KOMPAS.com - Aktivis dan seniman Wiji Thukul hilang saat gejolak 1998 dan hingga kini nasibnya belum diketahui.
Jika ia masih hidup, hari ini usianya akan genap berusia 60 tahun. Wiji Thukul lahir di Kota Solo, Jawa Tengah pada 26 Agustus 1963.
Ia merupakan anak tertua dari tiga bersaudara yang berasal dari keluarga tukang becak di Kampung Sorogenen, Jagalan, Jebres, Solo, Jawa Tengah, wilayah yang penduduknya didominasi oleh buruh dan tukang becak.
Wiji Thukul adalah seorang penyair sekaligus aktivis yang keras menentang rezim Orde Baru. Hingga kini ini ia bersama 12 orang lain masih ada dalam daftar orang hilang.#ArsipKompas #AdadiKompas #WijiThukul pic.twitter.com/N7lEyhRvzB
— Kompas Data (@KompasData) August 26, 2023
Nama Wiji Thukul dikenal publik berkat puisi-puisinya yang lantang mengkritik otoriterianisme Orde Baru dan tekadnya memperjuangkan hak kelompok marjinal.
Perjuangan Wiji Thukul membuatnya dihilangan paksa yang membuat keberadaanya tidak diketahui hingga kini.
Sebelum menghilang, Wiji Thukul juga menjadi buronan yang membuat dirinya harus bersembunyi dan berpindah-pindah tempat agar tidak ditangkap aparat.
Baca juga: Biografi Wiji Thukul, Penyair dan Aktivis Korban Penghilangan Paksa
Dilansir dari Ensiklopedia Kemendikbud, Wiji Thukul sudah memiliki ketertarikan terhadap seni sejak usianya masih belia.
Ketika duduk di bangku SD, Thukul yang dikenal sebagai penyair pelo atau cadel sudah mulai menulis puisi.
Ia juga tertarik dengan dunia teater ketika duduk di bangku SMP. Salah satu kelompok teater yang pernah ia ikuti adalah Teater Jagalan Tengah (Jagat).
Selama bermain teater, ia keluar-masuk kampus di beberapa daerah, mulai dari Solo, Yogyakarta, termasuk Surabaya.
Setelah lulus dari bangku SMP, Wiji Thukul melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Jurusan Tari. Namun, ia keluar atau drop out dari sekolah ini pada 1982.
Setelah tidak bersekolah, Wiji Thukul sempat berjualan koran. Setelah itu, ia bekerja sebagai tukang pelitur setelah diajak oleh tetangganya bekerja di sebuah perusahaan mebel antik.
Baca juga: Kerinduan dan Ketidakpastian Setelah Wiji Thukul Hilang...