Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Demi Konten, Motif Tindakan Nekat Kreator

Kompas.com - 18/03/2024, 11:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kedua, penguatan manajemen diri. Mengacu pada Teori Presentasi diri (Self-presentation Theory) dan kerangka keyakinan (belief)-motivasi-niat (belief-motivation-intention framework) yang disitir Chou dan Lu dalam artikel mereka seperti disinggung sebelumnya, dapat dipahami bagaimana keputusan pembuat konten dibentuk.

Untuk mengubah keputusan yang diambil juga dapat menggunakan pemahaman yang sama. Niat dan motivasi kreator konten dalam pembuatan konten tergantung pada nilai presentasi dirinya dan keyakinan yang bersangkutan tentang dirinya.

Untuk itu, kreator konten penting didorong untuk mengontrol presentasi dirinya dan membuat presentasi diri yang bersesuaian dengan aturan atau norma dalam lingkungan sosialnya.

Dalam hal ini, manajemen diri penting diperkuat dengan meningkatkan evaluasi diri dan kontrol diri.

Tidak lupa peran komunitas virtual, yakni bila tindakan nekat diperkuat oleh dukungan komunitas maka pencegahan dan mereduksi tindakan nekat tersebut juga diperkuat oleh komunitas virtual yang anggotanya memiliki kesadaran dan memberikan nilai fungsional bagi kreator konten agar membuat konten yang bersesuaian dengan norma.

Dalam hal ini, komunitas virtual memiliki pengaruh sosial yang kuat dengan mendorong kepatuhan kepada norma dalam presentasi diri secara daring dan kepatuhan kreator konten kepada aturan. Hasil penelitian sudah menunjukkan peran nyata komunitas virtual semacam ini.

Ketiga, profesional, etis dan kesadaran akan tanggung jawab sosial. Apakah konten menjadi tak menarik bila tak berisikan tantangan yang sangat berbahaya, lelucon yang menimbulkan tekanan emosional dan menimbulkan resiko secara fisik, tindakan yang mempunyai risiko cedera serius, mengandung kekerasan dan mengkhawatirkan bagi emosi anak di bawah umur, vandalisme dan mengeksploitasi dan menyiksa hewan? Tampaknya tidak demikian.

Konten yang dibuat-buat, menyesatkan, tidak memiliki nilai edukatif sedikit pun seakan-akan hendak mengajarkan masyarakat untuk tidak bermoral dan tidak etis dalam kehidupan sehari-hari.

Apakah demi ”tonton, suka, bagikan” (wiews, likes, shares) mengubah banyak orang, utamanya orang-orang muda menjadi perusak moral dan perilaku etis di masyarakat?

Pembuat konten sangat penting diingatkan terus menerus perihal peran penting media, termasuk media sosial, sebagaimana ditegaskan Carlos E. Cortes dalam bukunya ”The Children Are Watching: How the Media Teach about Diversity” bahwa media tak ada kurangnya untuk berlaku sebagai pendidik informal karena memang menyajikan informasi, mengorganisasikan ide, menyebarkan nilai-nilai, menciptakan dan memperkuat ekspektasi, dan menyediakan model perilaku.

Baik atau buruknya konten yang dibuat memiliki dampak bagi pemirsa terutama remaja dan anak-anak.

Amat penting untuk disadari besarnya dampak buruknya terhadap anak-anak yang berada pada fase usia rasa ingin tahu yang tinggi, namun belum memiliki taraf berpikir kritis yang memadai.

Kreator konten layak diedukasi agar melakukan sesuatu yang bernilai, yakni membuat konten dengan bermartabat.

Silakan saja mencipta konten sebisa mungkin kreatif dengan tetap menjaga sisi etis, moral, kepantasan, dan mempertimbangkan potensi dampak buruk fisik maupun psikis yang ditimbulkan. Tak ada salahnya juga untuk berguru pada kreator konten profesional.

Barangkali benar apa yang dinyatakan Joseph A. Hyrkin, CEO salah satu penerbitan digital dan platform global terkemuka, pada Vocmedia tahun 2017, seperti dikutip pada awal tulisan di atas, bahwa audiens memang tak lagi peduli platform (media sosial) mana konten tersebut dibagikan.

Bagi mereka terpenting adalah kreatornya, bahkan layaknya raja. Audiens akan mengikuti ke mana saja kreator yang dianggap membuat konten yang menarik.

Mencari nafkah dari media sosial melalui monetisasi konten tampak menjanjikan dan menggiurkan.

Meski begitu, untuk mewujudkannya tidak selalu mudah, bahkan bagi sebagian besar orang, dipandang sangat sulit karena menyita banyak waktu, tenaga, pengorbanan bahkan tak jarang lebih karena faktor keberuntungan.

Sebab, seperti dinyatakan Nil Solana Tort, tak jarang pengguna, dalam hal ini kreator konten, yang sudah berusaha jauh lebih keras, lebih karismatik dan lebih menyenangkan daripada kreator yang paling terkenal, tapi tetap saja mereka belum mencapai sejauh itu sehingga tak jarang menjadi putus asa.

Meski demikian, hal ini hendaknya tidak menjadi pembenaran untuk bertindak nekat apalagi sampai menghalalkan segala cara.

Alih-alih mencapai harapan yang ada malah membuat publik benci, tersangkut hukum bahkan berujung pada kematian.

Para kreator konten juga harus cerdik dalam menjembatani atau merekonsilisasi tuntutan yang seringkali kontradiktif antara audiens, sponsor, dan platform media sosial.

*Dosen Tetap Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Tren
BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

Tren
Mengulik Racunomologi

Mengulik Racunomologi

Tren
Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Tren
Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Menurunkan Kolesterol Jahat

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Menurunkan Kolesterol Jahat

Tren
Sejumlah Riset Sebut Hubungan Kekurangan Vitamin D dengan PCOS

Sejumlah Riset Sebut Hubungan Kekurangan Vitamin D dengan PCOS

Tren
5 Penyebab Anjing Menggonggong Berlebihan dan Cara Mengatasinya

5 Penyebab Anjing Menggonggong Berlebihan dan Cara Mengatasinya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com