Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Aura Pesona Masjid Agung Djenne

Kompas.com - 15/07/2023, 06:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI TENGAH kota kuno Djenne, Mali yang telah resmi dilindungi UNESCO sebagai warisan kebudayaan dunia wajib dilestarikan, berdiri megah bangunan monumental sekaligus spektakuler yang tersohor dengan sebutan Masjid Agung Djenne.

Bangunan setinggi 20 meter di atas platform sepanjang 91 meter berada di pedalaman gurun Sahara di antara sungai Niger dan Bani, Mali Selatan, Afrika Barat sebagai bangunan terbuat dari bahan lumpur terbesar di planet bumi yang digarap berdasar warisan kearifan arsitektur tradisional Sudano-Sahelian.

Masjid Agung Djenne memiliki tiga minaret gigantis yang masing-masing “ditusuk-tusuk” secara horizontal dengan batang-batang pohon kelapa yang disebut “toron” agar tidak mudah runtuh.

Masjid dengan daya tampung lebih dari 3.000 umat tersebut ditegakkan oleh 90 kolom kayu yang menopang dinding terbuat dari bata-lumpur serta atap yang terbuka pada musim kemarau demi membiarkan udara masuk menyejukkan ruang dalam masjid serta pada musim hujan dapat ditutup oleh atap terakota mencegah air hujan masuk.

Menakjubkan bahwa sistem penyejuk ruang tradisional alami Masjid Agung Djenne mampu membuat suhu udara di dalam masjid sampai lebih rendah sekitar dua puluh derajat Celsius ketimbang suhu udara di luar ruang yang pada musim panas bisa mencapai 50 derajat Celius.

Dinding Masjid Agung Djenne terbuat dari lumpur yang secara rutin setiap tahun pada bulan April dipugar selama sehari suntuk oleh warga Djenne secara gotong-royong melalui upacara Crepissage alias pemlesteran struktur dinding lumpur yang selalu “melumer” akibat curah hujan skala dahsyat pada bulan Juli dan Agustus.

Setiap tahun melalui upacara Crepissage, tampak luar Masjid Agung Djenne memang secara rutin dipulihkan kembali meski di sana-sini senantiasa ada perubahan wajah.

Pada hakikatnya Crepissage bukan terbatas peristiwa kebudayaan arsitektural, namun juga merupakan zat perekat kohesi-sosial yang mempersatukan seluruh warga Djenne tua-muda lelaki-perempuan untuk senantiasa hidup bersama secara gotong-royong dan Bhinneka Tunggal Ika dalam upaya melestarikan tradisi keagamaan maupun keduniawian.

Masyarakat adat Burkina Faso juga asyik mendayagunakan lumpur sebagai bahan bangunan rumah pribadi sampai rumah ibadah.

Bata-lumpur sebagai bahan bangunan kini mengalami masa kebangkitan kembali setelah sempat diungguli oleh beton di peradaban Afrika Barat dan Timur Tengah mulai dari Maroko sampai ke Uni Emirat Arab atas kesadaran bahwa kakek-nenek moyang bangsa Afrika memang memiliki kearifan tersendiri dalam secara sadar menggunakan lumpur sebagai bahan bangunan yang sesuai dengan suasana lingkungan hidup setempat.

Menurut mahaguru arsitektur Nusantara saya, Prof.DR Totok Rusmanto, di Indonesia tradisi bahan bangunan lumpur sampai masa kini didayagunakan oleh masyarakat adat di Lombok serta tembok penyengker di Pejeng dan Kintamani, Bali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Tren
Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com