Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disinformasi Menghambat Upaya Mengatasi Perubahan Iklim

Kompas.com - 28/07/2022, 16:50 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dampak buruk dari perubahan iklim semakin terlihat dari tahun ke tahun. Mulai dari meningkatnya intensitas gelombang panas, kebakaran liar, naiknya permukaan laut, dan badai ekstrem yang semakin sering terjadi.

Emisi karbon yang disebabkan aktivitas manusia menjadi penyebab utama perubahan iklim, salah satunya disumbang oleh penggunaan bahan bakar fosil.

Berbagai negara telah berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, dan mencari alternatif melalui bahan bakar terbarukan.

Meski demikian, perusahaan penambang bahan bakar fosil ternyata berupaya menghalangi upaya tersebut dengan menyebarkan disinformasi selama bertahun-tahun.

Menanamkan keraguan terhadap perubahan iklim

Dilansir dari AP News, ketika negara-negara di seluruh dunia setuju untuk mengurangi emisi karbon melalui Protokol Kyoto pada 1998, perusahaan bahan bakar fosil Amerika Serikat merespons dengan strategi agresif untuk menanamkan keraguan terhadap perubahan iklim.

Menurut memo American Petroleum Institute, "Kemenangan akan dicapai ketika rata-rata warga negara 'memahami' (mengakui) ketidakpastian dalam ilmu iklim".

Lebih lanjut, memo itu mengatakan, "Kecuali 'perubahan iklim' tak lagi menjadi masalah... mungkin tidak ada momen ketika kita bisa mendeklarasikan kemenangan."

Memo yang bocor ke The New York Times pada 1998 itu, menguraikan bagaimana perusahaan bahan bakar fosil dapat memanipulasi jurnalis dan masyarakat luas dengan memainkan "kedua sisi" dari perdebatan emisi karbon, dan menggambarkan mereka yang berusaha mengurangi emisi sebagai pihak yang "tidak peduli pada realita."

Mulai tahun 1980-an dan 1990-an, ketika kesadaran publik akan perubahan iklim tumbuh, perusahaan bahan bakar fosil menggelontorkan jutaan dolar untuk kampanye melawan gagasan perubahan iklim.

Mereka mendanai lembaga think tank untuk menyuarakan pandangan-pandangan yang dirancang agar terlihat seperti ada dua pihak yang sah dalam perselisihan tersebut.

Pendekatan tersebut kini melunak karena dampak perubahan iklim menjadi lebih jelas.

Sekarang, perusahaan bahan bakar fosil lebih cenderung bersikap pro-lingkungan, menggembar-gemborkan energi terbarukan seperti matahari dan angin atau inisiatif yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi energi atau mengimbangi emisi karbon.

Pendekatan agresif untuk mengatasi perubahan iklim sekarang ditolak bukan karena alasan ilmiah tetapi karena alasan ekonomi.

Ben Franta, seorang pengacara, penulis dan peneliti Universitas Stanford yang melacak disinformasi bahan bakar fosil, mengatakan, perusahaan bahan bakar fosil berbicara tentang kehilangan pekerjaan atau harga energi yang lebih tinggi - tanpa menyebutkan biaya yang akan keluar jika perubahan iklim tidak diatasi.

"Kita hidup dalam kampanye multi-dekade yang dilakukan oleh industri bahan bakar fosil," kata Franta.

"Perdebatan (mengenai perubahan iklim) dibuat oleh industri bahan bakar fosil pada 1990-an, dan kita hidup dengan sejarah itu sekarang," tuturnya.

Menimbulkan ketidakpercayaan pada ilmuwan

Kampanye disinformasi yang dilakukan perusahaan bahan bakar fosil untuk menanamkan keraguan terhadap perubahan iklim juga berkontribusi pada skeptisisme yang lebih luas terhadap para ilmuwan, lembaga ilmiah, dan media yang melaporkannya,

Hal tersebut tercermin dari keraguan publik terhadap vaksin atau tindakan kesehatan masyarakat era pandemi seperti pemakaian masker dan karantina.

“Itu (kampanye perusahaan bahan bakar fosil) membuka Kotak Pandora disinformasi yang terbukti sulit dikendalikan,” kata Dave Anderson dari Energy and Policy Institute, sebuah organisasi yang mengkritik perusahaan minyak dan batu bara karena menyembunyikan apa yang mereka ketahui tentang risiko perubahan iklim.

Sementara itu, Naomi Oreskes, sejarawan sains di Universitas Harvard yang telah menulis tentang sejarah disinformasi perubahan iklim, mengatakan bahwa disinformasi iklim telah menyebabkan jutaan orang menyangkal hal-hal yang terbukti secara saintifik.

"Di seluruh media sosial, Anda dapat melihat puluhan juta orang Amerika yang menganggap para ilmuwan berbohong, bahkan tentang hal-hal yang telah terbukti selama beberapa dekade,” kata Oreskes.

"Mereka telah diperdaya oleh disinformasi selama beberapa dekade. Penyangkalannya sangat, sangat dalam," tuturnya.

Dampak dari sejarah itu tercermin dalam survei opini publik yang menunjukkan kesenjangan yang semakin besar antara pendukung Partai Republik dan warga AS lainnya dalam hal pandangan tentang perubahan iklim.

Meski persentase warga AS secara keseluruhan yang mengatakan mereka khawatir tentang perubahan iklim telah meningkat, pendukung Partai Republik semakin skeptis.

Tahun lalu, Gallup menemukan bahwa 32 persen dari pendukung Partai Republik mengatakan mereka menerima konsensus ilmiah bahwa polusi dari manusia mendorong perubahan iklim, turun dari 52 persen pada 2003.

Sebagai perbandingan, persentase pendukung Partai Demokrat yang mengatakan mereka menerima bahwa aktivitas manusia menyebabkan perubahan iklim meningkat dari 68 persen menjadi 88 persen selama periode waktu yang sama.

Dibantah perusahaan bahan bakar fosil

Perusahaan bahan bakar fosil menyangkal niat untuk menyesatkan publik Amerika dan menunjukkan investasi dalam energi terbarukan sebagai bukti bahwa mereka menganggap serius perubahan iklim.

Tahun lalu, CEO ExxonMobil Darren Woods mengatakan kepada anggota Kongres bahwa perusahaannya "telah lama mengakui realitas dan risiko perubahan iklim, dan telah mencurahkan sumber daya yang signifikan untuk mengatasi risiko tersebut."

Klaim publik ExxonMobil tentang perubahan iklim, katanya, "adalah dan selalu benar, berdasarkan fakta ... dan konsisten" dengan sains arus utama.

Sementara itu, juru bicara Southern Company menunjuk pada ekspansi baru-baru ini dalam energi terbarukan dan inisiatif yang dimaksudkan untuk mengimbangi emisi karbon, ketika ditanya tentang perannya dalam menyebarkan informasi yang salah tentang iklim

“Memo kemenangan” tahun 1998 yang menguraikan strategi industri bahan bakar fosil untuk melawan gagasan perubahan iklim dibuat oleh American Petroleum Institute (API).

Dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email ke The Associated Press, juru bicara API Christina Noel mengatakan, industri minyak bekerja untuk mengurangi emisi sambil juga memastikan akses ke energi yang andal dan terjangkau.

“Itulah yang menjadi fokus industri kami selama beberapa dekade. Setiap gagasan yang bertentangan dengan itu adalah keliru," kata Noel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

INFOGRAFIK: Hoaks KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Tidak Benar Tabung Elpiji Kosong Bisa Terisi Lagi Setelah Diguyur Air Panas

[KLARIFIKASI] Tidak Benar Tabung Elpiji Kosong Bisa Terisi Lagi Setelah Diguyur Air Panas

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! Bill Gates Lepaskan Nyamuk Penyebar Kaki Gajah di Bali

[VIDEO] Hoaks! Bill Gates Lepaskan Nyamuk Penyebar Kaki Gajah di Bali

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Najwa Shihab Wawancarai Beckham soal Bisnis Judi Online

[HOAKS] Najwa Shihab Wawancarai Beckham soal Bisnis Judi Online

Hoaks atau Fakta
Memanfaatkan Fitur Google untuk Mencari Artikel Cek Fakta

Memanfaatkan Fitur Google untuk Mencari Artikel Cek Fakta

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Belum Ada Bukti Rafael Alun Korupsi Rp 3.000 Triliun

[KLARIFIKASI] Belum Ada Bukti Rafael Alun Korupsi Rp 3.000 Triliun

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Manipulasi Video Ledakan Asteroid Saat Menabrak Bulan

[KLARIFIKASI] Manipulasi Video Ledakan Asteroid Saat Menabrak Bulan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ronaldo Berikan Pujian kepada Timnas Indonesia U23

[HOAKS] Ronaldo Berikan Pujian kepada Timnas Indonesia U23

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bulan Kembar di Pegunungan Arfak pada 26 April

[HOAKS] Bulan Kembar di Pegunungan Arfak pada 26 April

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Pelatih Korsel Mengamuk Usai Kalah dari Indonesia di Piala Asia U23

[HOAKS] Video Pelatih Korsel Mengamuk Usai Kalah dari Indonesia di Piala Asia U23

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Penjelasan Pertamina soal Video Konsumen Cekcok di SPBU Putussibau

[KLARIFIKASI] Penjelasan Pertamina soal Video Konsumen Cekcok di SPBU Putussibau

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda | Bahaya SO2 di Jawa

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda | Bahaya SO2 di Jawa

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Beredar Hoaks Sandra Dewi Dijemput Paksa Polisi

[VIDEO] Beredar Hoaks Sandra Dewi Dijemput Paksa Polisi

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konten Satire, Jokowi Pegang 'Kartu Kabur Saat Demo'

[KLARIFIKASI] Konten Satire, Jokowi Pegang "Kartu Kabur Saat Demo"

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks Uang Nasabah Hilang di Bank akibat Bansos Pemilu, Jangan Terhasut!

[VIDEO] Hoaks Uang Nasabah Hilang di Bank akibat Bansos Pemilu, Jangan Terhasut!

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com