Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Makin Gagal Paham Teori Kuantum

Kompas.com - 27/07/2023, 08:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH mencoba mempelajari buku-buku mahakarya para pemikir dahsyat mulai dari Edwin Schroedinger sampai Richard Feynman, sebenarnya saya sudah cukup sadar bahwa daya pikir otak saya terlalu dangkal untuk mampu memahami apa yang disebut sebagai kuantum.

Namun kesadaran saya makin mantap setelah membaca tulisan Attila Szabo dan Neil S.Ostlund yang dimuat di dalam buku berjudul “Modern Quantum Chemistry” plus sub judul “Introduction to Advanced Electronic Structure Theory”.

Dari judulnya saja saya sudah makin gamang untuk memahami teori kuantum sebab jika ada yang modern, berarti ada yang tidak modern alias kuno. Belum lagi kemungkinan adanya yang agak modern maupun agak kuno.

Juga tidak jelas ukuran untuk menentukan mana yang modern dan mana yang agak modern atau yang tidak modern. Bahkan teori kuantum juga merangsek masuk ke ranah ilmu kimia.

Kemudian suasana bingungologis masih diperparah sub-judul yang bagi saya terkesan melenceng keluar dari teori kuantum untuk malah menyelinap masuk ke wilayah teori struktur elektronik yang seharusnya masuk fisika, bahkan langsung melompat naik ke kelas advanced.

Makin ngeri jika mengingat saya juga gagal-paham aneka jenis kuantum mulai dari quantum physics, quantum computer, quantum mechanics, quantum fiber, quantum numbers principal, azimuthal, spin, magnetic sampai quantum leap apalagi quantumania.

Optimisme ke arah gagal paham teori kuantum makin menggelora setelah babak-belur akibat jatuh-bangun dalam berjuang membaca isi buku setebal 466 halaman tersebut yang ternyata menyeret saya untuk menjelajahi alam semesta serba asing maka di luar jangkauan daya otak dangkal saya mulai dari aproksimasi Hartree-Fock, review matematika aljabar matriks, konfigurasi interaksi serta pendekatan incorporate electron correlation, pendekatan pertubativ ke kalkulasi korelasi enerji sistem plural elektron sampai ke penggunaan fungsi Green tentang one-particle-many-bodies serta beragam terminologi saintifikal golongan langit-langitnya langitannya langit.

Akhirnya terpaksa saya ikhlas mengaku menyerah kalah pada pertarungan melawan diri sendiri dalam upaya memahami apa yang tersurat maupun tersirat di dalam buku “Modern Quantum Chemistry” tersebut.

Meski menyerah kalah, namun ada secuil rasa bangga menyelinap di lubuk sanubari saya. Saya merasa agak bangga bahwa saya makin gagal paham teori kuantum sesuai pernyataan sang maha tokoh teori kuantum sejawat Niels Bohr dalam penelitian prinsip dasar nuclear fission, John Archibald Wheeler yang juga mantan guru besar Richard Feynman bahwa pada hakikatnya memang untuk sementara ini belum ada manusia yang secara sempurna dan paripurna mampu memahami serta menjelaskan apa sebenarnya yang disebut sebagai kuantum. Apalagi saya!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com