. Jadi gangguan pernapasan akibat asap, kemudian juga terinjak-injak, kurangnya oksigen, jadi satu. Ini yang kita nanti yang dibuktikan di dalam pemeriksaan," tegasnya.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi yang mengeklaim tragedi Kanjuruhan disebabkan ulah rusuh Aremania perlu diluruskan.
Memang benar sebagian Aremania memasuki lapangan (pitch invading) usai laga berakhir. Kendati demikian, tembakan gas air mata ke arah tribune diduga menyebabkan penonton panik dan berebut menyelamatkan diri.
Akibatnya, ratusan orang berdesak-desakan sehingga ada yang terinjak dan mengalami sesak napas. Hal tersebut ditambah efek dari asap gas air mata yang diduga menjadi penyebab kematian ratusan suporter di Kanjuruhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.