Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tessa Hansen-Smith yang Alergi Air: Tetes Hujan, Minuman, dan Air Mata Membuatnya Tersiksa

Kompas.com - 13/10/2023, 15:15 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada begitu banyak jenis alergi di dunia ini, mulai dari alergi makanan, debu, cuaca dingin, dan beberapa alergi tak umum lainnya.

Namun demikian, ada satu kasus alergi yang tergolong unik dan langka, yaitu kasus wanita asal California, Amerika Serikat (AS) yang memiliki alergi terhadap air.

Di mana, kondisi ini merupakan sebuah penyakit langka yang hanya menyerang beberapa orang saja di seluruh dunia.

Dilansir dari India Times, Kamis (12/10/2023), wanita ini bernama Tessa Hansen-Smith (25), yang baru-baru ini mengungkapkan perjuangan sehari-hari dengan kondisi langka yang menyebabkan dia mengalami gatal-gatal ketika bersentuhan dengan air.

Lantas, bagaimana kisahnya dalam bertahan tanpa air?

Baca juga: Efek Samping Penggunaan Obat Alergi CTM dalam Jangka Panjang


Salah satu alergi langka di dunia

Tessa menderita salah satu alergi paling langka di dunia, yaitu urtikaria aquagenik. Kondisi ini diyakini hanya terjadi pada 100-250 orang di seluruh dunia.

Menurut Allergy Asthma Network, kasus alergi yang dialami Tessa ini pertama kali tercatat pada 1964. 

Dikatakan, urtikaria aquagenik paling sering menyerang wanita. Saat kambuh, kondisi ini bisa bertahan 30 menit hingga 2 jam sebelum akhirnya gejala mereda dan hilang.

Alergi air menyebabkan penderitanya merasakan gatal-gatal dan kemerahan setiap kali mereka bersentuhan dengan air.

Hujan, salju, air tawar, lautan, keringat, dan air mata, semuanya dapat menyebabkan gatal-gatal pada siapa pun yang memiliki kondisi ini.

Baca juga: Viral, Video Semburan Air dan Gas di Permukiman Warga Bogor

Kisah Tessa menjalani kehidupannya tanpa air

Kisah Tessa yang hidup dengan alergi yang tidak biasa ini dimulai ketika ia berusia delapan tahun, menurut India Times, Kamis (12/10/2023).

Saat itu, ia menyadari adanya ruam-ruam yang muncul di lengannya. Selain itu, terdapat juga beberapa luka di kulit kepalanya yang ia dokumentasikan di media sosial.

Awalnya, dokter menduga bahwa sabun dan sampo yang digunakan Tessa adalah penyebabnya, namun masalahnya ternyata terus berlanjut.

Ibunya, Dr Karen Hansen-Smith, seorang dokter perawatan keluarga, menghubungkan sejumlah gejala tersebut setelah dua tahun pengujian intensif oleh beberapa dokter dan menemukan bahwa putrinya memiliki alergi air.

Selain itu, Tessa juga mendapati bahwa daftar pemicu dan reaksinya semakin panjang seiring bertambahnya usia. Dia mulai mengalami mata gatal, luka di lidah, dan gatal-gatal di mulut.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com