KOMPAS.com - Selama beberapa dekade terakhir, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah berkembang pesat hingga menciptakan deepfake.
Deepfake menggunakan bentuk kecerdasan buatan yang disebut deep learning untuk merekayasa peristiwa dengan gambar atau video yang berlainan.
Teknologi deepfake digunakan untuk membuat konten palsu, mengganti atau mensintesis wajah, ucapan, dan memanipulasi emosi. Ini digunakan untuk meniru secara digital, suatu tindakan oleh seseorang yang sebenarnya tidak dia lakukan.
Contohnya, pernahkah Anda melihat video wajah teman atau tokoh tertentu muncul dalam cuplikan film, berjalan seperti model, atau berjoget? Padalah mereka tidak pernah terlibat atau melakukan peristiwa itu.
Atau, pernahkah melihat video lelucon wajah politisi yang menyanyikan lagu "Maia Hi Maia Hu Maia Ho Maia Haha" atau "Baka Mitai"? Maka itu adalah salah satu cara kerja deepfake.
Baca juga: Perbedaan Misinformasi dan Disinformasi, Serupa Tapi Tak Sama
Video-video itu menukar wajah para selebriti, seperti Gal Gadot, Taylor Swift, Scarlett Johansson, dan lainnya, kemudian dipadukan dengan badan dari artis porno.
Perusahaan AI Deeptrace menemukan 15.000 video deepfake yang beredar daring pada September 2019. Jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat dalam kurun waktu sembilan bulan.
Sebanyak 96 persen dari video deepfake itu berisi pornografi dan 99 persen wajah yang dipakai adalah wajah selebriti perempuan.
Selain video, audio juga dapat dipalsukan melalui klon suara deepfake. Biasanya meniru suara tokoh publik yang terkenal.
Baca juga: Menelusuri Istilah Fake News dan Imbasnya pada Jurnalisme...
Tidak hanya digunakan untuk hiburan semata, tekologi deepfake juga digunakan untuk memanipulasi kejadian, bahkan menipu.
Pada Maret 2020, kepala anak perusahaan energi yang berlokasi di Inggris, kehilangan 200.000 poundsterling ke rekening Bank Hungaria. Dia mendapat telepon dari perusahaan energi induknya yang berlokasi di Jerman.
Penipu berhasil meniru suara CEO yang ada di Jerman, sehingga anak perusahaan rugi ratusan poundsterling.
Perusahaan asuransi menelusuri bahwa suara itu palsu, tetapi buktinya belum jelas. Penipuan serupa dilaporkan menggunakan pesan suara WhatsApp yang direkam.