Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benjamin Banneker, Ahli Matematika dan Astronom Kulit Hitam yang Berjuang Lawan Perbudakan

Kompas.com - 20/08/2022, 10:34 WIB
Ahmad Suudi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perbudakan menjadi salah satu catatan hitam dalam sejarah Amerika Serikat, terutama bagi masyarakat kulit hitam. Mereka harus berjuang keras untuk memperjuangkan kesetaraan, bahkan hingga sekarang setelah perbudakan telah dihapus. 

Dilansir dari History.com, ahli matematika dan astronom Benjamin Banneker menjadi salah satu tokoh kulit hitam yang berjuang keras memperjuangkan kesetaraan.

Salah satu cara yang dilakukan Banneker adalah mengirim surat protesnya kepada Sekretaris Negara AS Thomas Jefferson.

Jefferson dikenal sering berkirim surat dengan para ahli, namun Banneker bukan ahli biasa baginya karena berkulit hitam.

Baca juga: 26 Juli 1948: Perjuangan Tentara Kulit Hitam AS Hasilkan Aturan Anti-Diskriminasi

Banneker terlahir sebagai orang merdeka atau non budak dari perempuan berkulit hitam AS yang merdeka, dengan seorang pria kulit hitam Afrika yang pernah menjadi budak.

Tempat lahirnya kini bernama Ellicott City di negara bagian Maryland. Di kota itu dia mendapatkan dukungan pendidikan untuk mempelajari ilmu astronomi dan matematika dari keluarga kaya Ellicotts.

Banneker yang memprediksi waktu datangnya gerhana matahari dan membuat jam yang menunjukkan waktu yang tepat, menjadi salah satu pencapaian dia di ranah sains.

Andrew Ellicott pernah meminta Banneker untuk membantunya menyurvei batas-batas asli Distrik Columbia atau lebih dikenal sebagai Washington DC.

Tugas besar Banneker itu segera menarik perhatian Jefferson. Sejak saat itu, dia masuk dalam daftar ahli yang saling berkirim surat dengan Sekretaris Negara AS itu.

Baca juga: Asal Mula Minyak Goreng, Diwarnai Perbudakan hingga Jadi Komoditas Industri

Selipkan surat protes dalam almanak

Menyusun almanak dan ephemerides atau bagan informasi terkait astronomi, merupakan bagian dari kepiawaian Banneker. Almanak adalah daftar hari khusus berdasarkan topik tertentu selama setahun.

Banneker telah membuat rancangan almanak siap terbit, lalu mengirimkannya ke Jefferson.

Pada 19 Agustus 1791 itu, ia pun menulis surat protesnya untuk diselipkan dalam almanak.

Untuk menyatakan protesnya terhadap langgengnya perbudakan, Banneker mengutip pembukaan Deklarasi Kemerdekaan AS dan mengaku kecewa pada Jefferson yang masih saja memiliki budak.

"Kami menganggap kebenaran ini sebagai bukti diri, bahwa semua manusia diciptakan sama..." bunyi kutipan itu.

Hal ini menjadi bukti bahwa sebetulnya pemimpin AS saat itu telah menerima langsung kritik atas praktik perbudakan dan diskriminasi terhadap komunitas Afrika-Amerika.

Jefferson membalas surat itu 13 hari kemudian dengan pujian akan almanak yang dihasilkan Banneker, dan telah dikirmkan kepada Marquis de Condorcet, seorang filsuf, matematikawan, dan abolisionis Perancis. Abolisinis merupakan kelompok yang ingin menghapus praktik perbudakan.

Namun, Jefferson mengembalikan topik diskriminasi pada kelompok berkulit hitam sendiri, bahwa bukan warna kulit yang menyebabkan diskriminasi, melainkan minimnya karya dan bukti eksistensi dari kelompok ini.

Setelah Banneker meninggal, Jefferson menyatakan keraguannya bahwa Banneker menulis sendiri almanak yang dikirimkan kepadanya.

Hingga kematiannya pada 1826, Jefferson terus mengutuk perbudakan sembari memilikinya di rumahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

Hoaks atau Fakta
Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Data dan Fakta
Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com