Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Banjir Bandang Sumbar Capai 67 Orang, 20 Masih Hilang, 3 Belum Teridentifikasi

Kompas.com - 17/05/2024, 08:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah melalui tim gabungan masih melanjutkan pencarian dan evakuasi korban bandang Sumbar (Sumatera Barat), setelah wilayah tersebut diterjang banjir dan tanah longsor, Sabtu (11/5/2024) hingga Minggu (12/5/2024) lalu.

Untuk diketahui, penyebab banjir bandang Sumbar berasal dari hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat di wilayah setempat.

Daerah yang terdampak banjir dan tanah longsor, yakni Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang.

Baca juga: Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Korban banjir bandang Sumbar

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyampaikan, jumlah korban meninggal banjir dan tanah longsor Sumbar mencapai 67 orang hingga Kamis (16/5/2024) pukul 17.00 WIB.

Jumlah tersebut diambil dari data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB.

Jumlah korban meninggal akibat tanah longsor Sumbar pada Kamis masih sama dengan data yang dirilis Pusdalops BNPB pada Rabu (15/5/2024) pukul 12.00 WIB.

“20 orang hilang dan masih dalam pencarian, 3 orang meninggal dunia belum teridentifikasi dan saat ini berada di RS Sijunjung, serta 989 KK terdampak, 40 orang mengalami luka-luka,” ujar Abdul dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (17/5/2024).

Lebih lanjut Abdul menyampaikan, jumlah korban meninggal banjir bandang dan tanah longsor Sumbar tersebar di lima kabupaten dan kota.

Korban meninggal di Kabupaten Agam sebanyak 22 orang, Padang Panjang sebanyak dua orang, Tanah Datar sebanyak 29 orang, Padang Pariaman sebanyak 12 orang, dan Kota Padang sebanyak dua orang.

Baca juga: Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Pencarian korban banjir bandang Sumbar berlanjut

Terpisah, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyampaikan, pemerintah masih punya waktu satu hari berdasarkan golden time atau waktu penanganan bencana, setelah banjir bandang dan tanah longsor melanda Sumbar pada Sabtu hingga Minggu.

"Negara memberikan anggaran pencarian itu batasnya enam hari setelah itu dikaver BNPB. Jadi tidak perlu khawatir,” tambah dia.

Ia menuturkan, BNPB juga masih berkoordinasi dengan para ahli waris untuk menentukan nasib korban yang belum ditemukan.

“Tentu kami harus berdialog dengan ahli waris dan keluarga ditinggalkan, apakah 20 orang ini sudah diikhlaskan atau belum. Kalau diterima, kami bisa hentikan pencarian dan evakuasi. Tapi kalau diminta untuk tetap dicari, kami masih akan mencari korban,” ujar Suharyanto.

Baca juga: Brasil Dilanda Banjir Terparah dalam Sejarah, 75 Warga Dilaporkan Meninggal

Warga akan direlokasi

Di samping melakukan evakuasi, BNPB bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mengadakan rapat di Istana Bung Hatta, Bukittinggi pada Kamis untuk membahas relokasi warga dari area rawan bencana.

Suharyanto menyampaikan, salah satu pokok bahasan rapat tersebut adalah penyelesaian pendataan kebutuhan akan relokasi warga yang rumahnya terdampak dengan rincian mulai dari rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan.

Selain itu, rumah warga yang tidak rusak namun masuk dalam zona rawan bencana juga bakal  didata.

“Pemerintah memikirkan, merencanakan, dan tinggal melaksanakan tahapan selanjutnya untuk transisi dari tanggap darurat menuju pemulihan atau rehabilitasi dan rekonstruksi yakni pendataan akan kebutuhan relokasi,” kata Suharyanto.

BNPB, BMKG, dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga melakukan pemetaan wilayah di sekitar Gunung Marapi yang masuk area rawan bencana, khususnya wilayah yang terdapat aliran sungai yang menjadi jalur lahar dingin Gunung Marapi.

Penyiapan lahan untuk merelokasi warga juga melibatkan pemerintah provinsi dan kabupaten atau kota terdampak.

“Tahap transisi sudah harus jalan dari tanggap darurat ke rehabilitasi dan rekonstruksi. Nanti akan di data mana yang harus dIrelokasi dan tidak,” kata Suharyanto.

Baca juga: Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Tren
12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

Tren
Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Kata 'Duit' Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Kata "Duit" Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Tren
Juru Bahasa Isyarat Saat Konpers Pegi Tersangka Pembunuhan Vina Disebut Palsu, Ini Kata SLBN Cicendo Bandung

Juru Bahasa Isyarat Saat Konpers Pegi Tersangka Pembunuhan Vina Disebut Palsu, Ini Kata SLBN Cicendo Bandung

Tren
Viral, Video TNI Tendang Warga di Deli Serdang, Ini Kata Kapendam

Viral, Video TNI Tendang Warga di Deli Serdang, Ini Kata Kapendam

Tren
Tips Memelihara Anjing untuk Pemula, Ini Beberapa Hal yang Perlu Anda Lakukan

Tips Memelihara Anjing untuk Pemula, Ini Beberapa Hal yang Perlu Anda Lakukan

Tren
Berlaku mulai 1 Juni 2024, Ini Cara Beli Elpiji 3 Kg Menggunakan KTP

Berlaku mulai 1 Juni 2024, Ini Cara Beli Elpiji 3 Kg Menggunakan KTP

Tren
Inilah Alasan Harga BBM dan Tarif Listrik Juni Masih Sama dengan Mei 2024

Inilah Alasan Harga BBM dan Tarif Listrik Juni Masih Sama dengan Mei 2024

Tren
Hiu Paus Gorontalo Menghilang karena Takut Orca, Apakah Akan Kembali?

Hiu Paus Gorontalo Menghilang karena Takut Orca, Apakah Akan Kembali?

Tren
Resmi, Jadwal dan Tarif LRT Jabodebek Selama Juni 2024

Resmi, Jadwal dan Tarif LRT Jabodebek Selama Juni 2024

Tren
Teh Bunga Telang untuk Menurunkan Berat Badan, Berapa Takaran Per Hari?

Teh Bunga Telang untuk Menurunkan Berat Badan, Berapa Takaran Per Hari?

Tren
Sempat Menjadi Satu Kesatuan, Mengapa Korea Pecah Menjadi Dua Negara?

Sempat Menjadi Satu Kesatuan, Mengapa Korea Pecah Menjadi Dua Negara?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com