KOMPAS.com - Setelah sempat melandai, grafik kasus Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan dalam beberapa hari terakhir.
Diberitakan Kompas.com, 4 Februari 2022, penambahan kasus harian bahkan telah melewati 10.000.
Padahal, selama Desember 2021 hingga pertengahan Januari 2022 kasus harian cenderung landai di bawah 100.
Meluasnya penyebaran varian baru virus corona, yakni varian Omicron disebut menjadi faktor terjadinya lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.
Baca juga: CEK FAKTA: Menilik Klaim Sinar UV Jadi Faktor Rendahnya Kasus Omicron Indonesia
Di tengah kekhawatiran akan penyebaran varian Omicron, beredar narasi yang mengatakan bahwa varian tersebut tidak benar-benar nyata.
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial Facebook, disebutkan bahwa varian Omicron sebenarnya disebabkan oleh polusi udara.
Video tersebut dibagikan oleh akun ini, dan ini. Video itu menampilkan sosok pria bernama Babeh Aldo yang selama ini getol menyuarakan bahwa Covid-19 tidak nyata.
"Di saat pemerintah mengatakan akan ada gelombang Omicron kami menyelidiki bahwa sekarang tingkat polusi udara lagi meningkat," kata Babeh Aldo dalam video.
"Makanya kalian akan melihat di beberapa kota besar orang yang tiba-tiba sakit. Itu polusi udara yang diracuni dengan zat PM 2,5," ujar dia.
Baca juga: Lini Masa Sebaran Varian Omicron di Indonesia...
Menurut pria itu, orang yang sudah divaksin Covid-19 sekalipun akan tetap terinfeksi virus corona karena sebenarnya penyakit ini disebabkan polusi udara.
"Dan apakah polusi udara menyebabkan penyakit? Ratusan jurnal kedokteran mengatakan polusi udara PM 2,5 sangat bisa menyebabkan penyakit, ISPA namanya, infeksi saluran pernapasan akut," kata Babeh Aldo.
"Dia bisa menyebabkan anosmia, badai sitokin. Apa yang disebut Covid itu bisa disebabkan PM 2,5," ucapnya.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto membantah klaim yang mengatakan bahwa varian Omicron atau Covid-19 disebabkan polusi udara.
"Tidak betul itu. Tidak ada data-data ilmiah yang mendukung," kata Agus saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (10/2/2022).
Agus menjelaskan, polusi udara meningkatkan risiko infeksi saluran napas atau ISPA, bukan menjadi penyebab terjadinya penyakit tersebut.
"Polusi udara berdampak pada sistem kekebalan tubuh. Kalau kekebalan tubuh yang turun, risiko infeksi saluran napas meningkat, baik oleh bakteri maupun virus," ujar Agus.
Baca juga: [HOAKS] Omicron Bukan Virus tetapi Efek Keracunan Chemtrail