Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Dianggap Tanaman Liar, Putri Malu Dijual Rp 150.000 di Swiss

Kompas.com - 11/12/2023, 16:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang memperlihatkan tanaman putri malu dijual sekitar Rp 150.000 di Swiss, ramai di media sosial setelah diunggah akun Instagram @dekorasi_rumah_idaman, Rabu (22/12/2023).

Putri Malu atau tanaman dengan nama latin Mimosa Pudica dikenal sebagai tanaman liar yang kerap tumbuh di semak-semak di Indonesia.

Namun siapa sangka, tanaman ini diperjual belikan dan harganya bisa dirupiahkan mencapai Rp 150.000. 

 

Dalam unggahannya, tampak seorang wanita Indonesia bernama Fresa Amalia menemukan tanaman Putri Malu dijual dalam toko tanaman hias di Swiss.

Karena penasaran, Fresa lalu bertanya kepada seorang wanita Swiss di toko tersebut.

Menurut wanita Swiss itu, Putri Malu memang dijual di Swiss meskipun dia tahu tanaman itu tumbuh sembarangan di negara lain.

"Mimosa. They're so cute. I love them," ujar wanita Swiss tersebut.

Masyarakat Swiss sering menyebut Putri Malu sebagai tanaman "don't-touch-me" atau "touch-me-not".

Baca juga: Khasiat Tanaman Kumis Kucing untuk Mengobati Asam Urat


Putri Malu dijual mahal di Swiss

Kepada Kompas.com, Fresa Amalia mengatakan, toko tanaman hias di Eropa menjual Putri Malu dengan harga yang mahal.

Menurut pemilik perusahaan perjalanan Samara Liveaboard ini, satu pot Putri Malu dihargai 9,80 dollar AS atau sekitar Rp 153.033.

"Harganya jadi mahal karena untuk memasukkan tanaman ke Swiss regulasinya susah dan biayanya mahal," ujarnya, kepada Kompas.com, Senin (11/12/2023).

Meski juga ada di Indonesia, perempuan yang kini tinggal di Bali ini mengungkapkan Putri Malu yang di Swiss bukan berasal dari Indonesia. 

Dia menyebutkan, kebanyakan tanaman tropis seperti Putri Malu didatangkan ke Swiss dari Brasil.

Setelah didatangkan dari luar negeri, lanjut dia, Putri Malu umumnya dibudidayakan lagi di Swiss.

Menurut Fresa, tanaman Putri Malu memiliki pasar penjualan di kalangan masyarakat Swiss sebagai tanaman hias.

"Di negara Eropa, ada orang yang suka koleksi tanaman dari negara tropis. Menurut mereka tanaman itu langka dan unik," jelasnya.

Fresa mengatakan, kondisi ini berbeda dari Indonesia. Hal tersebut karena Indonesia merupakan negara tropis sehingga tanaman bisa mudah tumbuh di banyak tempat.

Kondisi itu membuat banyak tanaman yang dianggap sebagai hama di Indonesia.

Situasinya berbeda dari Swiss sehingga tanaman seperti Putri Malu menjadi tanaman hias yang diminati masyarakat.

Baca juga: Mengenal Akar Kucing, Tanaman Liar yang Disukai Kucing

Halaman:

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com