KOMPAS.com - Mulai besok, perajin tahu dan tempe di Pulau Jawa akan mogok produksi selama tiga hari hingga Rabu (23/2/2022).
Hal ini sebagai respon perajin terhadap mahalnya harga kedelai di pasaran saat ini.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syaifuddin mengatakan, aksi mogok tersebut semula hanya dilakukan oleh perajin di Jabodetabek dan Jawa Barat saja.
Namun, aksi mogok tersebut diikuti secara sukarela oleh perajin di Banten, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
"Rencananya 21, 22, 23 Februari (aksi mogok dilakukan), kalau pemerintah tidak mengabulkan tuntutan kami," kata Aip kepada Kompas.com, Minggu (20/2/2022).
Aip menjelaskan, saat ini harga kedelai diperdagangkan di kisaran harga Rp 11.000, sehingga memicu aksi mogok tersebut sebagai respons terhadap harga kedelai yang mahal.
"Dari harga Rp 9.000 sekarang sudah Rp 11.000," ujarnya.
Baca juga: Perajin Tahu Tempe di Kabupaten Bandung Bakal Mogok Produksi 3 Hari
Oleh karenanya, perajin menuntut pemerintah untuk menstabilkan harga kedelai di pasaran. Apabila tuntutan ini terpenuhi, maka produksi tahu dan tempe akan kembali dilanjutkan.
Lebih lanjut Aip memastikan, aksi mogok ini tidak diikuti dengan aksi demonstrasi. Perajin hanya melakukan mogok produksi, dan tidak ada aksi turun ke jalan.
"Enggak mengganggu lalu lintas, enggak ada kerumunan," kata dia.
Jika aksi mogok ini terus dilakukan, akankah membuat harga tempe dan tahu menjadi naik karena tidak adanya produksi?
Jika pemerintah tidak mengamini tuntutan stabilisasi harga kedelai, harga jual tahu dan tempe terpaksa naik.
"Selanjutnya akan naikan harga (tahu dan tempe)," kata Aip.
Aip mengaku telah berkomunikasi dengan pihak pemerintah. Dalam pembahasan itu, pemerintah mengisyaratkan dukungan kenaikan harga jual tahu dan tempe.
"Tadi saya sudah bicara dengan pemerintah untuk mendukung kenaikan harga tempe dan tahu," ucap Aip.