Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Jepang Dilarang Sentuh Kucing, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 14/03/2024, 12:00 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Warga Jepang bagian barat dilarang untuk mendekati dan menyentuh seekor kucing di jalanan pada Selasa (12/3/2024).

Larangan itu disampaikan oleh tim lingkungan hidup di kota Fukuyama, Hiroshima, Jepang setelah ditemukannya jejak kucing berwarna kuning kecoklatan di pabrik Nomura Plating Fukuyama Factory, Jepang.

Dilansir dari The Guardian, kucing tersebut masih berkeliaran dan belum ditemukan.

Diduga, kucing itu mati akibat kontak dengan bahan kimia beracun dan berbahaya.

Baca juga: Cara Mengusir Kucing agar Tidak Pup di Tempat yang Sama

Penyebab warga Jepang dilarang sentuh kucing

Peringatan larangan menyentuh kucing di Jepang berawal dari temuan jejak kucing berwarna kuning di sekitar wadah bahan kimia kromium heksavalen di sekitar pabrik Nomura Plating Fukuyama, Jepang.

Setelah ditelusuri, rekaman CCTV merekam seekor kucing melarikan diri dari pabrik tersebut. 

“Kami segera memberi tahu polisi, warga kota Fukuyama, dan warga sekitar pabrik kami,” kata perwakilan Nomura Plating Fukuyama Factory.

Diduga, kucing tersebut menyentuh bahan kimia kromium heksavalen yang disimpan di dalam tong sedalam 3 meter sebelum akhirnya pergi.

Kromium heksavalen adalah bahan kimia beracun yang sangat asam dan bersifat karsinogen.

Dilansir dari BBC, pemilik pabrik mengatakan tangki tersebut ditutup dengan lembaran. Namun, lembaran tersebut telah tersingkap.

Tidak ada rekaman yang menunjukkan bagaimana kucing tersebut bersentuhan dengan bahan kimia di dalam tong sedalam tiga meter itu.

Namun, pihak perusahaan segera mengambil tindakan untuk mencegah bahaya bahan kimia jika terkena manusia.

"Insiden ini menyadarkan kami akan perlunya mengambil tindakan untuk mencegah hewan kecil seperti kucing menyelinap masuk, sesuatu yang tidak pernah kami antisipasi sebelumnya," imbuhnya.

Baca juga: Alasan Kucing Hitam Sering Dikaitkan dengan Nasib Buruk atau Pembawa Sial

Bahaya bahan kimia kromium heksavalen

Masih dari sumber yang sama, kontak dengan bahan kimia kromium heksavalen dapat menyebabkan munculnya iritasi kulit, masalah pernapasan, dan kebutaan.

Bahaya bahan kimia kromium heksavalen dapat dilihat dari bagaimana staf di pabrik Nomura Plating Fukuyama Factory mengambil bahan tersebut.

Mereka harus mengenakan masker dan sarung tangan karet saat bekerja di dekat bahan kimia kromium heksavalen.

Dilansir dari laman Dinas Kesehatan Gunung Kidul, bahan kimia kromium heksavalen yang terkena kulit dapat menyebabkan masalah berikut:

  • Ulserasi
  • Dermatitis
  • Reaksi alergi pada kulit.

Menghirup senyawa kromium heksavalen juga menyebabkan ulserasi, perforasi membran mukosa septum hidung, iritasi pada faring dan laring, bronkitis asma, bronchospasms, dan edema.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Tren
Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com