Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Demi Konten, Motif Tindakan Nekat Kreator

Kompas.com - 18/03/2024, 11:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Bonar Hutapea, S.Psi., M.Psi.*

Audiences no longer care about platforms. The content creator is ‘king.’ - Hyrkin.

ADA saja tindakan nekat kreator dalam pembuatan konten di media sosial yang menjadi berita dan menyita perhatian publik.

Di antaranya, dianggap mengganggu sehingga nyaris dikeroyok pengendara motor yang melawan arus; memakai rumah kosong tanpa ijin untuk membuat konten horor sehingga dilaporkan pemilik ke polisi.

Selain itu, nekat menghadang truk hingga berujung pada kematian dan membuat susah para supir karena menjadi tersangkut masalah hukum di beberapa daerah; bermaksud membuat konten bunuh diri, malah benaran tewas tergantung.

Tindakan lain mengeksploitasi dan merekam penyiksaan hewan sehingga mendapat sorotan tajam organisasi pemerhati hewan dalam negeri maupun internasional, bahkan diminta agar diproses secara hukum.

Tidak kurang menghebohkan adalah ditembaknya seorang pelaku prank (pranker) di tempat (baca Kompas, 23 Oktober 2023) yang menuai dukungan warganet kepada pelaku karena turut geram karena dianggap sudah meresahkan.

Tindakan nekat dimaksud juga termasuk membuat narasi tertentu dalam video yang tak sesuai dengan kenyataan atau aslinya, melakukan penggiringan opini, pengabaian terhadap pentingnya mendapatkan izin dari otoritas setempat, mengunggah video orang lain tanpa ijin, juga tidak meminta persetujuan orang-orang yang (potensial) terdampak.

Membuat konten yang kyoot, bagi orang muda, sangat menarik, bahkan sudah menjadi bagian dari hidup mereka. Kata kyoot merupakan plesetan orang muda dari kata cute yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti manis, lucu, imut, bahkan sering dipadankan dengan kata ’keren’.

Dalam media sosial, kata ini ditujukan bagi konten-konten yang sangat menarik dan amat sangat menggemaskan.

Inilah salah satu bentuk sekaligus yang paling menonjol dari gagasan dan gerakan playbour, yakni pembuatan dan penyebaran konten video sosial yang dilakukan oleh pembuat (prosumer) perorangan melalui aktivitas sosial dan dirasa menyenangkan.

Entah sebutannya influencer, YouTuber, Instagrammer, Pranker, bloggers, writers, influencers, artists, photographers, gamers, podcasters, and streamers, atau lainnya, pembuat konten atau kreator konten adalah pengguna yang membuat konten mereka sendiri untuk dipublikasikan di media sosial.

Pembuatan konten berarti menciptakan berbagai informasi di media atau produk elektronik yang bersifat informatif, edukatif, atau sekadar hiburan.

Apa yang dicari? Apa yang mendorong tindakan nekat mereka? Penelitian yang berfokus pada topik ini, sejauh ditelusuri secara terbuka, belum ditemukan.

Mengacu pada berbagai bacaan dan artikel yang ada, berikut beberapa kemungkinan kebutuhan dan faktor pendorongnya:

Pertama, adanya sumber daya berupa kemanfaatan dari komunitas virtual.

Shih-Wei Choua dan Guan-Ying Lu dalam artikel mereka pada Behaviour and Information Technology tahun 2022 menyatakan bahwa pembuat konten mendapatkan sumber daya dari komunitas virtual sebagai sumber motivasi, antara lain: dukungan sosial, pencarian informasi, presentasi diri, koping, yakni upaya menghadapi atau menanggulangi tuntutan situasional, selain keuntungan finanasial tentunya.

Sumber daya ini mencakup alat dan perangkat yang mendukung media sosial berupa video tayangan langsung (video streaming), berbagi konten, selain ketersediaan platform.

Meski demikian, kurang jelasnya model bisnis yang mendasarinya menciptakan kesulitan dalam meningkatkan pemahaman tentang keputusan pembuat konten dalam membuat konten.

Artinya, bisnis ini tampaknya belum secara ketat mengatur bagaimana konten dibuat semacam rambu-rambu yang harus ditaati terutama terkait orang, hewan, otoritas dan hukum yang berlaku.

Secara khusus, patut pula diduga bahwa perpaduan faktor internal, yang fokus pada nilai ekspresif yang menekankan nilai simbolik, misalnya presentasi diri maupun faktor eksternal, misalnya jejaring dan dukungan eksternal yang didasari nilai-nilai fungsional.

Dalam hal ini, kreator konten dapat bertindak nekat dalam membuat konten karena mendapat dukungah dari anggota komunitas lainnya berupa interaksi yang semakin intens, pujian, dan relasi yang luas selain identitas diri yang ditegaskan sebagai seorang konten kreator dengan keyakinan diri, kemampuan, sifat pribadi dan peran sosialnya.

Dukungan yang dirasakan pembuat konten dari orang lain meningkatkan kepercayaan diri dan semakin menguatkan motivasinya untuk terus membuat konten sejenis.

Kedua, kesenangan, popularitas, dan selebrifikasi. Ketika tonton, suka, bagikan (wiews, likes, shares) sudah menjadi seperti segalanya pada masa kini.

Para pembuat konten berupaya untuk mendapatkan semua itu sebanyak-banyaknya dari pengunjung, pemirsa (viewers) dengan membuat konten yang dianggap kyoot, bahkan bila mungkin akan semakin menambah jumlah penggemar konten-konten mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Tren
Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Tren
Profil Joko Pinurbo, Penyair Karismatik yang Meninggal di Usia 61 Tahun

Profil Joko Pinurbo, Penyair Karismatik yang Meninggal di Usia 61 Tahun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com