Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Jokowi Bilang Pernah Bentak Dirut Pertamina...

Kompas.com - 21/11/2021, 17:55 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo memberi pengarahan pada komisaris dan direksi Pertamina dan PT PLN (Persero), Sabtu (20/11/2021).

Hadir Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati dalam acara pengarahan itu.

Dalam pengarahan itu, Presiden Joko Widodo sempat mengisahkan bahwa dirinya pernah membentak Direktur Utama (Dirut) Pertamina (Persero) karena dinilai lambat mengeksekusi proyek kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).

"TPPI investasinya 3,8 miliar dollar AS, ini sudah bertahun-tahun, sebelum kita ada (menjabat), kemudian ada masalah, tapi belum jalan-jalan juga," ujar Jokowi.

Baca juga: Jokowi Sebut Pernah Bentak Dirut Pertamina, Kenapa?

Jokowi mengatakan, setelah dilantik menjadi Presiden RI pada periode awal masa jabatannya di 2014, ia langsung mendatangi TPPI untuk mendorong proyek tersebut berjalan. Pada saat itu, Pertamina belum dipimpin oleh Nicke.

"Karena saya tahu, kalau karena saya tahu barang (proyek) ini kalau jalan, itu bisa menyelesaikan banyak hal. Barang substitusi impor ada di situ semuanya. Semuanya. Turunannya banyak sekali, seperti petrokimia, petrochemical, ada di situ," ungkapnya.

Lanjut Jokowi, ketika dirinya terakhir kali ke TPPI, alasan yang sama atas terhambatnya proyek tersebut kembali mencuat. Hal itulah yang pada akhirnya membuat dia membentak Dirut Pertamina.

"Sehingga waktu saya ke sana yang terakhir, Bu Dirut cerita itu (alasan yang sama), saya bentak. Ya, karena memang benar, diceritain hal yang sama," kata dia.

"'Bu, enggak, enggak, saya enggak mau cerita itu lagi. Saya sudah dengar dari cerita dirut-dirut sebelumnya'. Saya blak-blakan memang, biasa," jelas Jokowi.

Ia bercerita, proyek kilang TPPI sudah dilakukan tender setidaknya dua kali, namun tak juga dikerjakan proyeknya.

Jokowi menegaskan, dirinya selalu memantau perkembangan proyek TPPI karena memiliki potensi yang besar bagi perekonomian nasional.

Menurutnya, proyek tersebut bisa mendukung cita-cita Indonesia untuk membuat neraca transaksi berjalan dan neraca perdagangan terjaga baik, tidak defisit.

Lantaran, proyek TPPI ketika beroperasi diyakini bisa mengurangi impor dalam jumlah besar, terutama petrokimia dan produk turunannya.

"Negara itu inginnya neraca transaksi berjalan dan neraca perdagangan kita berjalan baik, tidak banyak impor, karena kita bisa produksi sendiri, punya industrinya, mesinnya, dan bahan bakunya. Lho kok malah enggak kita lakukan dan malah impor. Itulah yang saya sedih," ungkap dia.

Baca juga: Jokowi Luapkan Uneg-unegnya, Sebut Birokrasi Pertamina dan PLN Terlalu Rumit

Melihat potensi yang besar di proyek TPPI, Jokowi mengaku heran mengapa proyek tersebut tidak segera dieksekusi dan terhambat selama bertahun-tahun. Ia bahkan mengandaikan, jika dirinya memegang langsung proyek tersebut, maka akan langsung menggarapnya hingga rampung.

"Proyek kayak begini tapi enggak cepat-cepat dijalankan. Kalau saya, 24 jam penuh saya kerjain. Pertamina dapat keuntungan dari situ dan negara dapat substitusi impornya," jelasnya.

"Akhirnya nanti neraca perdagangan dan transaksi berjalan kita baik. Kalau ini kita bisa selesaikan, tidak setiap bulan kita harus siapin dollar AS untuk bayar barang-barang impor tadi," pungkas Jokowi. (Sumber: Kompas.com/ Penulis: Yohana Artha Uly | Editor: Erlangga Djumena)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com