Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan 1 Ramadan 2022? Begini Cara Menentukan Awal Bulan Puasa

Kompas.com - 13/03/2022, 11:00 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Dalam beberapa pekan mendatang, Umat Islam di seluruh dunia akan menyambut bulan Ramadan 2022.

Pada bulan tersebut, setiap Muslim yang memenuhi syarat diwajibkan menjalankan ibadah puasa dari waktu Imsak hingga azan Magrib selama satu bulan penuh.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, ada metode yang digunakan untuk menentukan kapan awal puasa Ramadan dimulai.

Kapan 1 Ramadan 1443 Hijriah?

Awal Ramadan ditetapkan menggunakan metode hisab dan rukyat. Hisab adalah metode menghitung posisi benda langit, khususnya matahari dan bulan.

Sementara itu, Rukyat adalah observasi benda-benda langit untuk memverifikasi hasil hisab. Kedua metode itu pun, baik hisab maupun rukyat, saling menguatkan satu sama lain.

Baca juga: Jelang Ramadan 2022, Harga 5 Bahan Pokok Ini Naik

Nantinya, untuk menentukan awal puasa atau 1 Ramadan, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) bersama berbagai kelompok Muslim akan melakukan sidang isbat.

Sampai saat ini, penyelenggaraan sidang isbat untuk menentukan awal puasa atau 1 Ramadan 1443 H masih belum ditentukan.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Rabu (9/2/2022), merujuk Kalender Hijriah Global yang dikeluarkan Muhammadiyah, 1 Ramadan 1443 H atau awal bulan puasa akan jatuh pada Sabtu, 2 April 2022.

Kalender Hijriah Global disusun berdasarkan Kriteria Istanbul yang merupakan Keputusan Kongres Internasional Unifikasi Kalender Hijriah Global yang diselenggarakan di Istanbul, Turki, pada 2016 lalu.

Metode hisab dan rakyat

Rukyat atau Rukyatul Hilal adalah aktivitas pengamatan visibilitas hilal (bulan sabit) saat Matahari terbenam menjelang awal bulan di Kalender Hijriah.

Baca juga: Rawan Beredar Menjelang Ramadan, Simak Perbedaan Uang Asli dan Palsu

Rukyatul hilal biasanya dilakukan untuk menentukan awal bulan Dzulhijjah, Ramadan, dan Syawal.

Dalam melakukan pemantauan, Kemenag bersama organisasi masyarakat (ormas) Islam, pakar BMKG, pakar LAPAN, dan pondok pesantren akan melakukan perhitungan di daerahnya masing-masing.

Jika tinggi hilal berada di bawah 2 atau 4 derajat, kemungkinan objek yang dilihat bukan hilal, melainkan bintang, lampu kapal, atau objek lainnya.

Kasubdit Hisab Rukyat dan Syariah Kementerian Agama (Kemenag), Nur Khazin menjelaskan, hilal bisa dilihat dengan ketinggian minimal 2 derajat, elongasi (jarak sudut matahari-bulan) 3 derajat, dan umur minimal 8 jam saat ijtimak.

"Kalau di bawah itu berarti belum rukyat. Berdasarkan pengalaman, dengan ketinggian di bawah itu, kemungkinannya kecil untuk bisa dilihat," kata Khazin.

Baca juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Indonesia, Harga Mi Instan dan Bunga Kredit Bisa Naik

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com