Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Penyebab Semburan Lumpur Pasca Gempa di Pasaman Barat? Ini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 26/02/2022, 11:50 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis


KOMPAS.com - Pasca terjadinya gempa tektonik berkekuatan M 6,1 di Pasaman Barat, Sumatera Barat, fenomena semburan muncul di wilayah tersebut.

Hal ini terlihat dari video beredar di media sosial yang menunjukkan lumpur keluar setelah gempa mengguncang, Jumat (25/2/2022) pagi.

Lantas, benarkah gempa menyebabkan fenomena lumpur muncul?

Peneliti Ahli Utama bidang Geoteknik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Adrin Tohari, membenarkan fenomena semacam itu bisa muncul akibat guncangan gempa.

"Betul, fenomena tersebut dapat terjadi saat dan setelah gempa bumi kuat, apalagi di daerah yang banyak terdapat sumber air panas," kata Adrin saat dihubungi Kompas.com, Jumat (25/2/2022) petang.

Lebih lanjut, Adrin bahkan menduga fenomena ini merupakan salah satu bentuk likuifaksi.

"Saya menduga fenomena tersebut juga termasuk likuifaksi, karena menyemburkan air beserta material berbutir halus dari bawah permukaan. Likuifaksi ini disebut sand boiling atau semburan pasir," jelas dia.

Ini berbeda dengan likuidfaksi yang terjadi di Palu pasca gempa hebat beberapa tahun lalu yang merupakan likuifaksi aliran.

Baca juga: Semburan Lumpur Muncul di Pasaman Barat Pasca Gempa, Ahli Duga Likuifaksi

Adrin menjelaskan, apa yang terjadi di Pasaman Barat pagi tadi terjadi akibat adanya guncangan yang sangat kuat. Ditambah adanya kondisi tanah yang dangkal dengan sifat lepas atau gembur.

"Karena goncangan yang kuat itu maka terjadi peningkatan tekanan air di bawah permukaan tanah. Tekanan air itu yang kemudian mendorong tanah lepas ke permukaan melalui retakan yang terjadi akibat goncangan gempa tersebut," jelas Adrin.

"Karena ada tekanan yang kuat itu kemudian kita bisa melihat fenomena itu seperti semburan air disertai dengan lumpur maupun juga pasir-pasir halus," imbuhnya.

Ragam fenomena likuifaksi

Ternyata likuifaksi ada bermacam-macam jenisnya. Pertama, sebagaimana terjadi di Palu, yakni likuifaksi aliran di mana tanah bergerak dengan kecepatan signifikan.

Selanjutnya likuifaksi semburan pasir sebagaimana diduga terjadi di Pasaman Barat, Jumat (25/2/2022) pagi.

"Likuifaksi juga bisa berupa penurunan permukaan tanah, bisa juga terjadi berupa longsoran di daerah-daerah timbunan yang dikonstruksi di atas tanah lunak, juga longsoran di pinggir-pinggir pantai," sebut dia.

Baca juga: Fakta-fakta Gempa Pasaman Barat Magnitudo 6,1

"Lalu bisa juga kita lihat fenomena jembatan yang tiba-tiba miring fondasinya itu karena proses likuifaksi di dasar jembatan. Lalu bangunan yang tiba-tiba miring itu juga karena fondasinya mengalami likuifaksi," sambung Adrin.

Peristiwa lain yang juga merupakan likuifaksi misalnya ketika tangki BBM yang dipendam di bawah tanah, terangkat ke permukaan.

"Itu juga fenomena likuifaksi, kita menyebutnya pengangkatan akibat gaya buoyancy," pungkas Adrin.

(Sumber: Kompas.com Penulis Luthfia Ayu Azanella | Editor Inten Esti Pratiwi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com