Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KLARIFIKASI] Tragedi Kanjuruhan Bukan karena Ulah Rusuh Aremania

Kompas.com - 03/10/2022, 13:27 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

klarifikasi

klarifikasi!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.

KOMPAS.com -  Sebuah video menarasikan, tragedi kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10/2022) malam, disebabkan ulah rusuh Aremania, pendukung klub sepak bola Arema FC.

Peristiwa yang terjadi usai laga Arema FC dan Persebaya Surabaya itu disebut menewaskan 127 orang. Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi pada video itu perlu diluruskan.

Narasi yang beredar

Video yang menyebutkan tragedi Kanjuruhan terjadi karena ulah rusuh Aremania dibagikan di Facebook oleh akun ini pada Minggu (2/10/2022).

Berikut narasi yang dibagikan:

TERBARU ,,SUPORTER AREMANIA MEMBUAT KERUSUHAN , 127 ORANG MENINGGAL DUNIA

Video berdurasi 3 menit 45 detik tersebut memperlihatkan momen ketika Aremania memasuki lapangan Kanjuruhan usai pertandingan selesai.

Petugas keamanan terlihat berusaha membubarkan kerumunan suporter yang memasuki lapangan. Video kemudian beralih memperlihatkan sejumlah orang digotong dalam kondisi tidak sadarkan diri.

Klarifikasi, tragedi Kanjuruhan bukan disebabkan ulah rusuh AremaniaScreenshot Klarifikasi, tragedi Kanjuruhan bukan disebabkan ulah rusuh Aremania

Penelusuran Kompas.com

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi mengenai jumlah korban dan penyebab tragedi Kanjuruhan yang beredar di Facebook perlu diluruskan.

Diberitakan Kompas.com, Minggu (2/10/2022), Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menuturkan, hingga Minggu pukul 14.53 WIB, jumlah korban meninggal dunia tercatat 131 orang. Korban luka berat 31 orang, sementara luka ringan-sedang 253 orang.

"Data tersebut dari Dinkes Kabupaten Malang dan Dinkes Kota Malang, data bersifat fluktuatif," kata Emil, kepada Kompas.com Minggu sore.

Emil mengatakan, para korban tersebar dan dirawat di 22 lokasi rumah sakit dan layanan kesehatan di wilayah kabupaten dan Kota Malang.

Menilik kronologi kejadian, penyebab tragedi yang merenggut nyawa ratusan orang itu bukan disebabkan ulah rusuh Aremania.

Menurut pemberitaan Kompas.com, Minggu (2/10/2022) hingga peluit panjang ditiup wasit setelah perpanjangan waktu, situasi masih kondusif. Arema FC kalah dari Persebaya dengan skor 2-3.

Sejumlah Aremania memang terlihat masuk ke lapangan ketika para pemain Arema memberikan salam ke para pendukung. Namun, mereka hanya hendak berbincang.

Saat itu, pemain Persebaya sudah berada di luar lapangan, sebagai bagian dari antisipasi keamanan.

Situasi mulai memanas ketika sebagian Aremania memasuki lapangan dengan membawa bendera Persebaya yang sudah dicoret-coret.

Tak berselang lama, botol-botol minuman air mineral mulai dilemparkan ke arah lapangan. Polisi pun turun tangan.

Saat massa di lapangan semakin tidak kondusif, gas air mata mulai digunakan. Tembakan gas air mata menjangkau tribun penonton yang masih penuh. Tragedi pun terjadi.

Dugaan penyebab ratusan supporter tewas

Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan Bobby Prabowo mengungkapkan dugaan ratusan korban berjatuhan dalam tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam.

Berdasarkan pengamatannya, korban yang dievakuasi ke RSUS Kanjuruhan mayoritas karena trauma, terinjak, kemudian juga ada yang sesak napas.

"Mungkin karena kekurangan oksigen karena terlalu banyaknya orang-orang yang ada di situ, dan juga mungkin terdampak karena asap. Itu semua kompilasi yang memperberat kondisi," ungkapnya, seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (2/10/2022) saat ditemui, Minggu (2/10/2022).

Namun, Bobby merekomendasikan perlunya adanya kajian mendalam tentang penyebab utama kematian korban.

"Itu kompilasi. Jadi gangguan pernapasan akibat asap, kemudian juga terinjak-injak, kurangnya oksigen, jadi satu. Ini yang kita nanti yang dibuktikan di dalam pemeriksaan," tegasnya.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi yang mengeklaim tragedi Kanjuruhan disebabkan ulah rusuh Aremania perlu diluruskan.

Memang benar sebagian Aremania memasuki lapangan (pitch invading) usai laga berakhir. Kendati demikian, tembakan gas air mata ke arah tribune diduga menyebabkan penonton panik dan berebut menyelamatkan diri.

Akibatnya, ratusan orang berdesak-desakan sehingga ada yang terinjak dan mengalami sesak napas. Hal tersebut ditambah efek dari asap gas air mata yang diduga menjadi penyebab kematian ratusan suporter di Kanjuruhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

Hoaks atau Fakta
Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Data dan Fakta
Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com