Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditemukan di Kepri, Apa Itu Demam Babi Afrika?

Kompas.com - 10/05/2023, 18:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia baru-baru ini telah mengonfirmasi kembali kasus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) di Pulau Bunan, Provinsi Kepulauan Riau.

Pulau tersebut merupakan pemasok daging babi terbesar di Indonesia.

Kementerian Pertanian pun kini sedang menginvestigasi jalur masuknya ASF di pulau tersebut.

Peternakan babi di pulau tersebut juga telah diuji secara berkala ke Laboaratorium Veteriner Balai Veteriner Bukittinggi, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.

Lantas, seperti apa demam babi Afrika?

Baca juga: Kementan Investigasi Jalur Masuknya Virus Demam Babi di Batam

Tentang demam babi Afrika

Dikutip dari Food and Drug Administratotion AS, demam babi Afrika merupakan penyakit babi yang sangat menular dan mematikan.

Virus ini pertama kali terdeteksi di Afrika Timur pada 1900-an dan menyebar ke Eropa pada akhir 1950-an.

Virus ini dapat menyerang babi, baik di peternakan maupun babi liar.

Disebutkan bahwa virus ini dapat ditularkan dengan mudah melalui kontak langsung dengan cairan tubuh babi yang terinfeksi.

Tak hanya itu, virus ASF juga memiliki ketahanan hidup yang kuat di lingkungan dan cenderung kebal terhadap disinfektan.

Praktik pemberian pakan sisa makanan mentah ke babi juga dapat menularkan virus jika sisa makanan yang diberikan mengandung produk daging babi yang terkontaminasi.

Sejauh ini, ASF telah menyebabkan kerugian babi yang signifikan di seluruh dunia, seperti Afrika sub-Sahara, Cina, Mongolia, Vietnam, serta di beberapa bagian Uni Eropa.

Untungnya, ASF tidak dapat ditularkan dari babi ke manusia, baik kontak langsung maupun memakan daging babi yang terinfeksi.

Baca juga: Kementan Pastikan Virus Demam Babi Afrika Tidak Menular ke Manusia

Gejala ASF

Dikutip dari American Society for Microbiology, ASF dapat menimbulkan beberapa gejala akut hingga kronis, tergantung pada virulensi strain yang menyebabkan infeksi dan status kekebalan babi.

Dalam kasus penyakit akut, yang disebabkan oleh strain yang sangat ganas, babi biasanya mati dalam waktu 4-20 hari setelah infeksi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com