KOMPAS.com - Pemerintah melalui tim gabungan masih melanjutkan pencarian dan evakuasi korban bandang Sumbar (Sumatera Barat), setelah wilayah tersebut diterjang banjir dan tanah longsor, Sabtu (11/5/2024) hingga Minggu (12/5/2024) lalu.
Untuk diketahui, penyebab banjir bandang Sumbar berasal dari hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat di wilayah setempat.
Daerah yang terdampak banjir dan tanah longsor, yakni Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang.
Baca juga: Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyampaikan, jumlah korban meninggal banjir dan tanah longsor Sumbar mencapai 67 orang hingga Kamis (16/5/2024) pukul 17.00 WIB.
Jumlah tersebut diambil dari data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB.
Jumlah korban meninggal akibat tanah longsor Sumbar pada Kamis masih sama dengan data yang dirilis Pusdalops BNPB pada Rabu (15/5/2024) pukul 12.00 WIB.
“20 orang hilang dan masih dalam pencarian, 3 orang meninggal dunia belum teridentifikasi dan saat ini berada di RS Sijunjung, serta 989 KK terdampak, 40 orang mengalami luka-luka,” ujar Abdul dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (17/5/2024).
Lebih lanjut Abdul menyampaikan, jumlah korban meninggal banjir bandang dan tanah longsor Sumbar tersebar di lima kabupaten dan kota.
Korban meninggal di Kabupaten Agam sebanyak 22 orang, Padang Panjang sebanyak dua orang, Tanah Datar sebanyak 29 orang, Padang Pariaman sebanyak 12 orang, dan Kota Padang sebanyak dua orang.
Baca juga: Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal
"Negara memberikan anggaran pencarian itu batasnya enam hari setelah itu dikaver BNPB. Jadi tidak perlu khawatir,” tambah dia.
Ia menuturkan, BNPB juga masih berkoordinasi dengan para ahli waris untuk menentukan nasib korban yang belum ditemukan.
“Tentu kami harus berdialog dengan ahli waris dan keluarga ditinggalkan, apakah 20 orang ini sudah diikhlaskan atau belum. Kalau diterima, kami bisa hentikan pencarian dan evakuasi. Tapi kalau diminta untuk tetap dicari, kami masih akan mencari korban,” ujar Suharyanto.
Baca juga: Brasil Dilanda Banjir Terparah dalam Sejarah, 75 Warga Dilaporkan Meninggal
Di samping melakukan evakuasi, BNPB bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mengadakan rapat di Istana Bung Hatta, Bukittinggi pada Kamis untuk membahas relokasi warga dari area rawan bencana.
Suharyanto menyampaikan, salah satu pokok bahasan rapat tersebut adalah penyelesaian pendataan kebutuhan akan relokasi warga yang rumahnya terdampak dengan rincian mulai dari rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan.
Selain itu, rumah warga yang tidak rusak namun masuk dalam zona rawan bencana juga bakal didata.
“Pemerintah memikirkan, merencanakan, dan tinggal melaksanakan tahapan selanjutnya untuk transisi dari tanggap darurat menuju pemulihan atau rehabilitasi dan rekonstruksi yakni pendataan akan kebutuhan relokasi,” kata Suharyanto.
BNPB, BMKG, dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga melakukan pemetaan wilayah di sekitar Gunung Marapi yang masuk area rawan bencana, khususnya wilayah yang terdapat aliran sungai yang menjadi jalur lahar dingin Gunung Marapi.
Penyiapan lahan untuk merelokasi warga juga melibatkan pemerintah provinsi dan kabupaten atau kota terdampak.
“Tahap transisi sudah harus jalan dari tanggap darurat ke rehabilitasi dan rekonstruksi. Nanti akan di data mana yang harus dIrelokasi dan tidak,” kata Suharyanto.
Baca juga: Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.