Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Selatan Darurat Krisis Penduduk, Angka Kelahiran Terendah di Dunia

Kompas.com - 30/01/2024, 17:00 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Korea Selatan menetapkan status darurat nasional krisis penduduk karena angka kelahiran terus merosot.

Dikutip dari Financial Times, Korea Selatan memiliki angka kelahiran terendah di dunia pada 2023. Angka kelahirannya tercatat hanya 0,72. Angka tersebut terburuk sepanjang sejarah Negeri Gingseng itu. 

Dengan data yang ada sekarang, populasi penduduk di Korea Selatan diperkirakan berkurang setengahnya pada tahun 2100, dan bisa menyisakan 24 juta jiwa saja.

Pada 2022, sebanyak 249.000 bayi lahir di Korea Selatan. Padahal, agar pasar tenaga kerja dapat berfungsi, Korea Selatan membutuhkan minimal 500.000 kelahiran bayi per tahun.

Apabila tidak diantisipasi, angka kelahiran di sana diperkirakan akan terus menurun hingga 2025. Dikhawatirkan, puncak terparah titik angka kelahiran hanya menyentuh 0,65.

Baca juga: Pemerintah Korea Selatan Minta Warga Tak Makan Tusuk Gigi Goreng


Baca juga: Heroik, WNI di Korea Selatan Selamatkan Wanita yang Terjatuh ke Laut

Korea Selatan punya tingkat kesuburan rendah

Dilansir dari Times, Korea Selatan merupakan negara dengan tingkat kesuburan terendah di dunia, yaitu 0,78 pada tahun 2022.

Otoritas setempat memperkirakan tingkat kesuburan akan mencapai titik terendah pada 0,7 pada tahun 2024. Angka tersebut dikhawatirkan semakin parah dibandingkan tahun sebelumnya.

Pemerintah ketar-ketir, tingkat kesuburan rendah bakal mengancam masa depan perekonomian Korea Selatan, karena berkurangnya jumlah tenaga kerja dan melambatnya laju konsumsi.

Tak hanya faktor ekonomi, kondisi tersebut juga berdampak negatif pada keamanan nasional, karena berkurangnya personel untuk mengikuti wajib militer.

Selain faktor genetik, negara ini juga dihadapkan pada persoalan masyarakat Korea Selatan yang enggan memiliki anak.

Beberapa faktor tersebut seperti tingginya biaya perumahan, lingkungan, persaingan ketat dalam hal pendidikan anak, sampai faktor kesenjangan gender.

Baca juga: Susul Jepang dan Korea Selatan, China Juga Alami Krisis Populasi

Korea Selatan adalah negara dengan pertumbuhan populasi tua tercepat di dunia

Dikutip dari CNN, selain mempunyai angka kelahiran dan kesuburan terendah di dunia, ancaman krisis penduduk Korea Selatan juga berasal dari penduduk tua.

Negeri Gingseng adalah salah satu negara dengan pertumbuhan populasi tua tercepat di dunia.

Hal ini menimbulkan masalah di sisi lain, yaitu tentang pendanaan kebutuhan pensiun dan layanan kesehatan bagi lansia.

Padahal, Korea Selatan saat ini sedang menghadapi angka kelahiran rendah yang akan berdampak pada semakin berkurangnya jumlah pekerja.

Dilansir dari The Lancet, saat ini Korea Selatan sedang dalam perjalanan menuju masyarakat yang disebut sebagai masyarakat super-tua pada tahun 2025.

Sebagai informasi, negara yang dinobatkan sebagai negara dengan masyarakat super-tua adalah saat negara tersebut mengalami proporsi penduduk berusia 65 tahun ke atas akan mencapai 20 persen dari total populasi.

Korea Selatan juga merupakan salah satu negara dengan tingkat kemiskinan lansia tertinggi di dunia.

Lebih dari 40 persen penduduk berusia 65 tahun ke atas menghadapi kemiskinan pendapatan relatif yang artinya pendapatan lansia lebih rendah sebesar 50 persen dari median pendapatan siap pakai rumah tangga.

Baca juga: Daftar Negara yang Melarang Konsumsi Daging Anjing, Terbaru Korea Selatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Analisis Gempa M 6,5 di Garut, BMKG: Bukan Megathrust

Analisis Gempa M 6,5 di Garut, BMKG: Bukan Megathrust

Tren
Jarang Diketahui, Ini 5 Jenis Makanan yang Sebaiknya Tak Dikonsumsi Bersama dengan Kafein

Jarang Diketahui, Ini 5 Jenis Makanan yang Sebaiknya Tak Dikonsumsi Bersama dengan Kafein

Tren
7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

Tren
Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

Tren
7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com