Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Dijadikan Obat Tradisional, Ini Potensi Manfaat Biji Duku

Kompas.com - 07/03/2024, 07:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Biji duku terkenal memiliki rasa yang pahit jika tak sengaja tergigit. Ukuran yang relatif kecil juga terkadang membuat biji buah ini mudah tertelan dan masuk ke dalam tubuh.

Untungnya, menggigit biji duku umumnya tidak membawa dampak negatif bagi kesehatan, kecuali sensasi pahit di mulut.

Bahkan, menelan biji duku berpotensi memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh, meski masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Peneliti dari Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB University Prof Darda Efendi mengatakan, rasa pahit pada biji duku disebabkan sejumlah kandungannya.

"Rasa pahit muncul karena ada kandungan senyawa sekunder, seperti fenolik, alkaloid, dan poliketida," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Senin (4/3/2024).

Biji dari buah berbentuk bulat dan bergerombol ini pun kerap dimanfaatkan sebagai obat tradisional.

"Mungkin saja (ada manfaatnya), perlu penelitian lebih lanjut. Di masyarakat tradisional tertentu memang ada yang menggunakan untuk obat," papar Darda.

Baca juga: 6 Buah Penurun Panas, Bantu Redakan Rasa Tak Enak Badan


Potensi manfaat biji duku untuk kesehatan

Terpisah, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) dr Inggrid Tania mengungkapkan, biji duku sebenarnya tidak dianjurkan untuk dimakan langsung.

Secara tradisional, menurutnya, bagian tanaman ini sering diolah menjadi pengobatan sejumlah masalah kesehatan.

"Memang bijinya bisa dimanfaatkan secara tradisional untuk beberapa macam pengobatan, cuma konsumsi biji duku tidak langsung ditelan," tuturnya kepada Kompas.com, Rabu (6/3/2024).

Inggrid menjelaskan, biji duku kerap dimanfaatkan sebagai penurun panas atau demam karena kandungan zat antipiretiknya.

Baca juga: 3 Jenis Buah yang Harus Dikurangi Saat Diet, Picu Kenaikan Berat Badan

Diketahui, zat antipiretik pada biji ini mampu menghambat berkembangnya enzim siklooksigenase.

Enzim siklooksigenase sendiri merupakan enzim yang menjadi perantara naiknya suhu tubuh.

Jika enzim siklooksigenase dihambat, demam atau suhu tubuh yang tinggi dapat segera turun setelah mengonsumsi makanan yang mengandung zat antipiretik.

Inggrid melanjutkan, biji duku juga sering dikonsumsi sebagai obat cacing pada anak-anak, serta mengatasi luka pada dinding mukosa lambung.

Halaman:

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com