"Perdebatan (mengenai perubahan iklim) dibuat oleh industri bahan bakar fosil pada 1990-an, dan kita hidup dengan sejarah itu sekarang," tuturnya.
Kampanye disinformasi yang dilakukan perusahaan bahan bakar fosil untuk menanamkan keraguan terhadap perubahan iklim juga berkontribusi pada skeptisisme yang lebih luas terhadap para ilmuwan, lembaga ilmiah, dan media yang melaporkannya,
Hal tersebut tercermin dari keraguan publik terhadap vaksin atau tindakan kesehatan masyarakat era pandemi seperti pemakaian masker dan karantina.
“Itu (kampanye perusahaan bahan bakar fosil) membuka Kotak Pandora disinformasi yang terbukti sulit dikendalikan,” kata Dave Anderson dari Energy and Policy Institute, sebuah organisasi yang mengkritik perusahaan minyak dan batu bara karena menyembunyikan apa yang mereka ketahui tentang risiko perubahan iklim.
Sementara itu, Naomi Oreskes, sejarawan sains di Universitas Harvard yang telah menulis tentang sejarah disinformasi perubahan iklim, mengatakan bahwa disinformasi iklim telah menyebabkan jutaan orang menyangkal hal-hal yang terbukti secara saintifik.
"Di seluruh media sosial, Anda dapat melihat puluhan juta orang Amerika yang menganggap para ilmuwan berbohong, bahkan tentang hal-hal yang telah terbukti selama beberapa dekade,” kata Oreskes.
"Mereka telah diperdaya oleh disinformasi selama beberapa dekade. Penyangkalannya sangat, sangat dalam," tuturnya.
Dampak dari sejarah itu tercermin dalam survei opini publik yang menunjukkan kesenjangan yang semakin besar antara pendukung Partai Republik dan warga AS lainnya dalam hal pandangan tentang perubahan iklim.
Meski persentase warga AS secara keseluruhan yang mengatakan mereka khawatir tentang perubahan iklim telah meningkat, pendukung Partai Republik semakin skeptis.
Tahun lalu, Gallup menemukan bahwa 32 persen dari pendukung Partai Republik mengatakan mereka menerima konsensus ilmiah bahwa polusi dari manusia mendorong perubahan iklim, turun dari 52 persen pada 2003.
Sebagai perbandingan, persentase pendukung Partai Demokrat yang mengatakan mereka menerima bahwa aktivitas manusia menyebabkan perubahan iklim meningkat dari 68 persen menjadi 88 persen selama periode waktu yang sama.
Perusahaan bahan bakar fosil menyangkal niat untuk menyesatkan publik Amerika dan menunjukkan investasi dalam energi terbarukan sebagai bukti bahwa mereka menganggap serius perubahan iklim.
Tahun lalu, CEO ExxonMobil Darren Woods mengatakan kepada anggota Kongres bahwa perusahaannya "telah lama mengakui realitas dan risiko perubahan iklim, dan telah mencurahkan sumber daya yang signifikan untuk mengatasi risiko tersebut."
Klaim publik ExxonMobil tentang perubahan iklim, katanya, "adalah dan selalu benar, berdasarkan fakta ... dan konsisten" dengan sains arus utama.
Sementara itu, juru bicara Southern Company menunjuk pada ekspansi baru-baru ini dalam energi terbarukan dan inisiatif yang dimaksudkan untuk mengimbangi emisi karbon, ketika ditanya tentang perannya dalam menyebarkan informasi yang salah tentang iklim
“Memo kemenangan” tahun 1998 yang menguraikan strategi industri bahan bakar fosil untuk melawan gagasan perubahan iklim dibuat oleh American Petroleum Institute (API).
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email ke The Associated Press, juru bicara API Christina Noel mengatakan, industri minyak bekerja untuk mengurangi emisi sambil juga memastikan akses ke energi yang andal dan terjangkau.
“Itulah yang menjadi fokus industri kami selama beberapa dekade. Setiap gagasan yang bertentangan dengan itu adalah keliru," kata Noel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.