KOMPAS.com - Istilah psikopat mengacu pada seseorang yang tidak mengikuti norma moral masyarakat dan kurang memiliki empati serta penyesalan.
Orang yang menunjukkan sifat psikopati adalah orang yang tidak berperasaan, manipulatif, serta gemar menipu.
Dilansir dari laman Verywell Health, mereka cenderung sering melakukan tindak kekerasan, pencurian, atau penipuan untuk membuat orang lain menuruti apa yang mereka inginkan.
Tidak ada penyebab pasti dari kondisi psikopati. Namun genetika, trauma, struktur otak, paparan kekerasan selama masa kanak-kanak, dan kondisi lingkungan mungkin menjadi faktor penyebabnya.
Psikopat ada di hampir setiap budaya dan kelompok etnis. Psychology Today melaporkan, diperkirakan sekitar 1 persen pria dan 0,3-0,7 persen wanita dapat diklasifikasikan sebagai psikopat.
Kendati sebagian besar psikopat adalah pria, pakar menyebut perilaku psikopati pada wanita bisa jadi lebih banyak dari jumlah saat ini. Mengapa demikian?
Baca juga: Ada di Sekitar Kita, Ini Cara untuk Mengenali Seorang Psikopat
Pakar psikopat di dunia bisnis dari Anglia Ruskin University, Inggris, Clive Boddy mengungkapkan, ada sejumlah kecil bukti menggambarkan psikopat wanita cenderung mengekspresikan kekerasan secara verbal dibandingkan fisik.
Mereka menggunakan kekerasan yang bersifat relasional dan emosional, sehingga tampak lebih halus dan kurang kentara daripada psikopat pria. Misalnya, perilaku menyebarkan rumor dan kebohongan demi keuntungan pribadi.
"Perilaku psikopat wanita tampaknya cukup halus dan kurang kentara dibandingkan psikopat laki-laki dan oleh karena itu mereka tidak begitu diidentifikasi," kata Boddy, dikutip dari The Guardian, Senin (26/2/2024).
Akibatnya, data jumlah wanita dengan psikopati juga cenderung lebih rendah dibandingkan psikopat pria.
Boddy mengatakan, bagian dari penilaian yang digunakan untuk mengidentifikasi psikopat, yang dikenal sebagai Skala Psikopati Laporan Diri Levenson (LSRP), condong ke arah identifikasi gangguan tersebut pada pria dibanding wanita.
LSRP merupakan skala untuk mengukur kondisi psikopati primer dan sekunder pada seseorang.
Psikopati primer mengacu pada individu yang sepenuhnya rasional, tidak memiliki kecemasan atau ketakutan, dan memiliki tingkat pesona interpersonal yang tinggi.
Menurut Boddy, penilaian tersebut melihat betapa tidak terikatnya emosi, egois, tidak peduli, dan manipulatifnya seseorang sebagai sosok psikopat primer.
Sementara psikopat sekunder, mengarah pada individu yang cenderung menderita gairah emosional dan masalah psikologis yang intens. Kelompok ini cenderung gegabah, impulsif, emosional, cemas, agresif, dan merusak diri sendiri.