Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Tragedi Thalidomide, Bencana Medis Terbesar yang Korbankan Puluhan Ribu Bayi

Kompas.com - 19/03/2024, 12:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tragedi Thalidomide pada era 1950-an disebut sebagai bencana medis terbesar yang pernah terjadi akibat ulah manusia.

Kisah tragis ini dialami oleh lebih dari 10.000 bayi yang terlahir dengan kelainan fisik lantaran konsumsi obat thalidomide semasa kehamilan.

Dimulai di Jerman Barat pada 1950-an, para peneliti di perusahaan farmasi Chemie Grünenthal mulai mengembangkan obat bernama thalidomide.

Pada Juli 1956, otoritas medis Jerman Barat melisensikan obat tersebut untuk dijual tanpa resep.

Dilansir dari laman Medical News Today, thalidomide telah dikembangkan sebagai obat sedatif atau penenang.

Namun, orang-orang mengonsumsinya untuk berbagai kondisi, termasuk pneumonia, pilek, dan flu, serta guna meredakan mual di awal kehamilan.

Hanya dalam beberapa tahun, Chemie Grünenthal telah memberikan lisensi kepada 14 perusahaan farmasi untuk memasarkan thalidomide di 46 negara di seluruh dunia dengan sekitar 37 merek.

Baca juga: Mengapa Obat Sirup Sekarang Tercemar padahal Dulu Aman?


Klaim thalidomide aman dikonsumsi

Di Inggris, pada 1958, perusahaan Distillers Company mulai memasarkan thalidomide dengan nama Distaval sebagai obat pereda mual di pagi hari.

Meski tidak ada bukti dari penelitian pada manusia yang mendukung klaim, iklan perusahaan tersebut mengumumkan:

  • "Distaval dapat diberikan dengan keamanan penuh kepada wanita hamil dan ibu menyusui tanpa efek buruk pada ibu atau anak."

Berdasarkan uji toksisitas standar terhadap tikus, Chemie Grünenthal percaya thalidomide dalam dosis yang sangat tinggi pun tidak berbahaya bagi manusia.

Alexander Leslie Florence, seorang dokter umum di Turriff, Skotlandia menjadi profesional kesehatan pertama yang secara terbuka mempertanyakan klaim tersebut.

Melalui suratnya kepada BMJ pada1960, dia melaporkan empat pasiennya mengalami parestesia parah, yakni sensasi mati rasa atau terbakar yang mirip dengan kesemutan.

Gejala tersebut dilaporkan menyerang tangan dan kaki pasien saat mengonsumsi obat thalidomide.

Dikutip dari Science Museum, thalidomide dan dampaknya turut dipublikasikan dalam sebuah surat yang diterbitkan The Lancet oleh seorang dokter Australia, William McBride pada 1961.

William McBride melaporkan beberapa kelainan parah pada 1 dari 5 bayi yang dilahirkan oleh ibu pengguna thalidomide selama kehamilan.

Halaman:

Terkini Lainnya

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com